Apa Salahku?

87 15 4
                                    


Busan, 21 Agustus 2017

Pagi itu berjalan seperti biasanya, selalu tentram dan tanpa gangguan. Menikmati segala ciptaan Tuhan yang tergambar di pupil mataku. Menggesekkan sepatu pada jalanan kota untuk sebuah tujuan. Aku berjalan santai dengan earphone yang hanya ku selipkan pada sisi kanan telingaku.

Bus jurusan ke sekolahku berhenti tepat pada saat aku tiba di tepian halte. Aku memilih duduk pada kursi penumpang deretan kiri, sedikit membuka jendela dan menikmati tamparan angin pagi yang sangat menyejukkan.

Aku menikmati perjalanan ini dengan mendengarkan lagu. Hingga Bus berhenti pada halte selanjutnya, orang-orang berdatangan dan aku merasakan seseorang menempati kursi, duduk disampingku.

Seperti biasa, aku tidak peduli. Memilih untuk memejamkan mata, dan mencoba menyelami mimpi.

"Hei, bangunlah. Sudah sampai."

Aku terbangun, merasakan sesuatu menarik-narik earphone yang ku gunakan.

Mataku bergerak liar pada sisi jalanan, dan kenyataan bahwa bus masih melaju pada jalur yang sama. Belum saja menemukan mimpi apa aku nantinya, seseorang tertawa akan candaannya yang menurutku sangat tidak lucu.

Aku berserapah dalam hati, kenapa Tuhan membuat pagi cerah ku menjadi sedikit mendung. Ku pandang sekilas lelaki disamping ku yang ternyata mengenakan seragam yang sama denganku, wajah konyolnya menatapku seakan kita berteman begitu akrab.

"Kau marah?" Ia bertanya dengan ekspresi yang sedikit berbeda. Wajahnya terlihat lebih serius, dengan pola rahangnya yang mengakibatkan candu.

Tanpa menjawabnya, aku mengalihkan pandangan pada luar jendela. Dengan harapan aku diberi keajaiban sebuah kekuatan teleportasi. Ya, tentu saja untuk melarikan diri dari lelaki ber-tagname Lee Hangyul itu.

×××

Hari kedua sejak kepindahan Lee Hangyul membuat dampak yang sangat besar. Mungkin semua orang tahu, bagaimana pengaruh dari kedatangan pria tampan yang dikatakan bak anime hidup sepertinya pindah di sekolah yang populer ini.

"Kenapa kau tidak makan saat jam makan siang? Mau bersama denganku?." Suara itu menghentikan aktifas menulisku, dan menimbulkan tanda tanya pada diriku, apa aku baru saja di ajak berbicara oleh seseorang?

Aku mendongak untuk mengetahui siapa yang mengajukan pertanyaan tersebut. Disampingku, Lee Hangyul sudah bertengger disana, dan aku merasa terintimidasi dengan posisiku yang sekarang.

Ini bukan perihal dirundungkan ataupun penindasan terhadap ku. Hanya saja aku lebih memilih tertutup dan tidak banyak bicara pada siapapun, bahkan jika anak-anak mengajakku untuk berbicara. Mungkin mereka akan mengira bahwa aku ini bisu.

Lee Hangyul, ia melangkah, semakin dekat hingga menarik kursi untuk duduk menyamping dari sisi kanan mejaku. Aku mengabaikannya seperti biasa, memasang earphone dan menyalakan sebuah lagu.

Aku melepas harapan bahwa Lee Hangyul akan pergi dalam beberapa menit, dan kini ia malah menatapku dengan kepala miring.

"Aku tidak makan nasi saat makan siang, jadi kau pergi sendiri saja."

Setelah lama terdiam, Lee Hangyul membuka mulutnya.

"Suaramu sangat indah... "

Itu terlalu menyedihkan jika aku mengatakan, bahwa orang tuaku saja tidak mendengar jelas bagaimana aku berbicara.

Ini mengejutkan, karena aku mendengarnya dari siswa pindahan yang bahkan baru saja mendengarkan aku berbicara hanya sekali dari pertama kali kita bertemu.

Walaupun ia terlihat berbicara tanpa berpikir, aku berjanji untuk nantinya akan mengabaikan, bahkan jika aku mendengar suaranya yang seperti itu. Entah itu karena mata murni Lee Hangyul, senyumnya yang khas, atau gadis lain yang mengatakan itu padaku lain kali.

"Yak, aku tahu kau sedang tertawa didalam hati." Hangyul berkata seolah-olah ia melihatku sedang tertawa, bahkan ia tidak tahu bagaimana caraku untuk tertawa. Ah, ini yang pertama baginya.

"Aku harus banyak bicara denganmu mulai sekarang. Karena lebih cantik jika aku mendengarmu tertawa!" Ia mengatakannya dengan berlari kecil, meninggalkan ku sembari melambaikan tangannya.

Pada saat itu situasi yang aku khawatirkan pun tercipta.

"Apa-apaan dia? Kau tidak mengatakan sepatah kata pun kepada kami, dan kau sedang berbicara dengan Hangyul sekarang? Sial."

"Cari perhatian. Jadi selama ini dia penggoda?"

Itu adalah sesuatu yang benar-benar aku khawatirkan. Kehidupan tak terlihatku disekolah yang sudah lama aku jaga, akhirnya runtuh dalam sekejap akibat perlakuan Lee Hangyul.

Sejak itu aku mulai diintimidasi oleh semua siswa kelas, maupun kelas lain pun. Dari semua gunjingan, hingga sampah yang sengaja mereka buang kedalam loker ku.

Apa salahku?

©osscarios

Without You ; Lee HangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang