benar saja, hari ini salju turun. semua orang meyambut salju pertama ini turun dengan antusiasme tinggi.
walaupun banyak orang memilih berdiam diri dirumah dan menyuguhkan dirinya secangkir coklat panas, namun tidak sedikit pula orang-orang memilih untuk keluar dan menikmati setiap kepulan salju kecil itu mengenai kulit mereka.
agaknya, jalan yang kedua adalah jalan yang dipilih oleh kedua pemuda-pemudi ini, siapa lagi kalau bukan jaehyun dan lalisa.
seperti janji jaehyun kemarin, sekarang ia akan berangkat menggunakan sepedanya untuk menjemput kerumah lalisa.
"jaehyun, kau mau kemana? salju turun, sebaiknya kau dirumah dan duduk menonton tv. nanti nenek akan membuatkanmu biskuit kesukaanmu."
kim bo-eun adalah nenek jaehyun, ia adalah sosok wanita tua yang kuat. dari kecil jaehyun sudah dirawat neneknya karena ia adalah anak yatim piatu.
mereka mengandalkan perkebunan dan ternak untuk menghidupi kebutuhan mereka. untung, perternakan dan perkebunan mereka sejauh ini berjalan dengan lancar.
"aduh bagaimana ya nek? kemarin aku sudah berjanji pada teman perempuanku, jika aku akan mengajaknya bermain saat salju turun."
boeun tampak tersenyum,"baiklah. tapi, beritahu nenek apakah yang kau maksut teman itu adalah minnie?"
"tentu bukan. pasti anak itu sudah jalan dengan pacar barunya."
boeun tertawa, melihat cucunya tengah diacuhkan oleh teman kecilnya. boeun lalu duduk didekat perapian dan menggosok tangannya yang dingin.
"lalu siapa yang kau maksut teman perempuanmu? apakah dia gadis yang baik?"
jaehyun tersenyum geli, ia menunduk menyembunyikan rona merah disekitar pipinya. namun boeun menyadari itu, bahkan ia bisa melihat senyum malu jaehyun dari duduknya.
telinga memerahnya sudah menandakan jaehyun tengah malu sekarang.
"dia sangat baik nek. dia bahkan sangat cantik dan manis, matanya bulat, hidungnya begitu bengir, bibirnya yang begitu uh.. sudahlah aku tidak bisa menggambarkan wajahnya."
boeun kembali tertawa, ia menyuruh jaehyun mendekat lalu jaehyun mendekat dan duduk disamping neneknya.
"mau seperti apapun dia, dia harus tau dan harus bisa menerimamu apa adanya. mengerti?"
jaehyun tersenyum tipis mendengar nasihat kecil neneknya.
namun suara ketukan pintu membuat keduanya menoleh. boeun berdiri, meninggalkan jaehyun yang melamun didepan perapian.
"aigo, siapa namamu? apa kau mencari jaehyun?"
jaehyun mengerutkan alisnya saat namanya disebut. ia berdiri, ikut menyusul neneknya di depan pintu.
sebelum sampai ia terkejut melihat lalisa berdiri dibelakang neneknya, lalisa terlihat tersenyum lebar padanya.
"anyeong hyunie!"
jaehyun gelagapan, ia mengusap tengkuknya. telinganya memerah secara tiba-tiba mendengar sapaan lalisa.
akhir-akhir ini telinga jaehyun menjadi sering memerah.
boeun yang menyadari tingkah malu cucunya langsung saja ia mengakhiri semua ini dengan membantu lalisa melepas mantel, syal, dan winter beanienya.
"aigo aigo... duduklah biar nenek buatkan kau coklat panas dan kue kering."
lalisa menahan boeun, ia tersenyum manis pada boeun lalu mengangkat sebuah bingkisan cantik.
"aku membawa kue jahe untuk kalian, yang ini untuk kita makan, lalu yang ini untuk stok kalian nanti."
boeun menatap dua bingkisan itu terkejut,"kau membelinya untuk kami?" lalisa kembali tersenyum.
"bukan, tadi aku membuatnya bersama ibu. tadi ibu juga menyuruh membungkuskan dua untuk untuk kalian."
"wah benarkah? kau membuatkannya untuk kami?" lalisa mengangguk semangat.
lalu boeun mengusap lengan lalisa dengan lembut, seolah berterima kasih padanya. jaehyun yang melihat itu tersenyum sampai kedua lesung pipinya mencuat, ia begitu senang melihat interaksi kedua orang ini.
jaehyun menatap keduanya yang asik mengobrol sampai melupakanya.
"jadi, siapa namamu gadis manis?"
"namaku lalisa lee, aku teman hyunie.."
boeun melirik pada cucunya, ia tersenyum nakal pada cucunya, seolah tengah meledek cucunya yang tampak memerah telinganya.
"hyunie? nama yang begitu manis. jadi gadis yeoppo ini memberikan nama yang kiyowo untuk cucuku yang nakal, hm?"
jaehyun tampak menatap kesal pada neneknya karena ia dikatai nakal, padahal jaehyun adalah anak yang baik, menurut jaehyun.
lalisa tertawa melihat wajah masam jaehyun, ia menatap nenek jaehyun dengan begitu lembut.
"nenek. bolehkan aku memanggilmu nenek?"
"tentu saja, kau ini sudah kuanggap cucuku sendiri. kemari! nenek akan menepuk kepalamu sampai tertidur."
"bagaimana dengan cucumu yang ini nek?" jaehyun kembali protes karena neneknya malah lebih memperhatikan lalisa.
boeun menepuk tempat disebelah lalisa, segera saja jaehyun meluncur dan menempatkan dirinya disamping lalisa.
jaehyun menatap Lalisa dari samping,"bagaimana kau menemukan rumahku?"
lalisa tersenyum tipis,"aku tadi bertemu dengan minnie, jadi aku bertanya padanya."
"kau kenal dengan minnie?"
lalisa mengetuk dagunya,"ya, tapi kami tidak terlalu akrab. hanya saja kami dulu pernah bertetangga saat sekolah menengah pertama."
"oh, kalau begitu minnie adalah teman kecilku. dulu saat sekolah dasar kami bermain bersama, lalu saat kelas menengah atas pertama kami bertemu kembali."
lalisa mengerutkan alisnya, ia menatap jaehyun dengan aneh.
"hyunie.."
jaehyun menatap balik lalisa, ia juga tampak bingung dengan raut wajah aneh lalisa.
"apa?"
"nafasmu bau jahe."
lalu keduanya tertawa bersama, diikuti boeun yang mendengar penuturan lalisa.
gue bikin chapter ini terinspirasi dari vlivenya jisoo waktu salju pertama kore turun tanggal 14 atau 15, kalo gasalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable✔️
Teen Fictionini kisah jung jaehyun dan gadis dengan beribu senyumnya. gadis manis yang begitu ramah, hingga mampu menggaet hati jung jaehyun. 📎; lowercase. 展示 ー sepiajeong, 2O21.