29| Goodbye

1.6K 261 80
                                    

        Rachel mendekat, tapi Jordan pindah tempat duduk, berulang kali seperti tikus dan kucing saja. "Tetap duduk disana..." Ucap Jordan berkali-kali sampai Rachel bosan mendengarnya, dan Jordan bicara tanpa mau melihat ke wajah Rachel.

        Begitu seterusnya kelakuan Jordan, sampai pembahasan penting mereka tidak dilanjutkan. Rachel yang jengah harus berpindah-pindah tempat duduk demi supaya Jordan tidak terlalu jauh berjarak dengannya, tidak sanggup lagi. Akhirnya memilih duduk permanen, diam di tempat itu saja.

      "Ke depannya kita menikah atau nggak?" Pertanyaan Rachel berhasil membuat Jordan berhenti melangkah menuju televisi karena hendak mengambil remote. Berbalik memandangi wajah Rachel dan tanpa sengaja menemukan pemandangan semua hasil perbuatannya di leher Rachel. Syok, sambil menggaruk-garuk pelipis kirinya.

        "Kenapa tiba-tiba bahas pernikahan?"

        "Gak kenapa-napa." Juteknya Rachel menjawab sambil merapikan ujung-ujung kuku panjangnya yang sedikit kotor.

      "R.A.C.H.E.L." Suara rendah dan berat Jordan masuk ke dalam indera Rachel, langsung dibalas dengan gerakan mengangkat kedua bahu.

        "Ya kalau nggak nikah sama lo, berarti gue having sex, making love sama aki-aki itu karena gue dipaksa nikah sekaligus udah dijual nyokap ke dia dengan bayaran investasi. Bokap tiri gue berkali-kali coba sentuh gue, perkosa gue tapi gak pernah berhasil tanpa sepengetahuan nyokap. Dari dulu, nyokap gue selalu anggap gue mutiara, berlian, dipoles sampe bernilai tinggi tapi bukan untuk dia jaga, tapi buat jadi mesin uang dia. Gue kerja keras, medusa itu yang nikmati hasilnya..."

        Kalimat Rachel terhenti karena tangannya diangkat sejajar dengan lengan. Saat Jordan akan mendekat kesana, wajah Rachel berubah menjadi sendu, suaranya bergetar.

      "Diem disana, denger sampe gue selesai ngomong, jangan kesini."

        Jordan tidak jadi mendekat, mundur ke belakang satu langkah was-was.

       "Pagi tadi setelah pulang dari kantor lo, Olive telepon gue dan cegah gue pulang ke apartemen, terus...Ryan kemarin malam datang ke apartemen buat cek gue, ternyata dia malah dipukulin anak buahnya bokap tiri gue alias Rama, dan kemungkinannya Rama juga ada disana. Itu kenapa hp gue matikan, dan gue seharian di Kapel berdoa, mau denger doanya gak?" Suaranya lemah, terbata-bata langsung menangis terisak. Jordan tahu dari tadi Rachel menahan tangisnya, karena jauh dari meja televisi.

         Remote tv Jordan lepaskan begitu saja dan dibiarkan jatuh membentur lantai sampai berbunyi keras sekali. Ia menuju Rachel yang benar menangis tersedu-sedu.

        Memeluk tubuh kekasihnya dari samping, mengusap kepala, punggung sampai suara tangisnya berkurang, tapi tidak semudah itu.

       "Huhuhu, waktu acara di Ladoga, bokap tiri gue jadi salah satu sponsor acara dan gue gak bisa mundur dari acara. Minuman orange jus gue dituker sama minuman yang sama tapi sudah dicampur sama alkohol kadar tinggi plus obat tidur juga, gue kabur, dikejar sama Rama dan anak buahnya."

       "Pak Budi itu supir gue, dia baik banget Jordan, dia yang jemput gue tepat waktu. Terus kita pergi dari basemen, tapi Rama dan mobil lainnya masih kejar mobil gue, dan saking cepetnya supaya bisa di depan mobil gue, Rama tabrak Mira di pinggir jalan. Gue udah minta pak Budi bukakan pintu, gue mau turun, tapi kata pak Budi gak bisa karena Rama bakal bebas dan justru buktinya mengarah ke gue yang jelas di TKP. Ditambah kondisi badan gue lemes parah."

        "Sayang, tarik nafas." Sela Jordan sambil mendekatkan lengan kausnya ke depan hidung Rachel, "pakai buat buang ingus, jauh kalau gue ambil tisu. Keluarin dulu ingus kamu, susah nafas kan?"

       Kepala Rachel tegap, wajahnya mencebik, matanya menjadi lebih bulat seperti bayi.

       "Beneran gak papa? Huhuhu."

       "Iya." Sahut Jordan tersenyum. Tangan Rachel benar menggunakan lengan kaus Jordan sebagai perantara dirinya dan ingus, dibantu Jordan yang menghapus air mata kekasihnya dengan ujung kaus bagian bawah.

       Rachel melanjutkan meletakkan kepalanya di pundak Jordan.

        "Olive cari rekaman cctv di sekitar sana, soalnya ada cctv di tikungan itu, tapi mati dan gak rekam kejadiannya. Kata pak Budi di parkiran bawah tanah ada yang lihat pas mobil Rama sama anak buahnya rame-rame buat kejar mobil gue. Dan pak Budi juga lapor ke satpam sambil nyetir kalau mobil di belakang itu lagi kejar kita."

       "Tapi satpamnya keliatan bingung, pas Olive cek ulang satpam yang bertugas waktu itu dah resign, terus OB yang ada di depan lift juga resign. Huhuhu. Gue bener-bener down parah. Itu kenapa pak Abimanyu minta gue ke Aussie." Celetuk Rachel kembali menangis. Kali ini menutupi wajahnya di depan dada Jordan.

        Tangan Jordan mengusap-usap puncak kepala Rachel, memiringkan kepalanya di atas kepala Rachel dan mengecup lama.

        "Ada lagi?" Tanyanya lembut.

        "Nggak, udah semua."

         Setelahnya, kepala Jordan mengangguk, "duduk sini dulu ya, jangan kemana-mana, gue ke kamar bentar."

        Mau tidak mau kepala Rachel tegak lagi, baru Jordan bisa beranjak dari kursi, melangkah pergi ke kamarnya. Datang menghampiri ke ruang tamu membawa alat perekam suara digital berwarna hitam, pena dan ordner berwarna hitam.

        Rachel menganga sambil sesegukan, tapi air matanya sudah berhenti, dan wajahnya sudah tidak banjir lagi. Takut melihat wajah Jordan yang menatapnya dengan serius. Lalu mengambil posisi seperti tadi, Jordan mendaratkan bokongnya tepat di samping Rachel, menaruh semua barang-barang di atas meja depan meraka

       "Boleh tanya sesuatu?"

       "Apa?" Rachel menoleh.

       "Se-berapa besar lo sayang sama gue?"

         Kepala Rachel langsung menggeleng, "Nggak tau, belum ukur."

       "Tapi sayang gak?"

Kepala Rachel mengangguk, "iya,"

       "Kalau sayang, mau ikuti permintaan dan omongan gue. Sekarang gue yang ambil alih untuk urus kasus ini."

       "Jordan...." Lirih dan lembut sekaligus ketakutan bisa dirasakan dari suara Rachel, tangan Jordan mempuk-puk puncak kepala kekasihnya.

      "I love you too." Sahut Jordan yang merentangkan kedua lengannya, memeluk dari samping menenangkan, "Gue yang akan buka kasus kecelakaan Mira, sekaligus kita lakukan gugatan hukum ke nyokap lo, bokap tiri, dan semua orang yang terlibat."

       "T-tapi, t-tapi bukan, susah, mereka back up nya banyak babe..."

      "Kita menikah setelah kasusnya gue selesaikan."

      "Jordaan."

      "Nanti gue jemput di Aussie, oke. Sekarang, gue minta izin untuk rekam semua kalimat kesaksian lo, dengan pengajuan pertanyaan yang berkaitan dengan mereka sebagai tambahan bukti di persidangan. Kita selesaikan sama-sama ya sayang."

Jordan ngamuk di part depan, Jody kaget karena r.a.h.a.s.i.a hehe

Dan aku perkenalkan dengan para supporting cast kece lainnya. Kali aja ada bias kalian.

NICOTINE | RoséKook [Lokal] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang