Bab 21. Paman Kerajaan Pangeran
Sudah lima tahun berlalu, istana Kerajaan Luxerus juga mengalami beberapa perubahan strukturnya. Termasuk beberapa ruangan tambahan yang digunakan untuk kebutuhan Lasse. Lasse memang terkadang akan tinggal di istana. Beberapa waktu, dia akan gunakan untuk perpustakaan istana yang tentunya lebih lengkap dan yang lainnya dia akan menyambut para putri yang berkunjung ke istana Ratu.
Sudah lebih dari enam bulan dia tidak kembali ke istana. Sekarang dirinya berada di jalan menuju Aula Kerajaan untuk menyapa Yang Mulia Ratu Witty Luxury dan berdiskusi untuk rencana masa depannya.
"Salam, Yang Mulia Ratu" ucapnya ketika dia melihat Witty duduk di singgasana kerajaan. Sepertinya dia sedang fokus membaca dokumen di tangannya sehingga tidak memerhatikan Lasse yang berjalan masuk hingga dia berlutut dan memberikan penghormatan.
Witty yang dahinya berkerut dalam, saat melihat Lasse, bibirnya tersenyum manis, dan aura suram sebelumnya yang melingkupi di sekitar menghilang, digantikan dengan kehangatan.
Witty mengontrol ekspresinya yang berlebihan, dia terbatuk dan duduk tegak, senyuman masih terpatri di wajahnya yang tidak berubah meskipun sudah lima tahun berlalu.
"Selamat datang kembali, Guan Lasse. Berdirilah."
Sesuai dengan perintah ratu, Lasse bangkit dan menghadap ratu dengan tegap dan hormat. Di wajah bayinya masih ada senyum menawan dengan mata jernihnya.
Witty mengangguk, setiap kali dia melihat Lasse yang tumbuh semakin dewasa, dia akan selalu merasa bangga di hatinya. Inilah anak yang aku besarkan.
"Bagus kamu ada disini sekarang. Aku mempunyai sesuatu untuk dibicarakan denganmu."
Witty berdiri dari singgasananya dan menyuruh Lasse untuk mengikutinya ke dalam ruangan kerja sang Ratu. Dia mengintruksikan agar kepada para pengawal yang hadir agar tidak memasuki ruangan.
Lasse mengikuti Witty menuju ruangan yang ditunjuk. Dia tidak bisa membantu tapi melihat punggung sosok yang berjalan didepannya. Punggung itu tegap dan cara berjalannya anggun dan menawan. Orang yang meskipun hanya melihatnya dari punggung kecilnya, orang itu akan tahu bahwa sosok itu adalah wanita yang cantik dan mulia.
Witty sudah hampir berkepala empat tahun ini, namun meskipun begitu, dia masih mempertahankan penampilannya yang indah dan menawan. Wajahnya putih dan halus, terlihat sperti dia baru berusia dua puluhan. Sifatnya pun yang lembut dan terbuka, tidak menunjukkan dia sudah berumur hampir empat puluh tahun.
Saat sudah memasuki ruangan kerja ratu, menutup pintu, dan hanya ada mereka di ruangan tersebut, sikap anggun dan menawan bangsawan yang dimiliki Witty seketika runtuh. Dia langsung memeluk Lasse yang sekarang tingginya hampir sama dengannya. Dia dengan khawatir membalik-balikkan tubuh Lasse, memeriksa setiap inchi tubuhnya. Setelah tiddak menemukan ada yang salah, dia menghela nafas lega.
Witty memukul pundak Lasse yang terlihat keras tapi tidak menyakitkan sama sekali dan memarahi Lasse, "Masih ingat untuk pulang? Tidakkah kamu sangat menyukai menyiksa dirimu sendiri dengan bertarung dengan Lexus bajingan itu? Apa kamu masih memiliki hati nurani untuk memerhatikan wanita tua ini? Dasar bajingan kecil!"
Lasse memasang wajah menyakitkan dan dengan senyuman dia memeluk Witty dengan lembut. Sedikit rasa bersalah menyelimuti hatinya. Dia terlalu terhanyut dalam ambisinya untuk menjadi kuat dan tidka terlalu memerhatikan sekitar.
"Kakakku, Ratuku tercinta, maafkan Lasse, oke? Jangan terlalu mengkhawatirkan Lasse, dan juga Lasse juga sangat merindukan kakak ratu."
Witty mendengus kecil, dia membalas pelukan Lasse dan sedikit hangat di hatinya. Dia tersenyum kecil, menepuk punggung Lasse dengan lembut.
"Sudahlah, bagaimana dengan pelatihanmu?"
Lasse dan Witty duduk berdampingan di atas sofa panjang yang ada di ruangan itu. Lasse menceritakan semua peristiwa yang terjadi selama masa pelatihannya. Dia juga sesekali bertanya hal yang membingunkannya selama pembelajaran dan Witty dengan santai menjawabnya. Terlihat suasana di ruangan itu sangat harmonis. Dia juga menyampaikan tujuannya kepada Witty.
"Berpergian?"
"Ya, berpergian." Lasse terdiam sebentar, "Aku juga ingin mengunjungi kakak Ze. Sudah lebih dari lima tahun aku belum bertemu dengannya."
Witty termenung cukup lama. Memang benar, Lasse sudah memiliki umur yang cukup untuk pergi mencari pengalaman diluar. Terlebih lagi, dia sudah mempunyai ilmu yang cukup untuk perjalannya.
"Baiklah, tidak masalah. Apakah kamu akan berpergian sendiri?"
Lasse menjawab tanpa ragu, "Iya, Yang Mulia. Dalam perjalanan pun aku bisa berteman dengan yang lain dan menambah hubungan diluar."
Witty mengangguk, menyetujui apa yang Lasse katakana. Dia juga merasa, jika dia ditemani dengan pengawal, dia tidak akan mendapatkan pengalaman terbaiknya. Selain itu juga, dia akan tahu bagaimana dunia ini dan bertahan dengan caranya sendiri.
"Baiklah. Kapan kamu akan pergi?"
"Aku masih belum memikirkannya. Lasse rasa dalam waktu dekat ini."
Witty tersenyum, dia memikirkan idenya. "Bagaimana jika sebelum kamu pergi, kamu ikut denganku ke suatu tempat? Kita juga dapat berkunjung ke kakakmu dalam perjalanan."
Witty akan berpergian ke wilayah Kerajaan Xerxes untuk membahas masalah perbatasan Kerajaan. Kerajaan Xerxes adalah kerjaan baru yang terbentuk lima tahun lalu. Lima tahun lalu, tidak ada yang tahu bagaimana kerajaan itu bisa muncul menggantikan kerajaan sebelumnya. Hanya informasi malam itu bahwa seluruh anggota kerajaan sebelumnya dengan para pelayan serta prajurit yang tingga terbunuh dalam satu malam, termasuk Raja mereka. Untuk perubahan pemerintahan, mereka mengambil paman kerajaan yang masih ada hubungan darah dengan raja sebelumnya menggantikan raja. Putra yang masih tersembunyi kebenarannya tertelan bumi, sehingga tidak dapat meneruskan penerus kerajaan dan hanya bisa diteruskan oleh kerabat kerajaan.
Semua pejabat serta sistem pemerintahan diganti dengan yang baru. Termasuk nama kerajaan mereka yang sebelumnya bernama Kerajaan Archean.
Mendengar kata itu, Lasse menjadi dingin di hatinya. Perlahan matanya menjadi lebih gelap dan lebih gelap. Inilah yang menjadi targetnya!
Lasse pernah bertemu dengan 'paman kerajaan' ini. Dia bernama Melancton Xerxes. Dalam ingatannya, sebenarnya tidak benar-benar bertemu dengannya. Dia melihat dari jauh bagaimana paman kerajaan ini.
Melancton pernah datang ke istana untuk mendiskusikan sesuatu dengan ayahnya yang seorang raja. Saat itu juga, dia melihatnya. Dia sangat sopan dan sikapnya pun hormat kepada Raja. Dengan kulit coklat serta pakaiannya yang bisa dibilang sederhana, dia nampak seperti orang yang hangat dan lembut.
Kesan pertamanya tentang paman kerajaan ini sangat bagus dan sedikit mengagumi sifatnya. Dia terlihat sangat baik dan tidak akan menyakiti siapapun. Siapa yang menduga kalau dia adalah musang yang memakai bulu domba. Dia memang seperti namanya, Bunga Hitam.
Lasse mengontrol kembali ekpresinya dan menekan perasaannya. Beruntung kalau Witty tidak memerhatikan ekspresi kejam miliknya beberapa saat lalu.
Setelah menjelaskan ini dan itu, Witty kembali bertanya apakah dia akan ikut atau tidak? Tentu saja Lasse akan mengikutinya. Dia akan berkunjung ke Paman Kerajaanya, bagaimana dia akan menolaknya?
***
Catatan Penulis:
Kenapa aku merasa hubungan Lasse dan Ratu ini sedikit 'ambigu' ya?
....
Tidak! Itu tidak boleh terjadi! Lasse x Witty NO!! BIG NO!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rubah Kecil: Rebirth The Prince of Archean Kingdom
FantasyIni hanyalah kisah tentang seorang pria dewasa yang dipindahkan ke dalam tubuh seorang anak kecil berusia 9 tahun. Dipindahkan saat tubuhnya setengah mati. Dipindahkan saat tubuhnya penuh luka dan hampir tidak bisa bergerak. Dipindahkan dengan ident...