Jiyeon melirik tak suka pada wanita paruh baya yang langsung memeluk Chanyeol setibanya ia di ruang inap Ahyoung. Seolah tidak ada yang berubah antara keluarganya dan Chanyeol, Hyeyoung terlihat masih menganggap Chanyeol sebagai calon menantunya.
"Bibi takut sekali, Chan. Begitu banyak darah saat bibi menemukannya di kamar mandi," ucap Hyeyoung gemetar.
Chanyeol sempat melirik Jiyeon yang masih berdiri di ambang pintu, enggan masuk dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada.
"Maaf Bi, kenapa bibi menghubungi saya? Bukankah lebih baik menghubungi mantan suami Ahyoung?" Meski malas terlibat lagi dengan keluarga wanita yang pernah mengkhianatinya, Chanyeol tetap berusaha sopan pada wanita di hadapannya ini.
Raut Hyeyoung semakin sedih, gurat lelah pada wajahnya yang mulai menua pun terlihat semakin jelas. "Dia tidak akan peduli, putrinya saja tidak pernah lagi ia temui semenjak Ahyoung pergi meninggalkan rumahnya."
Jiyeon berbalik meninggalkan Chanyeol dan Hyeyoung yang terlalu banyak berharap jika Chanyeol bisa membantu, atau lebih baik lagi jika mau kembali bersama putrinya, mungkin?
Gadis itu memilih turun dan berjalan menuju minimarket tak jauh dari rumah sakit. Rasa kesalnya pada Chanyeol yang kurang tegas mungkin bisa ia redakan sedikit dengan memakan makanan dingin seperti es krim.
Memasuki minimarket, Jiyeon langsung menghampiri display freezer dan mengambil satu ice cream cup 410ml rasa strawberry. Kemudian membayarnya di kasir.
Jiyeon mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang disediakan minimarket. Si kasir pria sempat heran melihat pada Jiyeon yang tidak mempermasalahkan cuaca dingin untuk menyantap es krim sendirian. Apa peduli, Jiyeon sedang kesal sekarang. Biarkan saja Chanyeol kelimpungan sendiri nanti.
Ia melirik ponsel yang sedari tadi berbunyi dengan memaparkan nama Chanyeol di layarnya. Jiyeon membalikkan ponsel tersebut, mengabaikan dan tetap menyuapi es krimnya.
"Jiyeon?"
Merasa namanya dipanggil, Jiyeon menoleh ke sumber suara berat yang menggelitik gendang telinganya.
Kim Myungsoo, berdiri tak jauh darinya dalam balutan kasualnya, satu tangannya menenteng kantong belanjaan. Pria itu mendekati tempat duduk Jiyeon dengan ringan.
"Sendiri? Mana calon suamimu?" tanyanya, mengedarkan pandangan mencari sosok Chanyeol.
"Kau kenapa bisa ada di sini?" Jiyeon balik bertanya, mengabaikan pertanyaan Myungsoo.
Pria itu tersenyum tipis dan mengangkat belanjaannya. "Kau sepertinya lupa aku seorang duda sekarang."
"Kenapa tidak menyuruh asisten rumah tanggamu saja?"
"Kau tahu jawabannya, Ji."
Benar, Jiyeon tahu jawaban dari pertanyaannya sendiri. Sedari dulu memang Myungsoo tidak membiarkan orang lain berada di sekitarnya, kecuali keluarga dan orang terdekatnya.
"Kau masih belum menjawab pertanyaanku, kenapa sendirian?" Myungsoo menatap es krim yang sisa setengah dari cup-nya. Bibir tipisnya tersenyum dan kembali menatap Jiyeon. "Ayo aku antar pulang, tidak baik sendirian malam-malam sepeti ini."
Gadis itu menggeleng sembari mengaduk-aduk es krimnya tanpa minat untuk memakannya. Ia masih mau di sini, mungkin setengah jam lagi baru Jiyeon kembali ke rumah sakit.
"Hmm, kalau begitu aku pulang dulu, anakku sendirian di rumah," ucap Myungsoo. Menurunkan tangan kirinya setelah melirik arlojinya sejenak.
Jiyeon hanya mengangguk dan membalas dengan senyum seadanya saat pria itu melambaikan tangan dan hilang dari pandangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Metanoia
RomanceHanya karena terlalu mencintai, gadis itu tidak sadar jika semakin merusak diri.