2

1K 112 12
                                    

"Iya sih... Aku juga nggak suka pas kak Hali meriksain handphone ku." Taufan benar. Dia juga tak suka saat Halilintar memeriksa handphonenya.

"Nah kan. Padahal nggak ada apa-apa nya—"

"Ekhem!"

Hari Yang Buruk??

'Masyaallah... Ada kak Hali... Mati aku.' batin Solar yang merasakan kuatnya aura gelap dibelakangnya.

"Enak ya, gibahin orang padahal belum laksanain kewajiban... Bagus ya, Solar. Pinter kamu sekarang." ujar Halilintar yang kini memasuki kamar Taufan dan berdiri tepat disamping tersangka.

"Kak... Ini, a-aku..."

"Oh iya, kamu belum sholat ya?" tanya Taufan begitu saja. Benar-benar tak bisa membaca situasi.

Solar berusaha keras menghindari topik itu, bukannya ia tak ingin sholat.. Tapi, ayolah. Setidaknya liat situasi. Dengan Halilintar yang pasti marah besar dan Solar yang tidak bisa kabur berlari ke masjid begitu saja. Apa yang akan terjadi padanya?

"Salah kak Taufan nih!" karena kesal, Solar jadi melimpahkan kesalahan pada Taufan.

"Nggak usah nyalahin orang... Jam berapa sekarang? Hm?" ujar Halilintar, matanya terus mengintimidasi Solar yang berada di bawahnya. Duduk dengan menundukkan kepalanya seraya mengepalkan erat kedua tangannya.

"Dua... Lewat." jawab Solar dengan nada yang bergetar.

"Kamu tau kan, harus ngapain."

"Iya, kak."

"Sana."

Dengan tubuh yang gemetar, Solar bangun dari duduknya. Melewati Halilintar dengan terus menundukkan kepalanya, dan keluar dari kamar Taufan dengan selamat.

"Hahh... Selamat." ujar Solar sambil terus mengelus dadanya. Tanpa membuang waktu lagi, Solar menuju kamarnya, mengambil sarung dan segera berlari menuju masjid.

20 menit berlalu...

"Hufth... Kak Hali langsung biarin aku pergi, berarti nggak akan diomelin. Alhamdulillah..." gumam Solar yang saat ini sudah kembali dan berada di depan pintu rumah.

"Assalamu'alaikum..." salam Solar saat memasuki rumah.

"Wa'alaikumsalam... Waah, anak Ayah udah pulang..."

Deg!

Seketika pergerakan Solar terhenti kala mendengar suara yang menyambutnya setelah memasuki rumah. 'Gawat! Aku lupa ada Ayah!'

"Eh, Ayah... Udah pulang, ya." Solar membalikkan badannya sembari menyapa kembali sang Ayah.

"Hm." hanya itu yang Solar dapat sebagai jawaban. Keadaan begitu canggung saat ini. 'Wah... Apa ini? Canggung banget. Ayolah Solar, dia kan Ayahmu!'

"Ehm.. Gimana kerjaan Ayah? Lancar?" tanya Solar kemudian demi menghilangkan kecanggungan yang terjadi.

"Alhamdulillah, lancar..." jawab sang Ayah santai sembari memperhatikan anaknya. Peci yang bertengger di atas kepala serta sarung yang tergantung di leher anaknya membuat sang Ayah terheran. "Habis dari mana?"

Bad DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang