"Sial! Sial!" oceh lelaki berambut gondrong dari balik kursi kemudinya. Seharian menarik angkot, namun baru mendapatkan beberapa rupiah, itupun telah habis untuk mengisi bahan bakar kendaraan sewanya. Wajah tampannya tampak suram, seperti mendung gelap di atas langit.
Jam enam sore begini, seharusnya ia telah kembali ke rumah juragan angkot, mengembalikan mobil sewanya, sekaligus setor uang sewa, sebanyak tiga ratus ribu. Lalu bisa pulang ke kontrakan, tiduran di atas kasur busanya melepaskan segala penat, lelah, dan merenggangkan otot sambil menghayal tentang segala indahnya kehidupan sambil mendengarkan musik koplo kesukaannya.
Apes, seharian menarik angkot berpeluh dengan keringat, lelah, lapar, dan dahaga. Uang yang ia hasilkan belumlah cukup memenuhi setoran.
"Senen Kota! Senen Kota!" teriak Seno menepikan angkot di pinggiran halte. Kakinya yang beralaskan sendal jepit menginjak rem, perlahan laju angkot melambat, kemudian berhenti tepat di sisi halte. Seno menghentakkan jemari kekarnya di kemudi mobil, sementara bibirnya mengikuti lantunan lagu dangdut koplo kesukaannya, berjudul mundur alon-alon.
Sekitar lima menit ia menunggu, namun tidak ada satupun penumpang yang naik angkotnya.
"Sial!" gerutu Seno sambil memukulkan tangan ke atas kemudi. "Sepi sekali. Kagak ada penumpang." Tangan pria itu kembali menarik perslening dan melajukan kendaraan roda empat itu. Mobilnya melaju lambat, lalu semakin kencang meninggalkan halte.
Entah mengapa, tiba-tiba kepalanya berasa sakit? Padahal beberapa jam lalu, ia telah meminum obat puyer, untuk menghilangkan rasa sakit akibat migrain yang kadang-kadang muncul. Sesekali jemari kekar Seno memegangi kepala, nyeri di kepalanya semakin berasa sakit dan menyiksa. Ia juga mengusap-usap kelopak matanya yang ikut juga terasa sakit. Rupanya efek obat warung yang beberapa waktu lalu ia meninumnya telah hilang.
"Ya Tuhan!" Sekilas matanya terpejam. Bibirnya meringis, merasakan sakit yang semakin menyerang. Tiba-tiba konsentrasi menyetirnya hilang, ia menabrak seorang anak kecil yang hendak menyeberang di depannya.
"Akh!" Jerit anak kecil itu terjatuh di atas aspal. Badan anak itu berbaring di sisi jalan. Dari kaki remaja itu mengeluarkan darah segar, hingga mengalir membasahi celana yang dikenakannya.
Kaki Seno menginjak pedal rem, tangannya membanting setir, mengarahkan laju mobil menjauh dari anak itu, tapi nahas itu sudah terlambat. Anak kecil itu telah tergeletak tepat di depan mobilnya dengan berlumuran darah.
"Keluar kamu! Tega kamu menabrak anakku," kata seorang ibu sambil menggerak-gerak badan sang anak. "Arif, kamu baik-baik saja. Bangun, Rif!" Anak dipangkuan ibu tersebut tidak menjawab, ia hanya terdiam dengan mata terpejam.
"Ayo, ke rumah sakit," ucap Seno keluar dari mobil. Pria itu gegas membopong si bocah, lalu berlarian menaruhnya ke dalam angkot. "Baiklah aku akan bertanggungjawab, Bu."
"Pokoknya awas, jika terjadi sesuatu dengan anakku," ancam ibu itu sambil memangku sang anak.
Seno mengantar bocah kecil itu ke rumah sakit terdekat. Kebetulan kejadian kecelakaan tadi di sekitar Pasar Baru, yang tidak jauh dari rumah sakit Husada. Lelaki itu langsung berinisiatif membawa ke rumah sakit tersebut, melewati kemacetan di jam pulang kerja. Akhirnya, tak kurang lima belas menit tibalah mereka di sana.
Setiba di rumah sakit, bocah itu masuk IGD, mengingat luka serius di beberapa titik tubuh, tim medis segera menanganinya dan memberikan pertolongan pertama.
Petugas medis langsung memasang selang infus, oksigen dan begitu mengetahui pasien mengeluarkan banyak darah, mereka segera mencari transfusi darah sesuai golongan darah anak tersebut.
"Golongan darah O, Dok." Seorang perawat berpakaian warna hijau memberikan dua kantong darah.
"Segera pasang, Sus!" perintah dokter mengecek luka di kaki. Petugas medis di sisi sang dokter itu, langsung memasangkan selang transfusi darah di tubuh bocah berusia sekitar 10 tahun yang berbaring di atas brankar tanpa sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ranjang Ternoda
RomanceNasib apes harus dialami Suseno--pria desa yang mengadu nasib di ibu kota. Harus menanggung hutang karena tanpa sengaja menabrak orang dan harus menikahi gadis hamil di luar nikah--Alina. Mampukah Suseno bisa hidup dengan Alina, wanita yang begitu d...