Padahal, belum genap aku menghapus rinduku
Kau malah pergi telebih dahulu.
^^
"Boleh ya, titip ke Aldi..." bel masuk tinggal beberapa menit lagi, tidak sempat mengunjungi kelas Aldi untuk mengembalikan flashdisk-nya yang kemarin aku pinjam. Aldi bilang sangat membutuhkannya hari ini, jadi aku titipkan pada salah satu teman kelasnya.
"Heh, Dek, suka bangetnya ngerepotin orang. Kenapa nggak kasih sendiri?!" Dengan nada naik, dia memalas minta tolongku yang baik-baik. Dan, hey! Sejak kapan aku menjadi adek kelasnya? Aku tau aku kecil, tak sekecil menjadi junior. Enak saja dia memanggilku layaknya seorang senior.
Aku hanya diam, mematung. Tidak tau harus berkata apa lagi mendapat sentakannya. "Ya udah sini, aku kasihkan," detik selanjutnya dia meraih flashdisk yang barusan masih aku pegang. Tanpa menunggu kalimat teima kasih dariku, dia pergi.
Ish. Apa semua teman Aldi seperti itu?
Di jam istirahat, Aldi bermain ke depan kelas. Seperti biasa menemaniku menggambar, kali ini objeknya adalah bunga taman. Sambil terus mengukir coretan pensil, aku bercerita tentang kejadian tadi pagi. Aldi malah tertawa.
"Kasian ya By, kamu... Hahaha." Astaga, Aldi tidak berhenti tertawa.
"Aku kesel sekali pada temanmu tadi Al," saking kesalnya, aku sampai salah coret. Garis besar melintang di atas gambar yang sudah separuh jadi.
"Sudah, Cuma temanku. Lagian, kenapa kamu nggak ngomong aja tadi. 'Awas ya, aku aduin pada Aldi nanti, biar Aldi yang marah balik'." Katanya masih mengurus sisa tawa.
Aku memandang lapangan. Apa boleh? Apa boleh aku berkata seperti itu? Berkata seolah aku berada di bawah lindungannya. Jika boleh, apa bisa aku berkata seperti itu seterusnya? Pada semua orang yang menertawakan, mengejek, bahkan menjahiliku, apa aku boleh terus berlindung di balik nama Aldi?
Ah, sudahlah. Memangnya, aku siapa?
^_^
Aku tahu banyak yang menyukainya, oleh karena itu aku memilih untuk diam. Bersikap seolah tidak apa-apa. Bahkan dua minggu ini sudah ada dua siswi junior yang mendatangiku langsung, bertanya ada apa antara aku dan Aldi. Tentu saja aku menjawab kami hanya teman, memang begitu kenyataannya.
Meski sebagian mereka tidak percaya dengan pernyataanku, mereka tidak memaksa. Beralih topik, bertanya tentang kebiasaan atau bahkan makanan favorit Aldi. Mereka juga bertanya apa Aldi punya pacar, aku bilang tidak. Siswi yang selalu bersamanya hanya aku –aku selalu memperhatikannya. Jika aku saja hanya temannya, artinya Aldi tidak punya pacar ataupun kekasih.
"Aku nggak jomblo, tapi single... nggak pernah pacaran." Itu kata Aldi saat bercerita padaku. Dengan aksen percayadirinya dia mengatakan demikian.
Empat pesan dari sekolah lain bahkan bertanya tentang Aldi. Astaga, apa aku sekarang ikut populer karena selalu bersama Aldi? Pertanyaan mereka serupa.
Kamu siapanya Aldi?
Aku hanya temannya. Itu saja.
Bohong, kalian deket banget. Masa cuma teman?
Nah, kan? Orang lain saja melihat keanehan diantara kami. Sampai sekarang aku masih bingung, aku yang tidak memahami keadaannya atau aku yang tidak mengerti diriku.
Jika berpihak pada keadaan, tentu saja pikiranku menangkap ada sesuatu diantara kami. Aku tidak ingin gegabah berkata hal itu adalah perasaan yang serupa, Aldi sama-sama menyimpan rasa yang sama. Tidak. Aku tidak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Tired
Short StoryAku benci hujan, aku tau, dia adalah rahmat Tuhan. Tetapi aku sangat tidak menyukai hujan. Hujan pertama turun, musim kemarau sudah berakhir. Aku semakin kesal, kenapa hujan harus datang saat ini? Seakan keadaanku kurang tersiksa saja. Hujan akan me...