3

3 1 1
                                    








💅 belum mengenali





“ TOLONG TANYAKAN PADA TUHANKU, BOLEHKAH AKU YANG BUKAN ADIKNYA MAU BUNUH AKSA~~”

“ HEH KUNYUK, BERISIK LU, DIEM APA”

“ LU SENDIRI NYURUH GUA JANGAN BERISIK TAPI SENDIRINYA BERISIK.”

Pertengkaran kali ini rupanya saling adu mulut. Dan itu sudah menjadi hal yang sangat lumrah untuk kedua kakak beradik ini.

Sudah Tak ada balasan lagi dari aksa, ia hanya menatap aksel datar. Sedangkan yang ditatap hanya melengos pergi .

“sel, lu sopan dikit kek sama abang sendiri. Gaada akhlak lu emang” cibir aksa tak terima.

“ mana ada abang kaya lu, gaada pantes pantes nya lu mah jadi abang sa” balas aksel sembari mengambil susu coklat kesukaannya di kulkas.

“ gue udah sabar selama ini buat drama di sekolah seolah olah gue bukan abang lu, giliran di rumah lu gaada terimakasih nya sama sekali. Dasar laknat”

ucap aksa dramatis seolah menggiring suasana agar romantis untuk mereka berdua.

“ sok dramatis banget lu sa, kita Cuma beda setengah jam juga, lebay amat lu”

“ mau sampe kapan kita drama terus kaya gini sel ?” tiba tiba sorot pandang aksa menjadi serius.

Aksel tak tau, ucapan abangnya ini memang serius atau hanya drama.  Ia berusaha mencari sisi bercanda pada sorot pandang aksa, namun ia tak menemukannya. Nyatanya, aksa benar benar serius dengan ucapannya kali ini.

Setelah mengetahui bahwa kali ini aksa memang serius, tiba tiba saja aksel gugup, tubuhnya mematung kikuk.

“ y-yaa terus aja gini, jangan ada yang tau. Emnang kenapa?” aksel berusaha tak gugup. Karena sebenarnya aksel sangat takut jika aksa sudah berbicara serius. Bagaimanapun juga, aksa ini abngnya, dan sudah pasti jauh lebih dewasa dibandingkan dirinya. Apalagi aksa adalah satu satunya anggota keluarganya yang tersisa. Jadi, aksa adalah tempat berpulang aksel, sejauh apapun aksel akan pergi.

“ gini ya sel, gue mau ngejaga lu setiap saat di sekolah, karena lo kan gabisa kecapean banget. Dan kalo kita kaya gini terus, seolah olah ada penghalang. Nanti malah ada gossip miring kalo ita disangka pacaran, kan ga enak sel” jelas aksa. Sudah nampak jelas raut khawatir di wajah aksa. Dan aksel tau itu.

Aksel terdiam sesaat sebelum ia mengangkat kepalanya untuk coba menatap aksa. Disini, aksel mencoba untuk menjadi adik yang sebenarnya untuk aksa.

“ gue baik baik aja kok sa, gausah khawatir. Serius” aksel coba meyakinkan aksa.

“ tapi di sekolah gue gabisa jaga lo seharian sel, gue gamau liat lo sampe sakit nanti” aksa semakin terlihat risau

“ bang, percaya ya sama gue. Gue bakal baik baik aja” aksel tersenyum tulus.

Hati aksa menghangat kala aksel menyebutnya dengan sebutan itu. Jujur saja, aksa memang selalu terharu jika aksel mengakuinya sebagai abangnya.

SENANDIKA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang