Chapter IV

142 5 0
                                    

Entah sebuah keberuntungan atau memang disebut berkah. Tepat saat Laura menginjakkan kaki di depan teras rumahnya. Saat ia baru saja kembali dari kediaman Saara. Baru ia menghela napas, menekan gagang pintu, mendorongnya ke dalam. Ia sudah mendapati kedua orang tuanya tersenyum masam. Berdiri saling berdampingan. Mengabarkan kepergian mereka ke London. Perihal pekerjaan pastinya. Yang artinya ia akan ditinggal sendirian. Di rumah sebesar muat empat sampai lima orang. Oh surga! Tetapi ia tak akan tinggal di sini. Memilih menjalankan ide sinting Saara yang jelas ia tahu hanya gurauan belaka. Ya... ia akan tinggal di apartemen berukuran tiga kali tiga bersama Lilian. Mempelajari wanita itu lebih dalam memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Kecuali kalau plot twist terjadi lagi. Itu akan membuat jalan cerita berbeda.

"Mommy dan father kembali kapan?" Tanyanya lembut.

"Hmmm... satu bulan? Dua bulan? Yang pasti mampu membuat mu merindukan kami."

"Boleh aku tinggal di tempat teman selama kalian tidak ada?" Suara Laura kian melembut mengeluarkan teknik jitu. Bersikap manja. Mengedipkan mata pelan.

"Tempat Martha atau Hellevi? Kami perlu tahu dimana dirimu berada."

"Tidak keduanya. Ini teman baru ku dari benua lain." Melihat dahi ayahnya mulai mengernyit tak senang Laura menambahkan. "Satu kampus beda jurusan. Apartemennya dekat kampus juga." Ku mohon izinkan aku. Ku mohon izinkan aku.

"Oke, father akan mengantar mu. Dan soal uang makan, akan father transfer besok."

Yay! Tak mampu menyembunyikan rasa gembira mendadak Laura berlari bagai anak kecil sudah mendapatkan hadiah boneka. Tanpa henti deret giginya diterpa udara, meski tangannya sudah mulai bekerja dengan cekatan penuh energi mengemas pakaian. Menyiapkan keperluan pribadi, lingerie, sampai benda elektronik. Ya... zaman sekarang benda elektronik adalah benda pribadi. Wajib harus dimiliki kalau tidak ingin gagap teknologi. Apalagi itu semua modal sumber pencaharian, mengais tanah dengan kuku kuku terawatnya pun ia rela.

"Hmmm... apa lagi yang kurang?" Mengetuk dagu dengan jari telunjuk. Menoleh ke sana kemari lalu teringat alat rias. Segera mengambil langkah lebar Laura menghampiri kotak berwarna hitam di pojok kiri meja rias. Menyambar kotak tersebut tidak lupa pengharum pula. Lalu ditata kembali memenuhi koper. "Beres!"

"Segembira itu kah tinggal di tempat teman luar negeri mu?" Tanya ibunya sambil tersenyum geli.

Rupanya dari tadi ibunya bersandar diambang pintu. Dan ia tidak sadar sudah menjadi tontonan hingga kini wajahnya merona.

"Katakan pada mommy, seperti apa teman mu itu." Berjalan menghampiri ranjang, lalu duduk di sana.

"Well, ia pandai masak. Puitis. Dan matanya tajam seperti ini." Menarik ujung mata bagian luar ke atas. "Ia juga pandai menggambar. Gemar bercocok tanam..." Tiba tiba Laura tersenyum lebar menghentikan kalimatnya. Tak ingin menyebutkan Lilian pandai membuat darahnya mendidih.

"Pulang nanti kenalkan pada mommy oke? Mommy ingin masak bersamanya."

Menjawab oke tanpa bersuara Laura segera mengunci koper. Keluar dari kamar mendapati ayahnya sudah berdiri di depan pintu mengenakan jas panjang berwarna abu abu. Ia menuruni tangga diikuti ibunya. Memeluk wanita itu erat lalu mendapatkan kecupan ringan di dahi sebelum masuk ke dalam mobil.

Well, ternyata ia melupakan satu hal. Ayahnya hanya bilang mengantar, tetapi apakah benar benar hanya mengantar? Sepertinya tidak. Nyatanya saat mereka tiba di depan apartemen Lilian, ayahnya bersi-keras ikut turun ingin melihat wajah Lilian. Membuat otaknya harus mencari dalih yang tepat untuk memenangkan kepercayaan pak tua yang satu ini. Dan ya... beruntung saja ia memperoleh kemenangan. Memberikan nomor apartemen Lilian sebagai balasan. Segera mengambil langkah lebar setelah mendaratkan kecupan ringan dipipi ayahnya. Fiuh! Sebentar lagi kerja ekstra terbayarkan. Tinggal menunggu pintu lift berdentang. Berbelok ke kanan mencari pintu paling ujung sebelah kiri. Menekan tombol bel. Sebenarnya ia tergoda menggedor laiknya Saara. Tetapi itu bukan gayanya.

Find Love in Land [Mature]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang