Two

1K 173 1
                                    

Dulu saat usianya 5 tahun Rosé pernah mengalami sebuah kecelakaan yang cukup fatal. Saat itu ia masih Tk, ia dan teman-temannya seperti biasa bermain perosotan. Saling mendorong, jatuh bersama-sama lalu tertawa. Tapi tidak dengan hari itu. Ia jatuh dan kepalanya menghantam sesuatu dengan sangat keras sehingga ia langsung tak sadarkan diri.

Saat ia membuka mata, ia sudah berada di rumah sakit. Ia mendapati Ibunya dan Alice tengah menangis tersedu-sedu, sementara Ayahnya hanya menundukkan kepala sambil memijat keningnya.

Ayah dan Ibunya bilang ia tidur selama seminggu, dan benturan keras di kepalanya itu membuat cedera yang lumayan parah di dalam otaknya.

Dokter bilang ada kerusakan di sel otaknya, yang menurunkan kadar zat kimia di dalam otaknya. Yang menyebabkan koordinasi antar saraf menjadi kacau. Hal ini akan membuatnya mengalami penurunan daya ingat dan juga perubahan suasana hati.

Dan tentu saja kondisi ini berbahaya. Karena lama-kelamaan sel otaknya akan mati hingga pada akhirnya beberapa bagian otak akan menyusut, terutama bagian otak yang mengatur memori.

Dan ia divonis Alzheimer di usianya yang masih sangat muda.
Dan Dokter juga bilang Alzheimer yang ia derita tak akan bisa di sembuhkan.

Obat yang ia minum, dan terapi yang ia jalani hanya untuk membuat Alzheimer yang ia derita tak bertambah parah.

Tapi tetap saja, meski rutin minum obat dan terapi kerusakan yang ada di dalam otaknya akan bertambah buruk seiring usia, dan itu memang pernah terjadi saat ia masih berusia 7 tahun. Meskipun tak parah tapi itu cukup membuatnya stress.

Pernah sekali saat Sekolah usai tiba-tiba ia lupa jalan pulang, sehingga ia hanya bisa berdiam diri di gerbang Sekolah berharap jika orang tuanya atau Alice datang menjemputnya.

Enam bulan lamanya ia harus rela terkurung dirumah dan lebih sering melakukan terapi ke Rumah sakit karena daya ingatnya yang semakin berkurang.
Ia bahkan pernah lupa bagaimana caranya menelan makanan dan minuman.

Dua bulan kemudian dan sampai seterusnya semuanya kembali normal. Semua ingatannya kembali dan ia senang bisa Sekolah dan bermain bersama teman-temannya lagi walaupun ia masih harus rutin Check Brain ke Rumah sakit.

Tahun-tahun telah berlalu dan hidupnya kembali seperti semula.
Ia kembali menjadi gadis normal, dan pada saat ia mendengar Ayahnya berkata bahwa ada sebuah audisi untuk menjadi seorang idol di Sidney ia langsung meminta Ayahnya untuk mengantarnya kesana dan ia sangat bahagia bahwa ia mendapatkan kesempatan untuk meraih impiannya menjadi seorang musisi terkenal.

Tentu, pada awalnya Ibunya sangat khawatir. Mereka takut Alzheimer yang ia derita kembali kambuh. Alice bahkan tak mengajaknya bicara selama beberapa hari agar ia mengurungkan niatnya untuk pergi ke Seoul.

Tapi saat itu ia bersikeras, ia janji akan rutin Check ke Rumah sakit dan meminum obatnya secara teratur agar Alzheimer yang ia derita tak akan memburuk dan aktivitasnya tak akan terganggu.

Dan akhirnya Ibunya dan juga Alice mengizinkannya. Ayahnya juga saat itu sangat mendukungnya sehingga tekadnya semakin bulat untuk pergi merantau ke Seoul demi menggapai mimpinya.

Tapi saat ia tengah mati-matian berjuang bersama para Trainee lain ia melupakan janjinya. Saat kesibukannya semakin menjadi-jadi ia semakin jarang ke Rumah sakit untuk memeriksa otaknya, obat yang biasanya rutin ia minum-pun ia abaikan karena ia sibuk dengan latihannya.

Dan kalian tahu? Semua itu berdampak buruk padanya.

Tanpa ia sadari, Alzheimer yang ia derita semakin bertambah buruk setiap saat.

Dan puncaknya adalah saat ini.

Saat ia tengah berada di puncak kariernya.
Saat ia tengah menikmati hidupnya, dan disaat ia tengah berbahagia dikelilingi oleh orang yang begitu mencintainya dari berbagai belahan dunia.

Ingatannya perlahan-lahan mulai memudar.

Dan pada akhirnya ia tak akan bisa mengingat apa-apa.

Aktifitasnya akan terganggu.

Dan akhirnya Alzheimer yang ia derita berubah menjadi Demensia.

•••

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang