"DIA ANAK YANG TAK BERGUNA, PEMBAWA SIAL DAN TAK DIINGINKAN KEHADIRANNYA,"
...
Anak laki-laki itu langsung mengusap wajahnya yang kini sudah bercucuran keringat. Nafasnya juga tak beraturan. Hampir setiap malam mimpi itu hadir menemaninya.
Fajar menjelang, dari pada melanjutkan tidur anak itu lebih memilih untuk membersihkan diri dan segera bersiap untuk kesekolah.
Udara dingin tanah pasundan memang tak bisa dihiraukan. Teramat dingin hingga menusuk tulang. Namun apa perduli, Anak itu melanjutkan kegiatan bersih-bersih dirinya.
Ternyata sosok tercintanya udah menyambutnya dipagi hari. Yang tak lain adalah Ibunya. Satu-satunya orang yang ia miliki sekarang. Dan kemana hilangnya bagian dari keluarga kecilnya? Entahlah, ingatannya lemah tentang masa lalunya.
Satu jam berselang, dia bergegas menuju sekolah dengan sepeda gunungnya. Dia pencinta alam, tak mau merusak keindahan pagi hari yang tentram.
Dia memakirkan sepedanya diparkiran sekolah. Lalu melanjutkan perjalanannya menuju kelasnya. Namun sebelum itu, ia berhenti diloker tempatnya menyimpan barang.
Dia membuka pintu loker itu dan tersemat sebuah memo kecil yang terpasang di balik pintu mungil loker itu.
'Jam istirahat jumpai aku atau kau akan tahu akibatnya,'
Anak yang bernama Andaru itu menghela nafas. Siapa yang harus ia temui? bahkan tak ada tanda pengirim dalam memo itu. Tanpa pikir panjang dia langsung mengambil kertas itu dan merematnya. Ya akhirnya mendarat mulus di tempat sampah.
"Hai buta, Jangan lupa temui saya istirahat pertama," ucap seseorang yang sengaja menabrakkan bahunya.
Andaru tak menghiraukan dia. Tetap diam dan pandangan lurus kedepan. Sudah paham, apa yang akan anak itu lakukan. Ya, apalagi juga bukan pembullyan.
Dengan wajah flatnya Andaru berjalan menyuju kelas dan langsung duduk diam dibangkunya. sembari mendengarkan musik kesukaannya.
_______________
Seperti yang dijanjikan, Daru menuju ke rooftop untuk menemui anak itu. Meskipun tanpa bicara, Daru tahu harus kemana dia. Dan apa yang harus dia bawa.
Satu langkah lagi kakinya akan sampai ketempat yang dituju. Baru saja membuka gagang pintu, sebuah ember berisi tepung mendarat tepat diatas kepalanya.
Dan reaksi mereka, tertawa lepas tanpa menghiraukan Daru yang masih berdiri memaku.
Daru bukan anak yang pemarah, namun siapa yang tak marah jika ini terus-terusan dilakukan. Ia mengepalkan tangannya. Dan meletakkan makanan yang dibawa dengan kasarnya.
"Hai mau kemana?" tarik pemuda yang mencegah kepergiannya.
Dengan sekuat tenaga Daru menepis tangan pemuda yang mencengkramnya. Ternyata cengkramannya lebih kuat dari tenaganya.
"Dosa apa yang aku lakukan pada kalian?" Tanya Daru.
"Ck, tak ada. Tapi kau sudah masuk daftar anak-anak yang harus ku ganggu," jawab Pemuda itu.
Entah mendapat kekuatan dari mana, Daru berhasil menepis tangan pemuda yang mencengkramnya itu. Dengan tatapan elang miliknya, dan senyum menakutkan berhasil membuat mereka merinding seketika.
"Bagaimana jika kalian ku masukan kedaftar hitam? Netraku memang tak bisa melihat warna bukan berarti aku tak bisa melihat wajah busuk kalian," ucap Daru.
"K-kau berani mengancam?" Pemuda itu bertanya dengan ketakutan.
Brakk
Pintu Rooftop terbuka. Dan siapa yang datang? Si penyelamat sekolah. Siapa lagi jika bukan Ryana Briona Pitaloka. Gadis judes yang paling ditakuti seantero sekolah.
"Restu Janardana, Arian Ajimara dan Gissell Ryukala. Bu Citra sudah menunggu kalian dikantornya," Ucap Pita dengan senyum begisnya.
Ketiga pemuda itu langsung lunglai berlalu meninggalkan rooftop yang sudah penuh dengan tepung. Seperti biasanya Pita hanya menggelengkan kepala dan berjalan dekat kearah Andaru.
"Bagus, aku suka gayamu. Kau bukan silemah yang pasrah dibully. Sebagai effort karena keberanianmu, Aku membawakanmu baju ganti," ucap Pita.
"Terimakasih, Kau selalu datang tepat waktu," Ucap Andaru.
Pita hanya mengangguk dan berlalu meninggalkan Andaru.
____________________
Part perdana udah update ya, Jangan lupa tinggalkan comment dan vote untuk kelanjutan cerita. Terimakasih, sampai jumpa hari rabu 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Akromasi
FanfictionWarsa dua ribu, tepat lima belas semptember sang puan menghirup nafas pertamanya. Bayi mungil berdarah Eropa - Indonesia ini bisa terbilang lahir dengan sempurna. Tanpa ada cacat ditubuhnya. Namun, satu dasawarsa berselang sebuah kemalangan menimpa...