Prolog

81 23 28
                                    

Ara mengepalkan tangannya dia sudah muak dengan perkataan Devan mantan kekasihnya itu, yang membuatnya tersindir Ara berdiri dari tempat duduknya dan melangkahkan kakinya menuju tempat duduk Devan dan teman-temannya.

“Apa maksud lo? denger ya gue itu udah gak suka sama lo jadi tolong jangan kepedean kayak gitu!!!,” Ucap Ara yang kesabarannya telah habis.

Devan tak membalas perkataan Ara dia hanya membalas dengan tersenyum manis ke Ara.

“Itu kenyataan sih Ra kita semua udah tahu kok kalau lo masih suka sama Devan,” Sahut Rama.

Semua teman-teman Devan dengan santainya menganggukkan kepalanya, yang berarti mereka setuju dengan ucapan yang dikatakan Rama.

Ara menarik nafasnya dan menghembuskannya, dia harus sabar menghadapi semua kegilaan mantannya itu. Dia akhirnya memutuskan untuk tidak menghiraukannya dan pergi dari tempat itu.

“Jangan terlalu benci sama gue Ra nanti lo makin susah ngelupain gue,” teriak Devan.

Seketika Ara menghentikan langkah kakinya, dia membalikkan arah langkah kakinya menuju tempat Devan duduk dengan kesalnya Ara menyiram wajah tampan Devan dengan minuman dicafe itu. Sepasang mata seisi cafe tertuju pada Devan dan Ara.

Devan sontak kaget dan berdiri dari tempat duduknya dia mencengkram tangan Ara dengan kasar, mata mereka saling memandang cukup lama ada kebencian yang mendalam dari tatapan mereka seperti ada api yang berkobar dikeduanya.

Yuk-yuk kepoin kisah mereka✔

Gengsi? [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang