3

1.3K 116 25
                                    

"Sekejam-kejamnya aku, nggak pernah ngatain adiknya setan." ujar Halilintar. 'Walaupun kelakuannya kayak setan semua sih.' batinnya melanjutkan ucapannya tadi.

"Udah udah... Kalian semua. Duh... Pusing Ayah!" ujar Ayah sembari memijat kepalanya yang dibuat pening oleh tingkah anaknya. "Maksud Ayah itu penyebab Solar jadi telat solatnya. Ada yang tau?"

Hari yang buruk??

"Taufan." - Hali

"Ice." - Blaze

"Blaze." - Ice

"Yang jelas bukan Thorn." - Thorn & Gempa

"Dih... Kok Taufan!" -  Taufan

"Hadeh... Kalian ini." pusing kepala Amato melihat tingkah ketujuh anaknya ini.

"Udah bener. Setannya Taufan." Halilintar kembali bicara tanpa ada rasa bersalah dalam ucapannya.

"Astagfirullah, kak Hali!! Ribut yuk lah!" Taufan yang mulai naik darah kini berani membentak plus menantang Halilintar yang notabene nya adalah sebagai yang tertua.

"Kuy lah! Dimana?!" balas Halilintar tak takut. Taufan ngajak dia ribut? Mustahil buat Taufan untuk menang.

"Subhannallah... Anak Ayah... Nggak ada yang benar yaah~" sang Ayah memijit pangkal hidungnya. Masalah belum selesai, ditambah Halilintar sama Taufan pengin ribut. Malah nambah masalahnya.

"Alhamdulillah, Gem masih waras kok, Ayah." sahut Gempa yang tak terima dirinya ikut masuk dalam kategori 'Anak yang nggak bener' yang digolongkan Ayahnya.

"Gimana keadaan kalian pas Ayah nggak di rumah? Nggak bisa bayangin deh..."

"Gempa yang tersiksa, Ayah! Gem selalu tersakiti dan ter-dzolimi." jawab Gempa dengan cepat sembari membuat gaya alay ala sinetron.

"Udah deh, kak Gem. Nggak usah nge-drama dan jangan balikin fakta. Kita yang tersiksa dan ter-dzolimi selama Ayah nggak di rumah." sahut Ice yang jengah melihat sifat alay bin lebay milik Gempa mulai keluar.

"Dasar, drama king." ujar Blaze yang juga lelah dengan sikap Gempa yang satu itu.

Mereka kini mulai mempermasalahkan sikap alay Gempa sampai si 'Tersangka' disini diabaikan begitu saja.

"Kayaknya, aku aman deh. Kabur ah." bisik Solar pada dirinya sendiri. Perlahan Solar melangkahkan kakinya menjauh dari sana.

"Eh... Mau kemana? Hm? Kita belum selesai." Halilintar dengan sigap menangkap Solar yang hendak kabur itu.

"Iya iya! Solar salah! Maafin Solar! Solar minta maaf! Solar janji nggak akan ngulangin lagi!" kata Solar dengan suara lantang.

"Janjimu itu nggak bisa di pegang." ujar Blaze yakin.

"Gimana kalau..." sang Ayah mulai ambil suara. Kini dalam genggamannya terdapat benda persegi panjang yang selalu menemani Solar. "Ini jadi sandra Ayah."

"Uwaah! Handphone Solar!" pekik Solar.

"Ini kan, sebab utama kamu jadi lalai." si Ayah berkata sambil memerhatikan handphone yang ada di tangannya.

"Ugh... Apapun selain itu." Solar berusaha tenang supaya handphonenya tak jadi sandra Ayahnya.

"Sekarang... Berapa lama ya? Kayaknya seminggu kurang deh..."

"Ah! Jangan! Kelamaan!"

"Oh! Kurang lama ya... Oke, dua minggu."

Oke. Solar tau ini, semakin dia melawan semakin lama handphone nya itu di sandra oleh Ayahnya.

Bad DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang