1

3.8K 277 38
                                    


Jimin tersnyum getir, ia masih muda namun beban yang dipikul begitu berat. Ia harus bekerja keras demi menghidupi keluarganya di tambah sang ibu yang sudah sakit-sakitan, sedang sang ayah sudah lama kembali ke pangkuan Tuhan. Bukan, bukannya Jimin ingin mengeluh atas semua ini hanya saja terkadang Jimin merasa sangat lelah, raga juga batinnya amat penat, namun ketika ia mengingat senyum ibu serta kedua adiknya semangat Jimin untuk membahagiakan orang-orang tersayangnya kambali hadir, bagaimana mareka menaruh pengharapan penuh terhadapnya, Jimin kambali bertekat dan kembali menjadi lebih kuat.

Pagi itu, kala Jimin tengah beriap-siap untuk bekerja ia di buat haran dengan suara ketukan brutal dari luar, dengan hati-hati lalaki mungil itu mendekati pintu kontrakannya.

Mata Jimin membulat tatkala tau siapa pelaku pengetukan brutal tersebut pun dengan jantungnya yang tiba-tiba berdegup kencang.

"Buka Jimin! Jangan sampai aku menyuruh anak buah ku mendobrak pintu ini" Teriak wanita tua melengking.

Mau tak mau dengan takut Jimin membuka pintu kontrakannya.

Si mungil mununduk tak berani menatap wanita setangah abat dengan tatapan tajam yang bisa membolongi kepala orang, bukan secara harfiah.

"Berani sakali kau mengabaikan panggilanku hah!"

Lihat belum apa-apa Jimin sudah di bentak, bagaimana si mungil tidak ketakutan.

"Maaf bibi" Jawab Jimin pelan dengan suara yang bergetar.

"Kau sengaja ya!"

Bungkam, Jimin membisu sebab terlalu takut.

"Jawab aku!"

"Tidak bibi, sungguh tadi Jimin sedang bersiap-siap untuk bekerja Jimin tidak terlalu mendengar bibi memanggil Jimin"

"Halah omong kosong! Kalau bukan anakku yang tergila-gila pada mu sudah lama ku usir kau dari sini, kau benar-benar tidak tahu malu sudah berapa bulan menungggak sewa kontrakan. Bayar sakarang atau kau benar-benar akan ku usir dari sini, persetan dengan anakku yang bodoh itu!"

"Maaf bibi, kalau hari ini Jimin belum punya uang-"

Jimin menegguk ludahnya kasar, vokalnya soalah tercekat.

"Sialan, benar-benar tidak punya malu, kemasi semua barang mu sekarang juga!"

Jimin langsung bersujud pada wanita setengah abat itu.

"Hiks.. Tolong bibi, beri aku waktu satu Minggu lagi, aku janji akan melunasi semua uang sewa kontraknya"

Tampak wanita tua itu merotasikan matanya malas. Namun itu jauh lebih baik dari pada ia mengusir lelaki mungil itu sekarang dan ia tak mendapat keuntungan sedikit pun.

"Baiklah, awas saja kalau kau tidak menepati janjimu aku akan menyeret mu secara paksa diri kontrakan ku. Mengerti?!"

"Iya bi, aku berjanji"

"Bagus"

Wanita tua itu tersenyum puas.

"Ayo pergi dari sini" Perintahnya pada dua orang anak buah yang mengikutinya. Mereka manatap iba pada Jimin yang masih sesegukan, pemuda malang.

Little Space Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang