"Jadi itu rencananya? Bagus, kita juga perlu informasi dari kota Agraiv. " Sean mengangguk setelah menjelaskan beberapa inti dari rencana yang ia buat."Aku akan menemani Asa, kau bisa bergerak kan? " Clarie mengangguk, "Tentu saja, kau pikir aku lemah? " Clarie mendengus.
Sean tersenyum lalu menggelengkan kepalanya, "Tentu saja tidak. " Mereka berjalan keluar menuju rumah Brein.
Rumah Brein tampak ramai dari pada kemarin, "Ada apa ini? " Sean bertanya pada Brein yang berada di luar rumahnya.
"Yang mulia menyuruh mereka berkumpul, mungkin akan ada perang disini. " Bisik Brein pada Sean.
Sean melotot, perang? Yang benar saja!!
"Kita harus menemui Asa terlebih dahulu. " Clarie menerjang ramainya penduduk kurcaci, mereka mungil dan lucu.
"Baiklah." Sean mengikuti Clarie, beberapa kurcaci memeluk kaki Sean lalu berkata, "Kakak, nikah sama aku yuk? " Sean tersenyum lalu menggeleng.
Sean menghela nafas lega setelah dia mencapai tujuan. Mereka masuk lalu menemui Tycoon yang sedang merenung dengan sebuah tongkat bercahaya di tangannya.
"Tycoon? " Panggil Clarie, Tycoon masih saja tidak bergerak. Tongkat itu semakin lama semakin bercahaya, sampai membuat ruangan ini menjadi panas.
"Tycoon? "
"Dia sedang berkomunikasi dengan negeri air, kalian mau menemui Asa? Lewat sini" Ucap wanita yang kemarin mengantar mereka.
"Ada apa dengan negeri air? " Tanya Clarie, wanita itu menoleh."Racun yang kemarin Asa makan, ternyata dari klan Duyung. Mereka itu dari negeri air. " Ternyata yang membuat Asa tergeletak sekarat adalah negeri air, pikir Sean.
Mereka mengikuti wanita itu yang menuntun ke tempat Asa. Terlihat Asa yang sedang berbaring sambil melongo.
"Saya permisi dulu. " Ucap wanita itu lalu meninggalkan mereka. Sean mengangguk.
"Bodoh! " Clarie histeris, dia menggunakan kekuatannya lalu memojokkan Asa di tembok.
Duaakk
"Aw! " Ucap Sean merasa simpati pada Asa. Asa yang barusan sehat langsung terbanting seperti ini membuat dirinya muntah darah.
"Eh?? " Asa melihat darah mengalir pada mulutnya, Clarie kaget. Asa terhempas saat Clarie tidak menggunakan kekuatan nya.
"Kadoc, " Panggil Sean pelan, Kadoc muncul didepan mereka. Sean menutup pintu kamar lalu menolong Asa.
"Aku sekarat, sampaikan wasiatku pada adikku bahwa aku menyayangi dia. " Asa menutup matanya.
"Aku melihat kecoa besar di sampingmu" Asa melotot lalu berdiri, melihat sekitar dan ternyata tidak ada kecoa.
Asa menatap datar Sean. "Nih lap. " Sean memberikan Asa sebuah lap, Asa mengusapkannya pada mulutnya.
"Maaf." Cicit Clarie merasa bersalah di pojokan, dia memainkan jarinya di lantai lalu memanyunkan bibirnya.
"Aku akan mati. " Asa memulai drama nya, dia memegang dada nya lalu meremas nya. Dia terbatuk lalu terduduk.
Sambil lirih dia berkata, "Jika mentari bisa menerangi jalanku, bimbinglah aku. " Dia terbatuk lagi.
"Sepertinya kau sudah sehat. " Sean memukul kepala Asa cukup keras, membuat Asa meringis kesakitan.
"Baiklah tuan dan nyonya, apa yang kau lakukan di istana ku. " Asa melipatkan tangannya di dada. Clarie menatap sekeliling kamar ini.
"Kamarmu bewarna pink? Pfft" Clarie tidak bisa menahan tawa nya, kamar ini terlihat seperti kamar anak perempuan, bukan untuk laki-laki.
"Sudahlah." Sean melerai mereka sebelum pertengkaran antara dua belah manusia dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOWER OF GAME
FantasyAnta, Bony dan Galih tidak sengaja memasuki dunia game. Mereka bertahan hidup dengan menebas kepala monster itu satu persatu. Ternyata selama ini, mereka terjebak dalam Game yang bernama "Tower Of Game" Game itu seharga jutaan dolar. Bagaimana bisa...