My Melody [2] 🔞

5.1K 115 0
                                    

Chapter 2

Melody tidak mengerti mengapa Tuhan memberikan penyakit mengerikan kepada papanya. Burhan adalah orang baik. Ayah dan kepala keluarga yang baik. Juga pemimpin yang baik bagi para karyawannya. Burhan bahkan baik kepada semua orang.

Perasaan tak terima itu muncul di hati Melody di antara isakannya yang semakin kuat. Mengapa harus Burhan? Mengapa harus papanya yang terbaring lemah di ranjang pasien? Mengapa Burhan selalu menyembunyikan rasa sakitnya? Pagi sebelum Melody berangkat kuliah tadi, Burhan baik-baik saja. Dua jam setelahnya, tiba-tiba Melody mendengar kabar bahwa papanya masuk rumah sakit. Ditemukan pingsan di ruang kerjanya. Ternyata, penyakit jantungnya kambuh.

Kambuh dan semakin parah.

Satu dugaan muncul di benak Melody. Gadis itu menelan tangisnya. Papanya pasti merasa tertekan karena masalah perusahaan. Ia sangat tahu betapa Burhan mencintai pekerjaannya. Sebuah usaha yang dimulainya dari nol, sempat berjaya dan kini terancam hancur. Mungkin papanya akan membaik jika mendengar perkembangan bagus dari perusahaannya.

Andrew Dallas.

Melody memegang erat tangan papanya. Burhan terlihat optimis saat membawa pria itu ke rumah. Ia harus bisa membujuk Andrew supaya mau membantu papanya. Apapun akan dilakukannya untuk kesembuhan Burhan.

Setelah mencium tangan papanya, Melody berdiri. Ia menitipkan papanya pada Nanik, asisten rumah tangga di rumahnya. Ia tak tahu di mana alamat kantor Andrew. Tapi pria itu lumayan terkenal hingga namanya berada di penelusuran dunia internet.

Taksi mengantarkannya ke alamat kantor Andrew berada. Melody berlari ke meja resepsionis. Seorang perempuan di meja itu bertanya dengan ramah tentang kepentingannya.

“Saya mau bertemu dengan Pak Andrew.”

“Apakah sudah membuat janji? Kalau belum, silahkan membuat janji temu lebih dulu.”

“Ini penting. Apa saya nggak bisa langsung ketemu?” Melody berkata gusar.

“Tidak bisa. Pak Andrew memiliki banyak kesibukan. Jika mau bertemu, lebih baik membuat janji dulu.”

Melody melepas napas lemah, “Berapa lama?”

“Akan kami lihat dulu schedule-nya, nanti kami atur pertemuannya.”

Pasti akan sangat lama. Sedangkan Melody butuh untuk bertemu segera. Kalau bisa, hari ini juga. Melody menoleh ke arah kanan. Ia tahu saja mana lift untuk pegawai dan lift khusus untuk direksi.

“Ruangan Pak Andrew di lantai berapa?”

“Tujuh belas. Jadi—”

Melody tak menghiraukan lagi, ia berlari menuju lift khusus dan menekan angka tujuh belas. Biar saja mereka menyebutnya lancang, situasinya sedang buruk sekarang. Ia tiba di lantai tujuh belas, hanya ada satu meja di lorong lantai itu. Ia menebak itu adalah meja sekretaris.

“Bisa bertemu dengan Pak Andrew?” tanyanya kepada pria yang duduk di belakang meja itu.

“Pak Andrew sedang memiliki tamu, maaf, dengan siapa?”

“Melody.” sahut Melody, lalu melangkah menuju pintu dan membukanya begitu saja. Ia bahkan tak mendengarkan larangan dari sekretaris Andrew. Benar bahwa Andrew sedang memiliki tamu. Rasanya Melody ingin bumi menelannya saat semua mata menatapnya tajam.

“Maaf, Pak. Nona ini—”

Andrew mengangkat tangannya. Ia berbicara pada kliennya, meminta maaf untuk ketidaknyamanan atas gangguan yang terjadi sekaligus meminta kesempatan untuk membahas kerjasama lain hari. Tamunya yang memaklumi pun pergi dari sana.

MY MELODY - LOVELY GIRL (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang