Chapter II

173 6 4
                                    

Jadi, karena Lilian ada di kampus yang sama. Di bangunan tiga tingkat berbata merah. Di wilayah yang dipenuhi pohon sama seperti Laura berpijak. "Ini akan menjadi poin tambahan." Seringainya cerah memamerkan deret gigi kepada kawan kawannya.

Tak menggubris dengusan Hellevi, Laura memimpin jalan masuk ke dalam lobby bernuansa moderen, kontras dengan bentuk luarnya. Didominasi warna putih dengan tempat nongkrong perpaduan warna ungu dan kuning dari sofa di atas karpet merah yang membatasi setiap area nongkrong. Sedikit lukisan post moderen tergantung di dinding dan tangga terbuat dari kaca. Laura duduk di salah satu sofa meminta Hellevi dan Martha beraksi terlebih dahulu. Menghampiri Lilian seperti tempat biasa wanita itu berada, mengumpulkan informasi sebanyak mungkin sebagai bekal saat tiba gilirannya bergerak. Dan tentu saja tidak membuahkan hasil. Bukannya datang membawa kabar suka cita, kedua wanita itu datang membawa tawanan berbalut kemeja kuning. Dipadukan dengan blazer merah tua dan celana hitam. Membawa tumpukan buku sambil menggendong ransel dengan sebelah pundak. Masih dengan tatanan rambut yang sama, membentuk bun di atas kepala. Ya... sekarang apa yang harus ia lakukan? Belum ada rencana kedua tetapi sudah ada hadiah tak terduga... langsung saja? Basa basi dulu? Jalur barbar saja.

"Kau mirip pria pemalu yang ingin mengajak kencan. Ada apa?"

... oh ya... wanita itu tidak peka. Sudah tahu tujuannya tetapi masih bertanya. "Kau ada waktu luang hari ini?"

"Kerja paruh waktu." Lilian melihat jam yang ada di pergelangan tangannya, mengernyitkan dahi langsung mengucap "Sampai jumpa." Lalu melesat bak setan ketemu biksu Tong.

Oke... penolakan pertama. Laura mengangguk pelan tersenyum masam. "Aku akan turun tangan sendiri setelah ini." Terdengar ketus.

"Begitu lebih baik karena kau akan tahu seperti apa ia."

Terima kasih Martha. Baik sekali diri mu. Laura bangkit berdiri menarik napas dalam dalam. "Kopi?" Dan ia mendapat sambutan baik. Memang tak ada yang lebih nikmat dibanding menyesap kopi. Negaranya saja terkenal sebagai salah satu negara pengkonsumsi kopi terbanyak... nah! Itu dia! Undangan minum kopi! Semoga saja si wanita asia itu suka. Sungguh kopi yang terbaik. Segala ide brilian datang dari sana.

"Apa yang kau senyumkan? Kau baru saja ditolak." Hellevi menepuk pundak Laura menolehkan kepala wanita itu.

"Kau akan tahu nanti." Mengedipkan sebelah mata.

Awalnya... harapan Laura... panah kedua akan mengenai titik tengah. Namun apa daya bila kendali bukan seutuhnya ada dalam genggaman? Persetan siapapun yang bilang bila berpikir kendali seratus persen ada di tangan dan kendali pada lawan juga seratus persen, maka akan menghasilkan kemenangan seratus persen. Hanya akal akalan motivator untuk menggait pendengar. Alih alih sudah membuat simulasi dan sebagainya hasil tetap nihil. Bukan hanya dua kali, tetapi tiga dan empat juga gagal. Ya ampun... kalau ia yang jadi motivator, ia akan bersikap realistis bukan mengumbar teori bodong. Dari mana pula pikiran seperti itu? Ia yang bodoh mau mengikuti sebenarnya.

Laura berdecak kencang mondar mandir tak karuan. Menahan erangan dengan mengakukan buku buku jari. Masih sibuk menggerutu dalam hati. Dua kali dipesan Hilppa... sekali lagi suasana hati buruk... entah apa lagi nanti. Dan itu seperti... hello?! Ada youtuber cantik yang cukup bernama mengajak mu kencan dan tidak diacuhkan?! Itu sebuah tohokan yang paling dalam yang pernah ia terima seumur hidupnya... ia bahkan tidak pernah mendapat penolakan lebih dari dua kali dari siapapun yang telah ditetapkan sebagai mangsa!

Telepon pintar berdering. Memuncukan pesan berisi undangan dari Hellevi.

"Aku, Martha, dan Saara. Sedang main game di rumah ku. Kau ikut?" - Hellevi Arola.

Tidak membalas Laura memandangi buket bunga yang telah ia beli. Seikat mawar pink. Tidak berarti lagi sekarang, ucapnya dalam hati. Ia menenggak sisa kopinya yang masih separuh utuh lalu mengambil bunga tersebut. Pergi dari cafe tempat ia berpijak mondar mandir tak jelas, keburu jengkel dibuat Lilian sampai tak peduli menjadi tontonan. Orang cantik dan terkenal mah bebas.

Find Love in Land [Mature]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang