7. 00:00

8 3 0
                                    

Tepat pukul dua belas malam, di sebuah rumah sederhana, seorang cowok tengah sibuk membalik halaman buku paketnya berulang kali. Kamar itu terlihat redup, hanya lampu di samping meja belajar saja yang menjadi sumber cahayanya. Dia meraih buku latihan di laci meja. Tertulis Yasa Hadinata di sampul bukunya.

Yasa Hadinata, seorang siswa SMA di sekolah swasta. Dia memiliki sesuatu yang unik dalam dirinya, yaitu selalu mengerjakan tugas-tugas sekolah di tengah malam, dan di hari terakhir pengumpulan tugas. Istilahnya, dia adalah pejuang deadline. Bukan karena dia yang tidak mengerti dengan tugas itu, atau menunggu jawaban dari teman sekelas dan menyalinnya dengan kecepatan penuh di tengah malam. Bukan! Baginya, waktu terbaik untuk mengerjakan tugas adalah di hari terakhir pengumpulan dan tepat tengah malam.

Tring!

Sebuah notifikasi pesan memecah keheningan. Yasa melirik sekilas ponsel yang terletak di samping lampu belajar lalu membuka pesan dari si pengirim, Isa namanya. 

[P] Pesan singkat dari Isa.

Yasa mengernyit heran sebelum menghiraukan pesan tidak penting itu.

Tring!

Notifikasi pesan kembali terdengar. Yasa tahu bahwa yang mengirim pesan adalah Isa. Dia memilih menghiraukannya kemudian mengubah setelan profilnya menjadi diam.

Yasa kembali fokus pada soal matematika yang harus segera diselesaikannya. Kurang lebih dua jam waktu yang dihabiskan Yasa untuk menyelesaikan sepuluh soal matematika itu.

Hari berikutnya, Yasa dan teman sekelas lainnya mendapatkan tugas yang harus dikumpulkan esok hari. Dengan santainya ia tidur tepat pukul sembilan malam kemudian bangun pada tengah malam. Dia secara spontan bangun tiap tengah malam saat memiliki tugas. Seakan dia memiliki alarm alami yang selalu membangunkannya.

Yasa beranjak dari tempat tidurnya kemudian melangkah ke luar menuju kamar mandi. Urusan buang air kecil dan mencuci muka selesai, Yasa kembali ke kamarnya. Dia mengernyit heran saat mendapati segelas kopi panas di meja belajarnya.

"Siapa yang membuat kopi?" tanyanya heran. "Mungkin Ibu."

Yasa menyeruput kopi yang dikiranya adalah buatan Ibunya itu dengan nikmat. Kopi itu menambah semangatnya menyelesaikan tugas.

***

"Bu, apa Ibu yang membuat kopi dan memberikan kue pada Yasa?" tanya Yasa di sela-sela sarapannya.

Ibu menggeleng. "Enggak, kenapa memangnya?"

"Ah, enggak, Bu." Yasa beranjak dari tempat duduknya kemudian mencium punggung tangan Ibunya sebelum pergi ke sekolah.

Yasa mengayuh sepeda dengan pikiran entah ke mana. Berulang kali berpikir, pertanyaan dan rasa penasaran yang menganggu pikirannya tidak kunjung menemukan titik terang. Semua bermula sejak dua minggu yang lalu, saat segelas kopi terhidang di meja belajarnya. Setelah kopi, hari-hari berikutnya, dia mendapati teh, susu, cokelat panas bahkan jus tomat kesukaannya.

Yasa yang tidak memilih-milih jenis minuman meminumnya tanpa rasa curiga. Menurutnya, yang membuat minuman bahkan memberikan kue adalah Ibunya. Namun, tebakannya salah, jawaban dari ibunya tadi membuatnya tahu bahwa yang membuat minuman dan memberikan kue itu bukan Ibunya. Lalu siapa? Pertanyaan itu terus berdengung di kepalanya.

"Yas, kau kenapa?" tanya Isa menyikut Yasa di sebelahnya.

"Enggak, kok, Sa, aku baik-baik saja," jawabnya kemudian menatap luar jendela.

Yasa memejamkan mata sejenak. 'Aku harap, aku tahu siapa yang membuatkanku minuman dan memberiku kue.'

Yasa kembali membuka mata. Kerutan tipis tercetak di keningnya. Dia mengucek mata saat sekelebat bayangan melintas jauh beberapa meter di depannya. "Apa aku salah lihat?" gumamnya heran.

Malam ini, saat rasa penasaran itu tidak dapat terbendung lagi, Yasa memutuskan terjaga sepanjang malam. Dia bersembunyi dibalik selimut. Malam ini pasti, dia akan mengetahui siapa yang memberinya makanan dan minuman itu.

Kelopak mata Yasa berulang kali terpejam dan terbuka saat rasa kantuk menyerangnya. Dilihatnya jam di ponsel, pukul sepuluh malam. "Tinggal dua jam lagi," ucapnya.

Yasa membalik tubuh ke kiri dan ke kanan saat rasa bosan datang melanda. Apa yang bisa dilakukannya sudah dilakukan untuk mengisi rasa bosan itu. Misalnya, membaca buku dan memainkan game online. Namun, tidak juga mempercepat putaran jarum jam.

"Lama sekali, aku sampai bosan,"  ucapnya.

Kriett...

Yasa menajamkan indera pendengarannya saat pintu itu berderit. Dari sela-sela selimut ia dapat melihat seorang cewek berambut panjang memasuki kamarnya.

"Siapa kamu?" tanya Yasa beranjak dari kasurnya.

"A ... Aku...." Cewek itu berucap gugup dengan posisi masih membelakangi Yasa.

"Jawab aku!" Yasa berucap tegas yang membuatnya membalik badan takut.

"Aku roh pikiran," jawabnya yang sontak membuat Yasa tertawa keras.

"Roh pikiran? Jangan bercanda. Kamu menguntitku ya?"

"Bukan, aku benar-benar roh pikiran, manifestasi dari pikiranmu sendiri."

Cewek berambut panjang itu menceritakan segala hal, mulai dari pertama kali ia ada sampai memiliki wujud seperti sekarang ini. Awalnya Yasa tidak percaya, tetapi setelah dibuktikan bahwa cewek itu dapat menghilang dan lenyap bagai abu, Yasa akhirnya percaya. Cassie adalah nama yang diberikan Yasa padanya. Dia adalah perwujudan dari pikiran-pikirannya di tengah malam saat mengerjarkan tugas. Ia tidak tahu bahwa hal tidak masuk akal seperti itu dapat terjadi.

Yasa dan Cassie menjadi teman dekat, dia menemani Yasa mengerjakan tugas atau sekadar belajar pada tengah malam, sesuai dengan pikiran yang muncul dari Yasa, yaitu pikiran tentang tugas.

Suatu hari, Yasa pamit pada Ibunya untuk membeli sesuatu di mini market. Saat itu, hampir tepat tengah malam dia keluar. Sebuah mobil melaju kencang ke arahnya. Cassie muncul, saat Yasa tanpa sengaja berpikir ingin bertemu dengannya untuk memberikan camilan. Dia melindungi dan menjadikan dirinya sendiri sebagai tameng bagi Yasa. Perlahan, dia memudar dan menghilang. Yasa bahkan sebelum sempat mengatakan apa pun padanya.

***

"Saya hanya ingin bertemu dengannya. Sejak kejadian itu, dia tidak lagi muncul saat saya memikirkan tugas-tugas dan  dirinya di tengah malam," jelas Yasa menutup ceritanya.

"Saya paham. Akan tetapi, dia tidak ke mana-mana. Sekarang, dia ada di sini, di sampingmu. Energinya tidak cukup untuk menampakkan diri padamu meski kepalamu dipenuhi pikiran tentangnya," ucap Senja yang refleks membuat Yasa menoleh ke samping. Tidak ada siapa pun di sana, tapi ia dapat merasakan keberadaan Cassie meski samar.

🍃Selesai 🍃

Kedai Teh Senja [KumCer] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang