Aku masih memikirkan tentang apa yang telah terjadi. Ia hanya mengatakan bahwa dirinya sedikit tidak enak badan, dan pamit dengan wajah ceria seperti biasa. Sebenarnya, apa yang telah terjadi?
Hari-hari berikutnya Hangyul tidak pernah menemui ku. Aku menjadi sangat khawatir, apalagi setelah ia mengatakan kurang enak badan diakhir pertemuan itu, ia tidak pernah kembali menunjukkan batang hidungnya.
Jika saja ia memiliki ponsel untuk aku hubungi, aku pasti akan mengomelinya. Tapi nyatanya, dia berkata tidak memiliki ponsel. Baiklah, aku akan percaya.
Hingga di bulan Desember, aku masih saja menunggu.
"Selamat hari natal."
Aku merayakan hari bahagia ini bersama keluarga. Namun tetap saja, aku masih merindukannya.
Dan itu semua berakhir ketika sekolah sudah dijadwal berangkat seperti biasanya.
"Yang benar saja?"
"Sepertinya aku akan memiliki teman seorang idol."
Aku memasuki lingkup sekolah seperti biasa. Bahkan dihari pertama pun sudah diawali dengan gosip yang sama sekali aku tidak tahu.
Dalam perjalanan hingga sampai di ruang kelas pun aku tidak melihatnya, dimana dia? Aku hanya perlu diam dan menantikan.
"Sudah kubilang, Hangyul adalah artis!"
"Seperti apa grup dia nanti? Ah aku sungguh tidak sabar."
Aku hanya menunduk ketika orang-orang ramai membicarakan Hangyul. Lalu dengan cekatan, tanganku bergerak untuk mengetikkan sebuah nama pada kolom pencarian. Mataku terpaku pada sebuah berita di naver.
Aku sedikit terkejut, ada rasa bahagia, dan juga takut kehilangan. Detik itu aku benar-benar menyadari bahwa aku tetaplah aku. Bahkan aku berlebihan, karena berfikir Hangyul akan membuka dirinya kepadaku.
Semenjak hari itu, aku tidak pernah melihatnya masuk sekolah. Mungkin ia terlalu sibuk menjalani trainee sebagai idol. Terkadang aku selalu berfikir, dia sangat keren. Aku akui jika dia memang pantas untuk mendapatkan posisi itu.
Hingga waktu terus berlalu, menyisakan sebuah hari dimana ini adalah titik dari segala usaha belajar kita sebelumnya. Bulan Februari, tepatnya ujian kenaikan kelas. Aku memandangi kursi kosong di seberang kanan tempatku, dan berharap dia akan datang di hari yang penting ini.
Beberapa hari sebelumnya, sebenarnya Hangyul masih tetap menampakkan dirinya. Walau terlambat datang ke sekolah dan pulang lebih awal. Kadang hingga satu minggu ia tidak memasuki sekolah, dan tiba-tiba mengejutkan orang-orang karena ia sudah tertidur di kelas pada pagi hari.
Apakah dia akan berangkat karena ini Ujian semester akhir? Sepertinya tidak, karena kursi itu tetap kosong.
Dihari ketiga, ia datang. Aku selalu saja membeku, aku tidak ingin menemuinya lebih dulu. Dan yang terjadi hanyalah, aku yang hanya bisa memandanginya dari sudut ruangan kelas.
×××
Sudah lama sekali, sejak hari itu. Aku sudah menjadi seorang senior. Ya, aku sudah berada di kelas akhir sekarang. Keadaan sedikit berbeda, dan aku mulai berani bicara kepada orang-orang.
"Yak, Lee Hangyul datang!"
Dan Hangyul sudah semakin terkenal. Ah aku tidak terlalu tahu saat itu, tapi itu yang aku dengar dari siswa lain.
"Hangyul, ayo foto bersama. Aku harus mengunggahnya di Insta!"
"Aku yakin followers ku akan bertambah banyak."
Orang-orang berkumpul mengelilingi Hangyul, disaat itu juga ia mau menerima ajakan mereka. Sungguh laki-laki yang murah hati.
Aku memandanginya dari tempat duduk. Bagaimana caranya ia bisa membuatku semakin jatuh cinta padanya? Dan kenapa dia selalu memberiku banyak saingan untuk merebut hatinya, bahkan karena ia semakin terkenal, semakin banyak gadis cantik lain disana yang ingin memilikinya.
Mataku terus saja mengaguminya, namun betapa terkejutnya aku ketika kedua obsidian itu menemukanku yang sedang terpana. Aku gugup, dan mencoba mengendalikan diri ini agar bersikap biasa saja. Menekuk bibirnya, ia tersenyum kepadaku!.
Hangyul.., jangan. Itu mematikan.
Aku memalingkan wajah, menarik nafasku dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan. Lebih baik seperti ini, aku akan berlagak sibuk untuk menghindari senyuman itu.
Beberapa hari setelah itu, ia datang menemuiku. Aku yang sedang demam parah akibat kehujanan tempo hari. Ia datang dengan segala macam obat yang ia belikan.
"Aku tidak tahu kau sakit apa, jadi aku bawakan semua obat ini."
Hari itu aku melihat kecemasan pada wajahnya, bukankah itu hal baik? Dia mencemaskan aku. Apakah aku harus sakit agar dia selalu menemuiku?
Kami sedikit berbincang-bincang, aku bertanya bagaimana bisa ia tidak memberitahuku tentang ini. Tentang dia yang menjalani trainee Bahkan sebelum debutnya ini, ia sudah memiliki banyak penggemar.
"Apa yang membuatmu ingin melakukan ini?"
"Hanya saja, wajah tampan ini akan sia-sia jika orang-orang tidak melihatnya." Mendengar itu kami tertawa bersama. Secara terang-terangan ia sedang menyombongkan diri kepadaku.
Kami berakhir berpisah setelah seseorang menelponnya untuk segera pulang. Beberapa menit kemudian aku menyadari, dia membohongiku?
© osscarios
KAMU SEDANG MEMBACA
Without You ; Lee Hangyul
Fiksi PenggemarAku akan memilih untuk mencintaimu, jika dicintai hanya membuatku, kehilanganmu. Copyright ©2021, Osscarios