jaehyun kembali duduk pada halte, kali ini bukan karena hujan. tapi ia menunggu sosok gadis yang begitu ia tunggu kehadirannya dari arah gerbang sekolah elit didepannya.
jaehyun tersenyum menemukan presepsi lalisa, ia melambaikan tangannya saat gadis itu hendak menyebrang menuju halte.
jaehyun berdiri dipinggiran halte, menengok samping kanan dan kiri, memastikan keadaan sepi dan memungkinkan lalisa selamat saat akan menyebrang.
lalisa sampai pada halte dan jaehyun tersenyum lega.
mereka duduk, menyaksikan beberapa mobil penjemput berjejeran rapi disepanjang jalan depan gedung sekolah lalisa.
"kau belum dijemput?"
lalisa mengrucutkan bibirnya sedih,"belum, paman shin bilang ia akan terlambat menjemput karena mengurus anaknya yang sakit."
"tidak apa apa, aku akan mengantarkan mu."
lalisa menoleh,"menggunakan apa?"
jaehyun melunturkam senyumannya, sedikit takut jika lalisa akan menolak jika mengetahui jaehyun akan mengantarnya pulang menggunakan sepeda.
jaehyun berpikir, mana pantas anak kalangan atas seperti lalisa akan mau dibocengkan sepeda oleh jaehyun.
pasti lalisa tidak terbiasa dengan itu. err, jaehyun merasa tidak enak.
"meng-menggunakan sepeda." jawabnya terbata sambil menunduk.
lalisa dengan antusias menatap jaehyun, ia tidak sengaja mencekal tangan si pemuda dengan erat.
"sepeda? benarkah? ayo!"
jaehyun mendongak kaget, tidak menyangka jika respon lalisa akan seantusias ini.
"kau... bersungguh ingin dibonceng sepeda olehku?"
lalisa tersenyum lebar,"tentu saja! kau pasti berpikir jika aku akan menolak, kan? tidak! aku tidak seperti itu kok, bahkan aku suka sekali menggunakan sepeda."
jaehyun ikut tersenyum, lalu berdiri dari duduknya.
"baiklah, aku akan mengambil sepedaku. kau tunggu disini ya, pangeran ini akan mengambilkan sepeda untuk tuan putri."
lalisa tertawa melihat jaehyun lari terbirit kearah ujung halte, dimana terlihat ia memarkirkan sepedanya.
"ayo!" ajak jaehyun saat ia sampai pada hadapan lalisa.
lalisa segera menempatkan kedua kakinya pada tumpuan didekat roda belakang, ia dengan kuat menggenggam kedua pundak jaehyun.
lalu jaehyun melirik keatas, setelah mendapat senyuman tipis dari lalisa ia segera melajukam sepedanya.
jalanan kota sekarang tidak begitu ramai, karena cuaca sekarang sedang dingin.
"apakah besok turun salju ya?" tanya jaehyun memecah keheningan.
lalisa mencondongka sedikit badannya kesamping, ia menatap jaehyun dengan alis yang sedikit menukik.
"hm, mungkin. cuaca sekarang begitu dingin, jadi bisa saja besok turun salju."
"ya... eum, bagaimana jika besok turun salju, kita bermain saat pulang sekolah."
lalisa menepuk pundak jaehyun dengan keras dan antusias,"boleh! aku akan bersiap untuk itu!"
jaehyun meringis lalu tertawa pelan.
"aw, ini menyakitkanku."
lalisa tersentak, ia langsung mengelus pundak itu dengan begitu lembut, tidak menyangka jika tepukannya akan sekeras itu hingga menyakiti jaehyun.
"ah, maafkan aku. aku tidak tau kalau ini akan menyakitimu, bagaimana? apakah sudah lebih baik jika seperti ini."
"ahahaha! sudah-sudah, aku hanya bercanda." lalisa masih setia mengelus pundak itu, ia masih sangat merasa bersalah.
"benarkah? apa sudah tidak sakit."
jaehyun menggeleng sambil tersenyum, ia menepuk tangan lalisa lalu menunjuk sebuah danau kecil didepan sana dengan rerumputan hijau disekelilingnya, tidak lupa ada satu pohon besar didekat danau itu.
pohon itu tampak tua namun terawat.
"ini yang akan kau tunjukkan padaku?" lalisa turun dari sepeda, lalu berdiri tegap melihat kesekelilingnya.
jaehyun meletakkan asal sepedanya, ia tampak mengendurkan senyumannya, pikiran takutnya yang semula lenyap kini muncul lagi saat mendapat respon lalisa.
jaehyun menunduk, tidak berani menatap mata bulat itu,"kau.. tidak suka ya?"
lalisa berbalik sembari memanyunkan bibirnya,"hei! mana mungkin aku tidak menyukainya? tentu saja aku suka!"
lalisa menarik pergelangan tangan jaehyun, lalu tertawa renyah. ia benar menikmati bagaimana indahnya suasan danau ini. entah bagaimana jaehyun menemukan tempat seindah dan sedamai ini.
mereka berdua mendudukan badannya dibawah pohon besar yang rindang itu. mereka menyenderkan punggungnya pada batang pohon, sama-sama menghela nafas lalu memejamkan matanya.
namun, jaehyun lebih dulu membuka matanya melihat kesamping, dimana pemandangan disampingnya lebih indah daripada pemandangan menyejukkan didepan matanya kini.
lalisa membuka matanya secara tiba-tiba, membuat jaehyun langsung gelagapan. jaehyun mengusap tengkuknya saat mendengar tawa kecil disampingnya.
"namamu siapa? sudah lumayan lama kita bermain bersama dan berkawan. tapi sampai sekarang aku bahkan tidak mengetahui namamu." kata lalisa terus terang.
"benarkah? kau belum mengetahui namaku?" lalisa mengangguk, mengiyakan pertanyaan jaehyun.
"namaku jung jaehyun, kau bisa memanggilku jaehyun."
"bagaimana jika aku memanggilmu hyunie? bukankah itu manis?"
jaehyun terdiam membeku, hanya panggilan sederhana yang dibuat lalisa. tapi itu saja mampu menggelitik perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable✔️
Teen Fictionini kisah jung jaehyun dan gadis dengan beribu senyumnya. gadis manis yang begitu ramah, hingga mampu menggaet hati jung jaehyun. 📎; lowercase. 展示 ー sepiajeong, 2O21.