TERLAMBAT BARENG

10 3 3
                                    

•••

Kini Lara duduk ditepi ranjang kamarnya sambil menunggu Bi Sari datang untuk mengobati luka kakinya akibat insiden tadi. Tak lama kemudian datanglah Bi Sari sambil membawa kotak P3K.

"Sini Bibi obatin lukanya, takut infeksi kalo nggak diobatin" tutur Bi Sari dengan logat keibuan.

Gadis itu mengangguk.

"Non Lara kenapa bisa sampai jatuh?" tanya Bi Sari seraya mengobati kaki Lara.

"Tadi ada kucing tiba-tiba nyeberang jalan Bi, aku kaget otomatis ngerem mendadak, alhasil jatuh deh. Untung tadi ada yang nolongin aku" ceritanya.

"Pasti dia orang baik ya, Non"

"Iya Bi, tapi aku tadi lupa bilang makasih sama dia, keburu pergi orangnya dan kayak buru-buru gitu"

"Suatu saat kalo Non Lara ketemu, jangan lupa bilang makasih. Ya walaupun cuma nolongin Non jatuh dari sepeda saja, itu termasuk kebaikan 'kan. Nih, sudah selesai diobatin lukanya"

"Iya, makasih banyak Bi Sari"

"Sama-sama, kan udah kewajiban Bibi. Yasudah Bibi keluar ya, Non Lara kalo mau sesuatu panggil Bibi saja"

"Iya Bibi"

Gadis itu merebahkan tubuhnya diatas ranjang, tak sampai setengah jam ia sudah menjemput mimpinya.

Malam semakin larut. Awan bergerak tak menuntut. Angin bertiup halus menggelitik siapa yang bergelung selimut. Suara kendaraan sesekali menyahut. Kerlap-kerlip lampu kota. Terlihat semu terhalang kabut. Di ufuk timur semburat cahaya kuning turut unjuk. Menandakan pagi yang entah baik atau buruk.

Lara, gadis itu baru bangun dari tidur nyenyaknya. Ia menyingkap selimut tebal yang membungkus tubuhnya. Ekor matanya tak sengaja melihat jam yang terpajang indah di dinding.

06.40 a.m

Kedua matanya membelalak lebar. Terkejut? pasti! Bagaimana tidak, bangun terlambat adalah salah satu malapetaka, teruntuk lagi para pelajar.

"HAH?! GUE TELAT ANJIR!"

"AAAA MIMPI APA GUE SEMALAM!"

Gadis itu berlari terpincang-pincang menuju kamar mandi menghiraukan rasa perih yang ia dapatkan dari kakinya. Hampir saja ia jatuh kalau tidak pegangan pintu kamar mandi.

"AKH SIAL!"

Ia mandi dengan kilat setelah itu mengenakan seragam. Gadis itu memasukkan buku asal-asalan ke dalam tas dan tergesa-gesa menuju lantai bawah. Ia melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, pukul 06.50 a.m.

"Masih ada 10 menit, tenang Ra" monolognya.

"Bi aku berangkat" teriak Lara.

"Nggak sarapan dulu Non?" tanya Bi Sari dari arah dapur yang juga ikut teriak.

"Nggak ada waktu Bi, ini aja hampir telat, Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam Non"

"PAAK!? PAK ASEP AYO BERANGKAT!" teriak Lara di teras rumah. Nampaknya gadis itu terburu-buru. Yaiyalah.

"PAK ASEP DIMANA SIH?"

"PAK ASEEEEEEP?!"

Dari arah samping rumah Pak Asep berlari tergesa-gesa menuju anak sang majikan.

"Iya Non, ada apa?" tanya Pak Asep.

"Ayo Pak berangkat sekarang, keburu telatt"

"Aduh Non, mobilnya mogok dan saya lagi telepon montir suruh kesini. Non Lara mau nunggu sebentar?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LARA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang