Lovebirds

578 37 7
                                    

Warning; adult content! If you're underage or not into this kind of shit, you can skip this one, won't affect the next part tho. And again, you've been warned, dear. Don't come at me:(



Baru siang tadi, Mingyu pulang dari syuting sebuah variety show sampai mengharuskan tidak di rumah selama kurang lebih 5 hari. Meskipun pasti kelelahan, tapi pria itu selalu menemani anak mereka bermain. Sebagai ganti, Seungkwan yang berinisiatif menyiapkan makan malam. Karena di luar sedang hujan cukup deras dan berangin, mereka tidak bisa memesan delivery food.

Sadar kemampuan masaknya biasa-biasa saja, pria itu memilih menu sederhana yang semua orang bisa yaitu nasi goreng kimchi. Itupun dia harus sangat berhati-hati saat menambahkan garam, teringat kesalahan sebelumnya.

Suara tawa yang lucu, membuat ia mengangkat kepala –melihat Mingyu dan Seungjae sedang melakukan gulat kecil di atas bumper mat. Lalu kebetulan, padangan mereka bertemu. Yang lebih tua mengembangkan senyum secara natural, sedangkan Seungkwan terpana sejenak sebelum balas tersenyum.

Mengaduk nasi gorengnya, ia memikirkan bagaimana Mingyu jadi dua kali lipat lebih tampan hari ini. Entah karena tanpa komplain bermain dengan Seungjae padahal baru pulang bekerja, atau karena selama beberapa hari mereka tidak bertemu –kecuali lewat panggilan video.

Terkadang Seungkwan sendiri pun merasa tak paham dengan manusia –dimana dia dan Mingyu telah bersama lebih dari belasan tahun tapi perasaan-perasaan seolah dia adalah anak remaja yang baru jatuh cinta selalu muncul. Rasanya seperti kembali pada beberapa tahun silam, dimana dia memilih menyimpan debarannya untuk Mingyu, sampai pada satu kesempatan mereka saling mengungkapkan bahwa memiliki perasaan yang mutual. Dia bahkan masih ingat sangat detil.

"Butuh bantuan?" Dia agak terkejut, mendengar suara Mingyu. Pria itu berdiri bersama Seungjae dalam gendongannya.

"Tidak, tinggal sedikit lagi," ujarnya, mengecilkan api kompor. Lalu memberi perhatian pada panci berisi sup daging, untuk anak mereka yang sudah cukup lama mendidih.

"Seungjae ayo bantu Papa menyiapkan mangkuk dan sendok," kata Mingyu, menurunkan Seungjae dan anak itu bersemangat. Seungkwan hanya tertawa kecil memperhatikan.

"Hyung, cobalah,"

Seungkwan mengulurkan seujung sendok nasi goreng yang sudah ia tiup lebih dulu pada Mingyu. Pria itu dengan senang hati mendekat dan memakannya. Agak mengernyitkan kening, ia tampak berpikir yang memberikan sedikit cemas pada Seungkwan.

"Tidak enak?"

Lalu tersenyum cerah, "Enak kok," ujarnya kemudian –merasa lucu melihat reaksi pasangannya.

"Yang benar yang mana?" Seungkwan membalas, sengaja sanksi.

"Serius enak, Sayang," katanya, dengan penekanan di akhir kalimat.

"Oke," sahut Seungkwan singkat, sebelum mematikan kompor. Baru akan mengangkat pan, tangannya di tahan oleh Mingyu –membuatnya menoleh hanya untuk disambut senyuman lembut. "Kenapa?"

"Uri Seungkwan tidak boleh terlalu kelelahan," Mengambil tangannya, Mingyu memberi kecupan di salah satu sisi. "Sekarang duduk manis bersama Seungjae, biar aku yang siapkan sisanya," Sambil memegang pinggangnya, pria itu menggeser posisinya untuk menggantikan.

"Aku seharian tidak banyak beraktifitas, justru Hyung yang seharusnya istirahat—" Perkataannya dipotong dengan serangan senyuman manis. Dia familiar dengan situasi seperti ini, tapi tidak ingin cepat-cepat menyimpulkan. Masalahnya Mingyu pasti sebenarnya sedang sangat lelah.

Years LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang