KUK || Part 04 Berakhir sengsara dengan rasa lapar

54 13 0
                                    

Bel sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu, para pelajar bahkan sudah berpencar pergi ke kantin, perpustakaan atau hanya berdiam di kelas saja.

Riki yang baru saja masuk ke kelas XI Mipa 3 tidak menemukan keberadaan para temannya. Riki menghampiri Zino dan Dimas yang sepertinya tengah bermain game karena hp keduanya miring ditambah Zino yang terus mengumpat.

"Zin, Kelvin sama yang lain dimana?" tanya Riki.

"Mereka izin bolos tadi," jawab Zino tanpa melihat kearah Riki.

Riki mengerutkan keningnya. "Anjir! bolos gak ngajak gue!"

Suara pintu dibuka dengan kasar. "Woy! Ada info nih! Kelvin, Alvin, Satria sama Dion dihukum lari lapangan gegara ketauan bolos!" teriak Toni.

Seisi kelas berhamburan keluar kelas untuk melihat ke lapangan, dari atas mereka bisa melihat lapangan yang terdapat Kelvin, Alvin, Dion dan Satria yang tengah berlari dibawah terik matahari. Suara nyaring pak Hadi yang memarahi mereka terdengar jelas hingga ke lantai atas.

"Kalian baru saja masuk sehari sudah berani bolos! Apakah kalian menganggap sekolah adalah permainan?!" teriak pak Hadi dengan tatapan tajam yang menyeramkan.

Flashback

Kelvin dan Alvin sudah berada dibawah pohon, menunggu Satria dan Dion yang turun ke pohon.

"Satria! Dion! Apa yang kalian lakukan?!"

Teriakan pak Hadi membuat Dion dan Satria yang hendak merangkak ke batang pohon melihat ke bawah, pak Hadi dengan wajah garangnya menatap tajam keatas pada Dion dan Satria.

"Kami lagi ambil layangan putus pak," jawab asal Satria dengan wajah tegang.

Kelvin dan Alvin perlahan berjalan mundur mendengar suara malaikat maut sekolah. Sebelum mereka bisa melarikan diri, satpam sekolah sudah memegang tangan Kelvin dan Alvin.

Shit! Sialnya saat Kelvin menoleh dan mengira satpam yang waktu itu Kelvin suap namun ternyata bukan, satpam ini lebih terlihat tegas dan menyeramkan.

"Pak Hadi saya menemukan dua siswa diluar sekolah!" teriak satpam itu.

Satria dan Dion sudah turun dari tumpukan meja dan berjalan menghampiri pak Hadi, tatapan pak Hadi seakan ingin memenjarakan mereka.

"Bawa kedua murid diluar ke ruang BK!!" perintah pak Hadi pada satpam.

Kelvin dan Alvin diseret dengan tangan mereka yang dipegang erat. Kelvin mendengus kesal berusaha melepaskan diri namun malah tangannya yang terasa sakit.

"Sial banget! Bolos ngga hukuman menanti didepan mata," dumel Kelvin.

"Gue nyesel ikut bolos mana cuman gue sendiri dari kelas yang berbeda!" seru Alvin.

Kelvin baru menyadari bahwa Alvin dan dirinya beda kelas. Saat sudah berada di ruang BK, wajah pak Hadi terlihat begitu jelas marahnya, keheningan membuat keadaan semakin tegang. Kelvin maupun para temannya menundukkan kepala mereka, tidak ada yang berani menatap pak Hadi.

Jika dulu disekolah lamanya Kelvin dan pada temannya berani untuk menatap guru bk karena sudah terbiasa bolak balik, namun sekarang berbeda. Pak Hadi bisa dilihat lebih tegas dari guru bk sekolah lama Kelvin.

"Kalian tulis surat permintaan maaf dan pengakuan atas perilaku kalian dikertas ini setelah itu tunggu saya dan jangan berani kabur! Saya akan menghukum kalian lari dilapangan!!" perintah Pak Hadi dengan menyerahkan setumpuk kertas.

"Semua pak?" tanya Alvin saat melihat tumpukan kertas.

"Mau sekardus?" tanya balik pak Hadi.

"Ini kebanyakan pak! Bisa-bisa patah nih jari!" protes Satria.

"Kalian saja berani ambil resiko panjat pohon meski tahun bisa patah kaki!" Pak Hadi menjawab tak mau kalah.

Hening.

Kelvin menggerutu dalam hati karena tidak menanyakan tentang pak Hadi pada Zino dan Dimas.

Flash on

Kelvin melihat Keyla yang menatap dirinya namun setalah eyes contact Keyla memalingkan wajahnya dan pergi ke kelas.

"Penasaran ke gue juga akhirnya," gumam Kelvin dengan tersenyum senang.

"Kelvin Alexander! Kembali berlari! Kenapa kamu malah diam!!" suruh Pak Hadi.

Kelvin dengan enggan kembali berlari menyusul para temannya. Mereka semua sudah memutari lapangan sejak pukul 09.30 dan sekarang pukul 10.00 bayangkan saja berlari saat matahari naik sangat menyiksa.

"Kalian bisa kembali ke kelas sekarang!" setelah mengatakan itu Pak Hadi pergi.

Kelvin, Alvin, Satria dan Dion tanpa berucap langsung berbaring di lapangan karena kelelahan.

"Untung juga gak ikut kelas sampe jam istirahat," Alvin sembari mengipas wajahnya dengan telapak tangannya.

"Setan macam apa yang ada di diri lo masih sempetnya bersyukur pada hal udah disiksa kayak buat dosa!" seru Dion.

Kelvin menjitak kepala Dion. "Bolos gak dosa cuman salah dan menyimpang dari pembelajaran sekolah!"

Satria menggelengkan kepalanya, merasakan pusing. "Gue nyesel bolos di sekolah baru," keluh Satria.

"Sama anjir! Gue baru tau ini sekolah ketat dan tegas melebihi sekolah lama kita!" sahut Dion.

"Persetanan sama sekolah! Gue bakal tetep suka bolos mau dimanapun!" Kelvin sembari bangun lalu duduk.

"Gue mau balik ke kelas aja!" pamit Alvin sembari bangun.

Kelvin, Satria dan Dion berdiri ketika melihat Alvin yang berjalan menuju kelasnya. Ketiganya saling melempar tatapan.

"Kantin atau kelas?" tanya Kelvin.

"Kantin!" jawab Dion dan Satria berbarengan.

Sebelum bisa pergi ke kantin, Zino dan Dimas menghadang Kelvin, Dion dan Satria.

"Sebagai ketua murid yang baik ingin menyeret rakyat yang telah melarikan diri dari istana untuk kembali," Zino dengan menatap Kelvin bergantian.

Dimas tanpa bicara menyeret Dion, tangan Dion menarik Satria sedangkan Kelvin diseret oleh Zino.

"Lepas anjir!" suruh Kelvin.

"Gak denger gue! Rakyat harus nurut sama raja!" Zino dengan menyeret Kelvin ke tangga.

Kelvin dengan terpaksa berjalan kearah kelasnya, Zino yang melihat itu tersenyum senang karena berhasil menjinakkan rakyatnya untuk kembali ke kelas.

"Nah balik juga anak baru lahir langsung cebur ke danau," Toni saat melihat Kelvin masuk.

Kelvin mendengus kesal, bukan bolos saja yang gagal namun juga dirinya tidak mendapatkan jam istirahat untuk makan.

"Definisi gagal bolos, gagal jajan, berakhir sengsara dengan rasa lapar," keluh Satria.

Kelvin mendengar perkataan Satria melempari Satria dengan buku. "Diem bangsat!"

"Lo yang salah, lo juga yang marah, aneh banget sih kayak cewe," sekali lagi Satria berkata tanpa melihat keadaan.

"Mau gue lempar lo?" tanya Kelvin dengan tatapan tajamnya.

Satria menelan salivanya lalu berlari menjauh dari Kelvin. Kelvin memilih menenggelamkan kepalanya dan tidur dibandingkan harus mengejar Satria yang berakhir dirinya akan emosi.

Continue reading in the next part ><

-------------------------------------------------------------------------------
Happy reading ^^
Don't forget to leave a star ^^

Saturday, 03 February 2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

K Untuk K (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang