¤06¤

6.2K 478 2
                                    

Aku terbangun menatap atap kamarku dengan perasaan bingung. Apa aku baru saja bermimpi Jaemin berpelukan dengan Hina? dan aku dipeluk laki-laki lain?

Oh gosh, Marcella Lee. Sepertinya otakmu sudah terlalu terkontaminasi virus drama Korea.

Aku melihat ke handphoneku dan melihat jam. Jam sudah menunjukkan jam 7:45. ASTAGA. Aku harus sekolah jam 8! Aku langsung bangun dan berlari kecil membuka pintu.

Tepat saat itu seseorang membuka pintu. "Kenapa udah bangun?" tanya orang itu melihatku.

"Aku telat! Kamu juga telat, Renjun-ah!" Aku baru saja akan berlari ke kamar mandi tapi dia menahan bahuku.

"No no. Kamu demam semalam. Jadi ga perlu sekolah hari ini." Aku menghela nafas lega. "Yah, setidaknya ada alasan untuk tidak masuk sekolah hehehe."

Renjun tersenyum. "으이구. *Aigoo.*" Dia mengacak rambutku kecil.

"Kamu? Kenapa ga sekolah?" Aku mengangkat sebelah alisku menatap Renjun. "Aku?" Matanya mengitari sekeliling. "Malas. Hehe. Lagipula yang lain juga ga sekolah."

"진짜? *Benarkah?*" Renjun hanya mengangguk. Aku menggelengkan kedua kepalaku. "Ckckck. Yaudah aku mandi dulu."

"Eii, 안돼. *Tidak boleh* Setelah pingsan lebih baik jangan mandi dulu." Aku mengernyitkan alisku. Pingsan? Setauku aku pingsan di mimpi.

Apa.. itu bukan mimpi? "Kapan aku pingsan?" Tatapan Renjun berubah agak gelap.

"Kemarin... saat mencari Jaemin." 

Ah... Jadi, Jaemin memeluk Hina itu bukan mimpi.

Aku tersenyum pahit. "Ah.. Baiklah." Tapi lebih dari itu, apa Jaemin sudah pulang?

"Jaemin di kamarnya kan?" tanyaku memastikan. Renjun tersenyum kecil.

"Iya, dia disana."

"Ah terserah. Pokoknya aku mau mandi." Aku langsung dengan cepat berjalan mendahului Renjun. "Hhh.. Keras kepala." Aku membalikkan badanku dan memberi tanda peace ke Renjun.

Jalan ke kamar mandi dari kamarku itu melewati kamar Jaemin. Saat aku melewati kamar Jaemin, hatiku terasa sesak. Setelah aku mandi, aku keluar dari kamar mandi. Aku melihat Mark sedang berjalan ke arahku.

Tepat saat itu Jaemin keluar dari kamarnya. Dia dan Mark bertatapan, tapi tatapan Mark kali ini agak... sinis? Kemudian, Mark hanya melewati Jaemin. "Yo, Marcella. I bought this."

"Poridge?" Aku menghela nafas. "You know that I don't like this kind of thing." Aku memutar bola mataku.

"Orang sakit memang harus makan ini." Aku mengerucutkan bibirku.

"Aku ada schedule. Makan ini sampai habis ya." Aku hanya mengangguk dan melambaikan tanganku ke Mark.

"Thanks, you're the best." Aku mengacungkan jempolku sambil mulai duduk di meja makan dan mencerna bubur.

Mark terlihat pergi bersama Haechan, Chenle, dan Jeno. Akhirnya aku makan sendiri.

Kemudian, seseorang datang dan duduk di kursi sebelahku. "Ayo kita bicara." Aku yang sedang akan melahap bubur di sendokku, akhirnya menaruh kembali sendok itu.

Aku tersenyum tanpa menatap dia. "Buat apa?"

"Aku merasa harus meluruskan hal ini."

"Bukankah memang sudah lurus?"

"Tapi---"

"Jangan ganggu dia." Terlihat Renjun datang entah darimana. "Apa?" tanya Jaemin.

"Kubilang jangan ganggu Marcella."

"Aku tidak mengganggunya, aku hanya sedang mengajaknya berbicara."

Renjun hanya diam. Renjun menatapku. Kemudian menarik tanganku. "Ayo Marcella, makan di luar saja bersamaku."

Jaemin pun bangun dan menarik tanganku juga. Astaga, drama macam apalagi kali ini. Aku bingung harus melakukan apa. Aku hanya ingin melanjutkan makan buburku.

"Apa-apaan? Aku sedang ada urusan dengan Minhae, Huang Renjun." Terdengar nada suara Jaemin mulai meninggi.

"Urusan apanya? Apapun yang kamu bilang pasti akan menyakiti hati dia!" Jaemin menatapku. "Sakit hati? Aku yakin Minhae ga akan sakit hati."

"Kau tau apa emangnya?! Kamu selalu seperti ini, Na Jaemin. Egois, gapunya hati." Jaemin melepas tanganku dan mencengkram baju Renjun. Amarahnya mulai tersulut.

"Jangan seperti ini, Jaemin-ah, Renjun-ah!" Aku berusaha melerai mereka. Tapi tidak ada yang mau mendengar.

"Jangan ikut campur urusanku, Renjun." Terdengar suara dingin Jaemin. "Semalam dia pingsan aja kamu ga tau!" Renjun mulai membentak Jaemin.

Cengkraman Jaemin di baju Renjun mulai melemah. "Pingsan?.." Jaemin menatapku. Aku menunduk. Mataku mulai berkaca-kaca lagi.

"Dia mencarimu dan bahkan melihatmu berpelukan disana! Kalau aku ga mencari dia kemarin, bisa-bisa dia akan pingsan dan terjadi hal buruk kepadanya. Dan bahkan kamu." Renjun menunjuk wajah Jaemin. 

"Kamu ga akan sadar bahwa dia sedang terluka. Karena kamu lebih memilih untuk berpelukan dengan pacar barumu itu."

pinocchio ◇ jaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang