Membunuh dengan sentuhan. Itulah sosok Delion Leonaski, pria yang dingin tak tersentuh oleh siapapun. Karena sekali saja menyentuhnya, maka seseorang akan kehilangan nyawa dalam sekejap. Dirinya adalah racun hidup paling mematikan di dunia.
"Sentuha...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ernggg...."
Aku menggerang pelan saat tidurku terganggu akibat suara berisik, seperti banyak orang yang sedang beraktivitas di kamarku.
Akupun mendudukkan tubuhkan, mengedipkan mata beberapa kali, kemudian mulai melihat ke sekitarku. Benar saja dugaanku, memang banyak perawat yang sedang membereskan kamar ini. Sebentar, mereka membereskan ruangan ini?
"Merasa lebih baik?" Sapa dokter pria yang selama ini mengurusku, baru saja masuk dari arah pintu.
Aku menoleh ke arahnya dan membalas senyumannya. "Sangat baik, dok." Kataku. Sejujurnya aku tidak tahu nama dokter ini, karena dia sendiri tidak memperkenalkan namanya, dan tidak ada kesempatan aku untuk bertanya. Tapi dia terlihat ramah dan mungkin pria itu umurnya sekitar 50 tahunan.
"Kalau begitu kau sudah boleh pulang."
"Benarkah??!!"
Aku menatapnya dengan mata berbinar. Mendengar kata pulang membuat aku bersemangat seketika.
Dokter itu terkekeh pelan, kemudian memeriksa dahiku dengan tangannya sambil mengangguk-anggukkan kepala.
"Iya, kau sudah sehat."
Aku tersenyum senang. Setelah seminggu tak sadar, ditambah 4 hari terkurung di ruang perawatan, akhirnya aku bisa melihat dunia luar!
"Minum ini." Dokter itu memberikanku sebuah tablet berwarna putih. "Ini akan membuat tubuhmu lebih rileks."
Aku menerimanya dengan senang hati, kemudian memasukkan tablet itu ke dalam mulutku dan menelannya dengan air putih.
Tiba-tiba semua orang yang sedang membereskan kamar berhenti melakukan aktifitasnya, dan mulai berdiri menjauh saat seseorang masuk. Aku sedikit menoleh ke arah pintu dan ternyata pria kejam itu datang bersama beberapa pengawalnya yang seram.
"Tuan." Dokter menundukkan kepala hormat pada pria kejam itu.
Pria itu masuk ke dalam kamar dengan langkah santai. Tangannya ia masukkan kedalam saku celana, seperti sedang berjalan menikmati pemandangan.
Para pengawal setianya yang menakutkan berpencar ke setiap sudut ruangan dan berdiri siap siaga.
"Kata dokter aku sudah boleh pulang." Kataku tanpa menatap wajah pria itu.
"Begitu? Selamat." Katanya.
Jujur aku tidak menyangka responnya akan begitu. Kukira pria itu tidak senang aku sembuh, mengingat aku begini karena dia.