11

40 41 1
                                    


"Jadi itu rencananya? Bagus, kita juga perlu informasi dari kota Agraiv. " Sean mengangguk setelah menjelaskan beberapa inti dari rencana yang ia buat.

"Aku akan menemani Asa, kau bisa bergerak kan? " Clarie mengangguk, "Tentu saja, kau pikir aku lemah? " Clarie mendengus.

Sean tersenyum lalu menggelengkan kepalanya, "Tentu saja tidak. "  Mereka berjalan keluar menuju rumah Brein.

Rumah Brein tampak ramai dari pada kemarin, "Ada apa ini? " Sean bertanya pada Brein yang berada di luar rumahnya.

"Yang mulia menyuruh mereka berkumpul, mungkin akan ada perang disini. " Bisik Brein pada Sean.

Sean melotot, perang? Yang benar saja!!

"Kita harus menemui Asa terlebih dahulu. " Clarie menerjang ramainya penduduk kurcaci, mereka mungil dan lucu.

"Baiklah." Sean mengikuti Clarie, beberapa kurcaci memeluk kaki Sean lalu berkata, "Kakak, nikah sama aku yuk? " Sean tersenyum lalu menggeleng.

Sean menghela nafas lega setelah dia mencapai tujuan. Mereka masuk lalu menemui Tycoon yang sedang merenung dengan sebuah tongkat bercahaya di tangannya.

"Tycoon? " Panggil Clarie, Tycoon masih saja tidak bergerak. Tongkat itu semakin lama semakin bercahaya, sampai membuat ruangan ini menjadi panas.

"Tycoon? "
"Dia sedang berkomunikasi dengan negeri air, kalian mau menemui Asa? Lewat sini" Ucap wanita yang kemarin mengantar mereka.
"Ada apa dengan negeri air? " Tanya Clarie, wanita itu menoleh.

"Racun yang kemarin Asa makan, ternyata dari klan Duyung. Mereka itu dari negeri air. " Ternyata yang membuat Asa tergeletak sekarat adalah negeri air, pikir Sean.

Mereka mengikuti wanita itu yang menuntun ke tempat Asa. Terlihat Asa yang sedang berbaring sambil melongo.

"Saya permisi dulu. " Ucap wanita itu lalu meninggalkan mereka. Sean mengangguk.

"Bodoh! " Clarie histeris, dia menggunakan kekuatannya lalu memojokkan Asa di tembok.

Duaakk

"Aw! " Ucap Sean merasa simpati pada Asa. Asa yang barusan sehat langsung terbanting seperti ini membuat dirinya muntah darah.

"Eh?? " Asa melihat darah mengalir pada mulutnya, Clarie kaget. Asa terhempas saat Clarie tidak menggunakan kekuatan nya.

"Kadoc, " Panggil Sean pelan, Kadoc muncul didepan mereka. Sean menutup pintu kamar lalu menolong Asa.

"Aku sekarat, sampaikan wasiatku pada adikku bahwa aku menyayangi dia. " Asa menutup matanya.

"Aku melihat kecoa besar di sampingmu" Asa melotot lalu berdiri, melihat sekitar dan ternyata tidak ada kecoa.

Asa menatap datar Sean. "Nih lap. " Sean memberikan Asa sebuah lap, Asa mengusapkannya pada mulutnya.

"Maaf." Cicit Clarie merasa bersalah di pojokan, dia memainkan jarinya di lantai lalu memanyunkan bibirnya.

"Aku akan mati. " Asa memulai drama nya, dia memegang dada nya lalu meremas nya. Dia terbatuk lalu terduduk.

Sambil lirih dia berkata, "Jika mentari bisa menerangi jalanku, bimbinglah aku. " Dia terbatuk lagi.

"Sepertinya kau sudah sehat. " Sean memukul kepala Asa cukup keras, membuat Asa meringis kesakitan.

"Baiklah tuan dan nyonya, apa yang kau lakukan di istana ku. " Asa melipatkan tangannya di dada. Clarie menatap sekeliling kamar ini.

"Kamarmu bewarna pink? Pfft"  Clarie tidak bisa menahan tawa nya, kamar ini terlihat seperti kamar anak perempuan, bukan untuk laki-laki.

"Sudahlah." Sean melerai mereka sebelum pertengkaran antara dua belah manusia dimulai.

TOWER OF GAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang