One

1.4K 203 5
                                    

Rosé mengernyit heran.
Entah kenapa hari ini Jennie terlihat aneh sekali. Gadis itu menghindarinya, dan sepertinya Jennie juga tengah marah padanya.

Tapi kenapa?
Apakah ia membuat kesalahan?
Tapi kenapa Jennie tak bilang apa-apa?

Kenapa Jennie malah menghindarinya seperti ini?

Rosé menghela nafas. Ia melangkahkan kakinya dengan perlahan mendekati Jennie yang kini tengah membaca sebuah majalah di sofa.

“Eonni...”

Jennie tak menggubris, membuat Rosé kembali menghela nafas lalu duduk di samping gadis bermata kucing itu.

“Eonni...”

Jennie tetap tak bergeming, tapi Rosé tak menyerah. Ia ingin tahu kenapa gadis ini mengabaikannya.

“Eonni...”

Rosé menggigit pipi dalamnya.
“Eonni... Mianhe...”

Jennie menelan ludah kasar.
“Sudahlah, lain kali jangan membuat janji jika kau tak bisa menepatinya, Rosé”

Kedua alis Rosé menyatu. Jika Jennie tak memanggilnya lagi dengan panggilan Rosie, itu berarti Jennie tengah marah besar padanya.

Tapi ia tak mengerti dengan apa yang Jennie bicarakan. Janji apa? Apa yang memang ia janjikan pada Jennie? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa ia tak mengingat apa-apa? Ia ingin bertanya pada Jennie apa yang terjadi, tapi sepertinya Jennie akan semakin marah padanya jika ia bertanya.

“Baiklah, Maaf... Aku tak akan mengulanginya. Tapi tolong, jangan abaikan aku”

Jennie mendengus. “Aku memang memaafkanmu, tapi aku masih marah padamu!”

Rosé termenung. Kesalahan apa yang ia perbuat sampai Jennie marah padanya seperti ini?

Kenapa ia tak bisa mengingat apapun?

“Rosie”

Rosé tersentak. “Hm?”

Jennie mengulurkan tangan kirinya.
“Coklatnya mana?”

“Coklat?” Ulang Rosé sambil mengernyit bingung. “Coklat apa?”

Jennie cemberut.
“Tuh kan! Kau lupa lagi! Kau kan sudah janji! Sudahlah, aku benar-benar marah padamu sekarang! Minggir, aku mau ke kamar” Ia berujar seraya meninggalkan Rosé yang masih bergelut dengan pikirannya.

Janji? Coklat? Apa maksudnya?

“Jennie-eonni kenapa lagi?” Lisa yang baru saja keluar dari kamarnya langsung mengerutkan dahi melihat Jennie yang berlalu pergi sambil menghentakkan kaki dengan wajah ditekuk masam.

Rosé menggelengkan kepala lalu memijit pelipisanya.
“Entahlah, aku tak tahu. Apa kau tahu kenapa Jennie-eonni semarah ini padaku?”

Lagi-lagi Lisa mengerutkan dahi. Ia menjatuhkan bokongnya di ujung sofa lalu menghidupkan televisi.
“Bukannya Jennie-eonni marah padamu gara-gara kau lupa dengan janjimu sendiri?”

“Janji apa?” Rosé menatap Lisa bingung.

“Kau lupa lagi?” Tanya Lisa tak percaya.

“Lupa apa? Memangnya aku janji apa pada Jennie-eonni?”

“Chaeng.. Kau janji akan mengajak Jennie-eonni jalan-jalan”

“Hanya itu?”

“Lima kali kau janji akan mengajak Jennie-eonni jalan-jalan tapi kau terus lupa, Chaeng.. Kemarin kau juga malah pergi menemui Hyeri-dunbae dan melupakan janjimu pada Jennie-eonni lagi”

Rosé termenung? Apakah ia menjanjikan itu pada Jennie? Tapi kenapa ia tak ingat? Dan Hyeri? Kemarin ia menemuinya? Tapi kenapa juga ia tak mengingatnya? Ia rasa kemarin ia hanya berdiam diri di kamar dan tak pergi kemana-mana.

“Lalu, tadi Jennie-eonni menagih coklat padaku. Apa aku juga janji akan memberinya coklat?”

Kerutan di dahi Lisa semakin dalam.
“Tentu saja, kau sendiri bilang akan membelikan Jennie-eonni coklat sebagai permintaan maafmu. Kau ini kenapa si?”

Rosé menatap Lisa dengan alis menyatu. Sungguh, ia sama sekali tak mengingat apapun.

“Chaeyoung!”

Rosé dan Lisa langsung menoleh, menatap Jisoo yang berjalan mendekati mereka sambil membawa segelas jus.

“Kau ini! Untung aku cepat-cepat ke dapur! Kalau tidak dapur sebentar lagi akan meledak! Makanya, jangan keluyuran kalau kau sedang masak!”

Rosé memiringkan kepalanya.
Hah? Apa katanya? Masak?

“Aku tak pergi ke dapur..”

Jisoo duduk di samping Lisa lalu meletakkan jus-nya di meja.
“Chaeyoung, tadi saat aku sedang membuat jus kau bilang kau ingin memaksak mie instan, kan? Aku pikir kau akan segera kembali dan memasak mie-nya setelah airnya mendidih, jadi aku pergi ke kamar. Tapi ternyata saat aku kembali ke dapur, kompor masih menyala dan pancinya gosong. Kau ini, kebiasaan”

Rosé semakin bingung. Ia tak merasa menginjakkan kakinya ke dapur tadi.

“Chaeng...?”

Rosé mendongak, menatap Lisa yang tengah mengerutkan kening.

“Kau baik-baik saja?”

•••

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang