第二十部:Kakak Angkat (收养姐姐)

34 11 25
                                    

Backsound ~ Mi Lu (Kehilangan Arah)

Kamu sudah memeluk kebebasan, sedangkan aku memiliki kesepian.
Tidak akan pernah menyerah.
Ingin berpura-pura aku sudah melupakan dirimu, ternyata sangat sulit.

Membawa sebuah amplop seakan membawa beban berat, Jia Qi sesekali menengok ke tas, ingin segera membukanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Membawa sebuah amplop seakan membawa beban berat, Jia Qi sesekali menengok ke tas, ingin segera membukanya. Namun, jalan yang ramai bukan tempat tepat untuk membaca surat. Biasanya, orang yang sedang merindukan seseorang akan merasa senang jika mendapatkan sesuatu yang berhubungan dengan seseorang tersebut. Anehnya, Jia Qi malah merasa cemas, takut mendapat berita yang tidak sesuai dengan harapan.

Takut benar-benar berpisah.

Ketakutan tersebut menjadikan Jia Qi ingin cepat-cepat sampai rumah, ingin cepat tahu hal yang sebenarnya terjadi.

Pulang ke rumah, Jia Qi disambut Fan Ma, tetapi dirinya tidak langsung menceritakan mengenai amplop yang diterimanya. Padahal, Fan Ma sudah menyadari ada kecemasan di wajah anaknya. Jia Qi hanya mengembangkan senyum, memeluk Fan Ma, lalu pamit ke kamar. Ia meninggalkan berbagai pertanyaan di pikiran Fan Ma.

Tempat tidur menjadi sasaran empuk untuk Jia Qi rebahan. Sambil tiduran, ia membuka tas dan mengeluarkan amplop yang sejak tadi ingin dibaca. Jempol dan telunjuk menjepit ujung amplop, lalu menariknya agak kuat hingga terdengar suara kertas tersobek. Ia mengeluarkan kertas berlipat, membuka, terus membacanya, "Untuk Fan Jia Qi. Kamu tidak perlu khawatir dengan Hao Wei. Dia baik-baik saja. Mohon maaf atas yang sudah Chen An lakukan. Ada yang ingin saya sampaikan kepadamu. Jika kamu menerima surat ini, beritahu saya bahwa kamu sudah kembali ke sekolah."

Jia Qi menaruh surat tersebut di sembarang tempat, lalu mengeluarkan sesuatu yang masih berada dalam amplop. Sebuah kartu nama, dan foto. Kartu nama bertuliskan Shen Han Na, serta nomor yang bisa dihubungi. Jia Qi memandang foto yang menggambarkan sosok Chen Ming, Chen An, dan seorang perempuan yang samar-samar dikenalnya. Perempuan yang pernah ditemuinya di bioskop bersama Chen Ming.

Sambil melihat bolak-balik antara kartu nama dan foto, ia memikirkan apakah harus menghubungi nomor tersebut atau tidak.

***

Perjalanan keluar gerbang terasa berat bagi Jia Qi. Bertemu orang asing, apalagi lebih dewasa, ia merasa gugup. Ia celingak-celinguk, mencari sosok yang sudah janji dengannya.

Perempuan berambut gelombang sebahu, mengenakan mantel berbulu cream, celana hitam ketat berbalut rok rimpel di atas lutut, sepatu pantopel hitam, kacamata hitam menutupi matanya. Ia mengarahkan pandangan ke Jia Qi. Dirinya tersenyum ketika Jia Qi berjalan menghampiri dengan ekspresi yang terkesan malu-malu.

"Ni hao, Jia Qi," sapa perempuan itu yang dikenal Jia Qi bernama Shen Han Na.

"Ni hao, Han Na jiejie," balas Jia Qi sambil sedikit membungkuk. Matanya berbinar melihat sosok Han Na yang begitu memukau. Cantik, modis.

"Na wo men qu ba," ajak Han Na sambil tersenyum ramah.

"Mau ke mana Han Na jiejie?" Jia Qi sedikit merasa segan. Bersebelahan dengan seseorang yang jauh di atasnya, baik umur maupun penampilan, membuatnya canggung.

"Kita bicara di tempat yang nyaman." Han Na menarik tangan Jia Qi tanpa ragu.

Kedua perempuan itu sudah berada di Beef Restaurant, dan memesan makanan. Suasana makan itu terasa canggung bagi Jia Qi, padahal Han Na teramat ramah dan bersahabat. Meskipun penampilannya mengundang perhatian, Han Na tetap nyaman berbincang dengan Jia Qi. Seakan dirinya sudah kenal lama dengan Jia Qi.

Han Na menanyakan pada Jia Qi, mengenai alasan kepergian tiba-tiba saat di bioskop. Jia Qi pun menceritakan semua saat melihat Chen Ming dengan Han Na berpelukan. Mendengar cerita itu, Han Na tersenyum geli.

"Oh Jia Qi, saya minta maaf, ya. Waktu itu saya sangat senang bertemu dengan Chen Ming, sampai tidak hati-hati main peluk begitu saja. Saya adalah kakak angkat Chen Ming dan Chen An. Saya pikir waktu itu Chen An juga di sana, ternyata yang datang hanya Chen Ming. Dia bercerita pada saya jika sedang dengan seseorang. Ketika ingin mengenalkanmu pada saya, kamu sudah pergi. Kamu tahu, Chen Ming mencarimu ke mana-mana. Saya pun ikut mencari waktu itu," jelas Han Na begitu ceria.

"Han Na jiejie, kakak angkat Chen Ming dan Chen An?" tanya Jia Qi heran. "Tapi, mereka tidak pernah cerita padaku"

Han Na mengangguk. "Mereka tidak akan cerita. Kami juga tidak memublikasikan bahwa papa saya sudah mengangkat mereka sebagai anak karena permintaan mereka. Papa saya dengan papa mereka adalah rekan kerja. Setelah orangtua mereka kecelakan sebelum lulus SMP, papa saya bersedia untuk merawat mereka berdua. Juga membiayai sekolah mereka.

"Tapi, mereka tidak mau tinggal bersama kami. Mereka lebih memilih tinggal di apartemen mereka yang lama. Jadi, ketika di bioskop, saya sangat senang bertemu Chen Ming. Saya juga senang mendengar Chen Ming memiliki perempuan yang sangat dicintainya."

Terbayang-bayang lagi sosok Chen Ming dalam pikiran Jia Qi. Ia kembali merasa bersalah karena sudah salah paham dengan Chen Ming dan Han Na. Rasanya ingin menangis saja, tetapi ia berusaha menahan agar tidak keluar. Malu juga menangis di tempat umum seperti ini. "Maaf karena sudah salah paham dengan kalian."

Han Na tersenyum. "Chen Ming sudah memaafkanmu, Jia Qi. Dia sangat sayang padamu. Saya sangat senang mendengarnya. Chen Ming selalu tulus dalam menyayangi seseorang, sehingga kami sekeluarga juga sayang padanya. Dia sering cerita pada saya tentangmu. Saya tidak menyangka jika Chen Ming begitu bahagia mengenalmu. Saya berterima kasih padamu bisa buat Chen Ming bahagia. " Han Na tiba-tiba mengenggam tangan Jia Qi.

Mata Jia Qi tiba-tiba memerah. Ia semakin merasa bersalah. Dirinya tidak merasa telah membahagiakan Chen Ming, justru telah membuat kecewa. "Tapi, aku tidak merasa melakukan itu. Aku tidak membahagiakan Chen Ming. Aku malah telah..." Kata-kata yang ingin dikeluarkan terasa tersangkut ditenggorokan. Ia kumpulkan keberanian untuk mengucapkannya lagi, "...membunuhnya."

"Itu tidak benar, Jia Qi." Han Na menggeleng, tersenyum. "Kamu tidak membunuh siapa pun. Apalagi membunuh Chen Ming, itu tidaklah benar. Kamulah yang memberikan semangat hidup untuk Chen Ming. Setelah orangtuanya meninggal, Chen Ming merasa terpukul, ditambah harus menjaga seorang adik perempuan yaitu Chen An. Dia jadi pendiam karena rasa kehilangan yang mendalam. Sampai masuk SMA, dia masih menyendiri. Lalu dia mengenalmu, Jia Qi. Dia mendapatkan semangat hidupnya lagi."

"Kenapa dia tidak pernah bercerita padaku?" Satu per satu air mata membasahi pipi Jia Qi.

"Mungkin, karena kamu tidak pernah bertanya." Han Na memandang Jia Qi. "Chen Ming pernah cerita pada saya kalau kamu jarang bertanya, tetapi dia tidak mempermasalahkan itu. Justru itu yang membuatnya nyaman, karena tidak mengingatkan pada luka yang ia pendam. Kehilangan orangtua menjadi luka baginya, dan kehadiranmu jadi kebahagiaan untuknya. Dia benar-benar mencintaimu, Jia Qi.

"Kamu tidak perlu bersedih lagi. Chen Ming sudah bahagia di alam sana. Karena itulah saya menemuimu, agar tidak ada salah paham lagi. Saya tahu, Chen Ming pasti tidak ingin kamu terus-terusan merasa bersalah. Dia sudah ikhlas kalau kamu tidak ingin bertemu dengannya saat itu, dia tetap tulus mencintaimu. Saat ini, setelah saya bertemu denganmu, saya mengerti penyebab Chen Ming begitu sayang padamu. Kamu begitu polos."

Muka Jia Qi memerah. Malu.

===============================

Ni hao = Hai / Hello
Jiejie = panggilan "Kakak" perempuan
Na wo men qu ba = Kalau begitu, kita pergi, oke?

Jadi itu cuma kakak angkat? Kira-kira ada rahasia apalagi yang terbongkar, ya?

Terlambat Mengerti 后来我才明白 (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang