Chapter 1

1K 36 6
                                    

Kenapa? Terakhir kali kita berbicara bersama, dirimu pada saat itu sedang tidak ingin diganggu. Apa kau berniat membuatku tersiksa dengan selalu menggagalkan caraku Move-on padamu?

* * * *

"Nih bukumu dari Todoroki, katanya bukumu jatuh di jalan. Tanpa aku tahu, teman sebelahku ternyata orangnya ceroboh juga. Bisa-bisanya jatuhin buku ditengah jalan." Ucap Uraraka pelan dengan tangannya yang tengah meletakkan buku tulisku di meja yang baru saja disalurkan dari Todoroki. Setelah itu ia kembali memfokuskan pandangan matanya kearah papan tulis di depan.

Apa-apaan perilakunya yang mendadak jadi peduli dengan Akane setelah apa yang telah ia lakukan tempo hari itu? Ia tahu dirinya memang ingin berpisah hubungan, tapi setidaknya bicarakan baik-baik. Perempuan mana yang berani kalau ada lelaki membentak dirinya secara langsung dengan keras?

Mungkin ada beberapa perempuan yang berani diperlakukan seperti itu, mereka berani mengambil tindakan selanjutnya tanpa harus merasa khawatir akan tindakan yang ia lakukan. Hey lihat, Akane yang kalian ketahui berbeda dengan perempuan lainnya. Sangat terlihat seperti orang pengecut bukan?

Mendadak timbul rasa aneh dari dalam lubuk hati kecil Akane, dirinya bahkan sampai tidak mendengarkan ataupun mencatat apa yang guru ajarkan di papan tulis. Posisinya saat ini hanya diam mematung di bangku kelas melihat buku catatan milik dirinya sendiri, bekas saluran dari tangan miliknya. Bukan merasa jijik atau gimana, Akane hanya takut dia melihat buku ini karena ingin membandingkan tulisan tangannya dengan tulisan tangan Akane.

Gimana kalau tulisanku lebih orang-aring, oseng-oseng, orak-arik dari tulisan tangan miliknya? Yang terakhir kulihat, karya tulisan kita sama-sama tak bisa dibaca oleh kebanyakan orang

(mirip tulisan resep dokter gitu, bayangin deh).

Gadis teman sebangkuku, Uraraka, yang sedari-tadi sibuk berkutat dengan catatan di papan tulis. Dengan tiba-tiba gadis itu mengusap kepalaku pelan yang tentu saja membuat diriku tersontak kaget namun tak membuat diriku berpindah posisi, seakan mengerti. "Hey, jangan galau di kelas. Nanti kena ciduk loh."

. . .

"Haaah, dasar Akane. Nanti aku traktir, tapi syaratnya jangan galau dulu." Berusaha menghadapkan pandangan mataku pada matanya dan setelah sampai ditempat tujuan, yang kudapat malah senyuman kecil yang tetap terlihat manis. Maksudku, aku suka di traktir dan aku juga suka senyuman ramahnya barusan, tapi kalau itu berasal dari mulut Uraraka, aku takkan percaya.

Pasalnya dia pernah pakai kata-kata seperti itu untuk menenangkanku, tapi tak kunjung ia traktir.

"Iya, syaratnya jangan galau" Uraraka pun membalas tatapanku dengan menoleh sekilas dan memberikan senyum simpul, setelah itu ia kembali pada papan tulis yang berada di depan. Jangan lupakan tangannya yang sudah tak menempel di pucuk kepalaku sedari-tadi.

"Janji? Ga bohong?" dan dapat respon anggukan dari sang empu. Ceh, berani tipu-tipu ku sleding palamu ntar.

 Ceh, berani tipu-tipu ku sleding palamu ntar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lemon [Todoroki x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang