Prolog

1.4K 54 8
                                        

"Sudah kubilang, kita sudah tidak memiliki hubungan spesial lagi!"
"T--Tapi.. kan-"
"Berisik, jangan ganggu aku."

--

Memangnya aku melakukan kesalahan apa sampai dirinya minta putus? Apa mungkin...

"Akane.."
"Akaaanneee!!"
"Aku jangan dikacangin napa anjir. Woi Aya Akane!!!"

"Ngelamun mulu, masih gabisa move-on dari dia apa?" Orang yang ia panggil sedari tadi pun tersadar dari lamunannya karena terkena sentilan dari teman sebangkunya yang super-duper laknat. Hasil karya yang dia buat di jidat orang menimbulkan bekas yang lumayan merah, bukan karena nyentilnya terlalu keras. Tapi si empu yang di sentil itu kulitnya memang sensitif.

Bersyukur dia tidak mengaktifkan Quirk-nya. Kalau sampai di aktifin, bisa-bisa aku ngefly. Untung kelas saat ini sudah sepi.

Kenalin, dia orang sebangku yang aku maksud. Namanya Uraraka Ochaco, panggil aja Uranjing. Orang ter-ngeselin yang pernah kutemukan di sekolah, kami sudah berteman sejak awal sekolah. Dia-lah orang pertama yang berani berkenalan sekaligus berbincang banyak denganku sampai akhirnya berani mengenal sifatku lebih dalam.

Uraraka ini orangnya sangat terkenal dikalangan lelaki karena bentuk lekuk tubuhnya yang aduhai, ngeselin, gabisa diem, hobi nyemilin jajan di kantin (kadang dia yang menghabiskan uang jajanku cuma demi beli jajan Ibu Maimunah di kantin), pelit, lebih tinggi dariku (dia 165cm, sedangkan aku hanya 154cm), tukang ceramah (mirip ibu-ibu yang nyeramahin anaknya karena nilai raport jelek). Dia juga punya sifat keras kepala. Terkadang teman seperti dirinya ingin aku jual di Tokopedia atau Shopee saja, tapi kalau misal bisa dijual di kedua aplikasi itu malah jadi sangat bagus.

Sungguh meresahkan negara, ah iya. Aplikasi diatas bukan termasuk promosian, jadi jangan terlalu dianggap serius ya. Kita baca cerita ini cuma buat nyantai aja kok, kuy lanjut :v

* * * *

Andai waktu itu aku nolak menjadi kenalannya, aku takkan menjadi sohibnya saat ini. Pasti.

"Akane?" Ia memberi jeda pada ucapannya sebelum melanjutkan pembicaraannya. Aku menatap wajahnya dengan ekspresi 'Plis jangan suruh minta traktirin jajan di Ibu Maimunah, lagi gaada uang jajan.'

"Beneran masih belum bisa move-on, huh?" Ah syukurlah, ternyata apa yang aku harapkan bukanlah suatu kenyataan. Dengan segera aku pun mengangguk sebagai balasannya dan dalam sepersekian detik diriku membuang wajah ke lain arah, mendadak merasa malu sendiri padahal juga belum bilang apa-apa. Kelas sedang sepi, murid-murid yang lain juga sudah pulang sedari-tadi. 

Padahal aku hanya ingin menikmati kesunyian yang berada di kelas, eh makhluk satu malah nungguin aku daritadi. Buat apasih, padahal aku juga bukan orang penting.

"Kalo iya kenapa, memangnya?"
"Dih, kamu mau diam di kelas sampai sekolah sudah dikunci sama Satpam? Iya tau rumahmu lagi sepi, tapi setidaknya tetep pulang. Bego."

Aku terdiam, tetap tidak ingin melihat wajahnya.

"Haaaahh, Akane. Gini ya, kamu jangan jadi orang lugu deh. Orang diluar sana selain dia juga masih banyak. Aku tau dia 'pertama'-mu, tapi coba aja. Pelan-pelan lupain dia dengan cara sibukin diri kamu sendiri. Ntah cari kerja sambilan, ngerjakan tugas dari sekolah. Ntar tanpa kamu sadar, kamu juga sudah bakalan lupa dia siapa."

Aku masih terdiam, sebenarnya aku juga tahu kalau cara itu pasti mempan untuk membuat kita Move-on dengan mantan pacar. Tapi rasanya, ah sudahlah. Sangat susah untuk dijelaskan. Mau bilang masih sayang, iya. Kaget saat dirinya langsung ngebentak dan mengucapkan kata 'Putus', juga iya.

Apakah aku termasuk orang egois?

"Udah ya, jangan dipikirin terus. Nanti kamu bisa sinting cuma gara-gara cinta. Kuy kerumah, kita makan-makan."

Aku dengan segenap hati sedang berusaha untuk menatap wajahnya yang saat ini tengah berdiri di depan bangku dengan menenteng tas miliknya di belakang. Peka akan ekspresi yang aku buat, ia segera menampakkan deretan giginya. Tersenyum begitu manis dan lembut padaku, "Iya, ayo buruan! Jangan lesu, semangat!!"

--

"Bagus, mari kita memulai pelajarannya. Kali ini tidak ada homerun, kalian hanya perlu mencatat apa yang tertulis di papan tulis. Setelah itu kalian bebas mau melakukan apa saja asal tidak mengganggu kelas sebelah."

Akupun mengeluarkan kotak pensil dan keperluan lainnya untuk menulis, daripada nanti kena setrap sama Aizawa-sensei lebih baik menurut saja. Tapi rasanya ada yang mengganjal ...-

"Nahloh, bukuku dimana? Apa aku lupa memasukkannya kedalam tas tadi pagi?"

"Tadi jatuh, nih. Kukembalikan." Ia pergi dengan meninggalkan buku tulis yang memang milikku di meja.

Apa maumu sekarang, Todoroki?

Lemon [Todoroki x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang