HARI demi hari yang Jira lewati begitu terasa hampa.
Kedatangan Jira ke sekolah sama sekali tidak menggairahkan, tidak seantusias Lilith yang tujuannya rajin sekolah hanya untuk menemui Jay—pacarnya. Saat semuanya belum berubah, Jira akan merasa ada debaran bahagia ketika kaki telah dipijakkan disini. Namun kali ini beda. Semua yang Jira jalani sekarang benar-benar kosong.
Apalagi setelah mengetahui fakta dari Jay, kalau Jake dan adik kelas yang kemarin ia rangkul dikantin—Ariel sudah resmi jadian. Harusnya Jira tetap terlihat biasa saja, namun entah mengapa pertahanan gadis itu kali ini hancur, dan runtuh.
Di perpustakaan—biasanya Jira selalu membaca buku, namun untuk kali ini, ia malah menenggelamkan kepala nya diatas sweater hoodie maroon yang tidak dikenakan. Jira menangis disini, meratapi kebodohannya selama ini. Jira jadi teringat omongan Lilith tempo hari.
Lilith benar, Jira terlalu tertutup soal perasaan. Jira hanya memikirkan egonya sendiri, bahkan ia pun tidak menyadari, bahwa ada seseorang yang rela mengorbankan apapun demi seorang Jirana Cheryl. Ya, dia Jake.
Jira menutup mata seolah tidak merasakan kehadiran mantannya itu disisi Jira setiap hari. Memang bodoh, untuk apa Jira menerima pernyataan cintanya? Kalau selama tiga tahun, Jira hanya melukai perasaannya, membuatnya merasa tak berarti apa-apa, bahkan selalu membuatnya merasa lelah.
Jira baru sadar hari ini, berpikir mengapa ia baru merasakan debaran cinta yang sesungguhnya sekarang? Dan, kenapa semua datang terlambat? Jira benar-benar merindukan Jake-nya.
Entah ada dorongan apa, reflek, Jira mengeluarkan buku catatan dan juga bolpoin. Buku yang biasanya dipergunakan untuk menghitung rumus matematika, menulis list novel apa yang sudah di baca dan menulis list tugas, kini ia biarkan untuk menuangkan ungkapan perasaannya yang sebenarnya, membuat setetes demi setetes air mata sialan Jira tumpah di atas kertas putih polos itu dan berakhir dengan dirinya yang memejamkan mata sebab kepala Jira terasa pening.
•••••
Ji??? Urang teh teu kuat jadi maneh😭😭😭