Sebagian peristiwa berdasarkan kisah nyata, dan sebagian lagi berdasarkan imajinasi penulis. Terdapat nama suatu Tempat, Negara, Wilayah, Kota dan lain-lain termasuk dalam nama yang dikarang penulis sendiri.
***
Torrens, Senin pagi pukul 07.00 AM
Tinn...Tinn...
Tinn...Tinn...
"Ya Tuhanku, lama banget ini lampunya belum hijau juga." Kepala Rachel meninggi di atas setir, kedua tangannya masih menggenggam setir. "Gue terobos aja kali ya..."
Klakson ditekan lagi membuat pengendara lain dan pengemudi di samping-sampingnya terganggu juga merasa risih, karena bising. Mereka di luar mobilnya sambil menatap sinis. Untung saja tingkat ketebalan kaca mobil Rachel sulit ditembus dari luar. Jadi privasinya terjaga.
"Gila ya, ini gue udah lewat jamnya. Habis dimaki Olive nih. Duuuhhhh. Selalu ada aja kendalanya."
Merasa aman, dan yakin akan tindakan yang Rachel ambil, sebab tidak adanya: pos Polantas disitu, dan tidak ada polisi-polisi yang berjaga di bahu jalan. Detik bergerak, warna lampu belum berganti Juga. Rachel tidak tahan, dan langsung menerobos jalur di depannya.
Na'as sekali karena detik itu juga mobil Jordan melintas dari arah berlawanan.
BRUGH!
Lampu bagian belakang sebelah kanan mobil pria itu menjadi sasaran, lampunya retak dan pecah.
Telinga Jordan mendengar suara pecahannya jatuh ke aspal. Kepalanya menoleh ke belakang. "Wah gak bener nih. Sinting!" Murka dan emosi, Jordan bergegas melepas sabuk pengaman lalu turun melihat apa ada yang penyok, selain pecah. Tidak lama, pintu kemudi Rachel juga terbuka. Seorang wanita cantik bak dewi Yunani, penampilannya menunjukkan kelas jika ia bukan wanita biasa.
"Saya gak punya banyak waktu pak. Ini ambil aja." Mengeluarkan uang seratus ribu sepuluh lembar dan sebuah kartu nama.
"Kalau kurang, hubungi aja nomor manajer saya. Sori buru-buru."
"Apa!" Rahang Jordan jatuh, menggigiti bibir bawahnya sambil menunduk melihat lampu mobil, lalu mendongak menahan marah pada wanita absurd yang barusan pergi.
Emosi jiwa mengalir sampai ke nadi jemari tangan Jordan yang meremas uang sampai menjadi barang tidak layak di dalam satu genggam tangan, plus berkacak pinggang. "Anda ini salah, tapi berlagak sekali, kita tinggal di Negara hukum dan pelanggaran lalu lintas Anda ada hukumannya. Enak saja main pergi. Ikut saya ke kantor polisi."
"Whatever ya. Saya udah ganti rugi. Kalau duitnya kurang, bapak bisa kontak ke nomor yang di kartu nama. Duit cash di dompet cuman segitu. Oke, saya duluan karena sibuk." Rachel melambaikan tangan, terburu-buru masuk ke dalam mobil, dan menyalakan mesin mobilnya pergi meninggalkan Jordan.
"Woiiiiii. SHIIIT" Jordan berteriak kencang dari jauh lengkap mengeluarkan banyak sumpah serapah.
"SIALAAAAN."
***
Kantor Hukum Jordan Tama & Rekan.
Suara knalpot mobil besar dan familiar, seketika membuat dua pria penjaga keamanan berseragam biru dongker tanpa banyak omong bergegas menyambut keluar dari pos, membantu mengatur mobil yang baru tiba untuk parkir agar rapi seperti barisan mobil sebelumnya.
Ada sesuatu yang nampak berbeda di bagian lampu mobil sebelah kanan milik Jordan.
Dugaan itu benar, kedua mata salah seorang satpam terbelalak terkejut melihat pemandangan yang estetik.
KAMU SEDANG MEMBACA
NICOTINE | RoséKook [Lokal] [END]
Fanfiction[M] Pelanggaran lalu lintas membuat Jordan dan Rachel bertemu di persimpangan lampu merah, ketika keduanya sedang terburu-buru sampai ke tempat tujuan. Jordan memaki Rachel yang bersalah seratus persen atas pelanggaran tersebut karena menabrak mobil...