3. Sangkar emas

10.7K 1.2K 174
                                        


“Kenapa kau ingin pergi?”

Jaemin menatap Jeno yang melontarkan pernyataan dengan nada dingin itu, Jaemin tidak pernah melihat Jeno seperti ini sebelumnya. Pria manis itu terikat di atas kursi, tidak bisa bergerak, seperti tahanan yang diintrogasi.

”Jawab aku, Na Jaemin!”

Tubuh Jaemin gemetar setelah bentakan itu, Jaemin memejamkan matanya, “Aku harus pulang, keluargaku pasti mencariku kemana mana.” kata Jaemin sedikit takut.

Jeno menatap Jaemin menyelidik, lalu mengalihkan pandangannya dan terkekeh. “Na Jaemin sudah mati.” kata Jeno.

Jaemin mendongak, tidak mengerti dengan maksud Jeno, “A-apa?”

Jeno mendekat, menangkup pipi Jaemin, “Na Jaemin mereka sudah mati, yang ada disini hanyalah Na Jaemin milik Lee Jeno.” katanya, lalu tersenyum miring.

Dia mengambil ipadnya, lalu menunjukan sebuah berita yang menjadi deadline hari ini, tentang penculikan seorang pemuda di temukannya mayat yang sudah mengapung dengan kondisi wajah yang sangat buruk sehingga tidak dapat di kenali.

Na Jaemin, pria yang menjadi korban penculikan ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa.

Jaemin tidak menyangka, bibirnya bergetar, apa semua ini perbuatan Jeno? Lalu bagaimana dengan keluarganya, mereka pasti sangat sedih dengan ini. Jaemin harus bagaimana.

“J-jeno-yaa, kau yang melakukannya?” Jaemin menatap Jeno dengan mata berkaca kaca, berharap semua ini hanyalah candaan semata.

Jeno mengecup bibir Jaemin, lalu membersihkan air mata Jaemin yang mulai turun, “Tentu saja sayang, mulai saat ini kau akan terus berada disini, di sangkar emasmu. Janga mencoba kabur atau kau akan menerima akibatnya. Kau tahu, aku tidak suka anak nakal.”

Jeno mengusak rambut Jaemin, dan juga menampakan eyesmile nya, tapi itu tak membuat ketakutan Jaemin berkurang. “Siapa kau sebenarnya, Jeno tidak jahat sepertimu!”

Jeno lagi lagi terkekeh, Jaemin yang ketakutan membawa sensasi tersendiri baginya, “Mulai sekarang kau harus terbiasa dengan Jeno yang seperti ini sayang. Karena mulai sekarang aku tidak akan menahan diriku lagi.”

Jeno meninggalkan Jaemin di ruangan itu sendirian, membiarkan Jaemin tetap terikat sebagai hukuman untuk kelinci nakalnya itu.

“JENO! LEPASKAN AKU!”

//

Ketika Jaemin terbangun, dia sudah berada di atas kasur empuk, namun kamar yang berbeda dengan sebelumnya. Kamar ini dominan warna hitam legam dan juga gelap. Jaemin mengedarkan pandangannya, aroma kamar ini seperti aroma Jeno, mungkinkah ini kamar Jeno?

Suara kamar mandi terbuka, menampakan Jeno yang hanya terlilit handuk di bagian bawah tubuhnya, dan air yang masih menetes dari atas tubuhnya, sepertinya pria ini baru selesai mandi.

Jaemin mengalihkan pandangannya, selain tidak mau menatap tubuh Jeno terlalu lama yang berimbas pada kesehatan jantungnya, dia juga masih tidak percaya dengan apa yang Jeno lakukan padanya, ini sudah sangat keterlaluan.

Jeno memakai pakaiannya acuh, lalu ikut bergabung di atas ranjang, memeluk Jaemin dari belakang, dia mengecup leher Jaemin. “Maafkan aku. Aku hanya tak ingin kehilanganmu.” kata Jeno.

Dia membalikan tubuh jaemin, menangkup tangan kekasihnya, mengelus bekas kemerahan akibat ikatan tali yang terlalu kuat tadi. Jeno mengecupnya.

PRISONER | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang