~TWELVE~

1.4K 214 3
                                    

Haii~ update lagi akunya karena aku telah membuat kalian menunggu lama jadi aku update lagi sekarang hehe^^

btw, Happy Reading everyone^^

.

.

.

*Irene POV*

Aku menatap wajahnya, jujur saja dia sangat tampan namun aku tidak mengenalnya, dia mendekat dan berdiri didepan ku, aku menatapnya menyelidiki, dia sedikit mencurigakan, apalagi dia memberikan ku pesan bawah dia tu siapa yang membunuh orang tua ku.

"Ternyata kau lebih cantik dari yang aku duga." Ucapnya mendekat, aku mundur beberapa langkah sampai tubuhku bisa merasakan pinggiran meja yang seharusnya menjadi meja dosen ini.

"Langsung saja, apa yang kau inginkan? Dan apa maksudmu tentan pesan yang kau kirimkan? Apa kau benar-benar orang yang mengirimi ku pesan?" tanya ku langsung padanya, aku tidak suka basa basi.

"Easy...aku akan memberitahumu secepatnya. Namun aku menyarankan kau untuk menyiapkan mentalmu dulu, lalu jika kau sudah yakin ingin mendengarnya kau bisa dating kepadaku." Ucapnya, aku mengangkat alisku.

"kau bercanda ha? Memangnya kau fikir aku akan percaya kepada kata-katamu begitu saja?" ucap ku lagi.

Dia tertawa pelan, sebenarnya aku benar-benar gugup sekarang, aku merasakan hal aneh diperutku, mual, geli dan aneh pokoknya. Aku ingin tahu siapa yang membunuh orang tua ku namun aku juga tidak bisa percaya serratus persen dengan laki-laki yang bahkan aku tidak tau namanya ini. Dia kembali diam dan menatapku.

"Sepertinya kau ini bodoh yah? Apa kau tidak berfikir kenapa orang asing seperti ku bisa tau jika kedua orang tuamu mati dibunuh? Apa kau tidak mencurigaiku? Bisa saja aku yang membunuh mereka?" ucapnya, aku tercekat sedikit, dia semakin maju dan mendekatkan wajahnya yang tampan itu.

Aku diam menahan nafasku, dia masih menampilkan senyum menyebalkannya itu, kenapa dia begitu percaya diri? Kenapa dia bisa tau jika kedua orang tuaku dibunuh? Apa dia benar-benar tau? Apa dia yang membunuh mereka?

"So? Apa kau sudah siap?" tanya laki-laki itu, aku meneguk salivaku, tangan ku sudah berkeringat dingin karena menahan rasa gugup dan takut akan kenyataan.

"Kedua orang tuamu dibunuh oleh..."

RING RING

Handphoneku berdering, laki-laki itu memundurkan tubuhnya wajahnya berubah kesal, aku mengeluarkan handphoneku dan menatap nama yang tertera dilayar pipih itu.

"Taehyung? Haha" ucap laki-laki itu sambil tertawa, bagaimana dia bisa tau jika yang menelfon Taehyung? Apa dia mengenal Taehyung? Siapa dia? Aku mendiami panggilan masuk dari Taehyung tersebut dan menatap kembali laki-laki itu.

"Sepertinya kita akhiri pertemuan kita hari ini, kau harus menyiapkan diri dulu untuk mendengar ucapanku bukan? Dan jika kau tidak menjawab panggilannya sekali lagi, percayalah kau akan kena akibatnya, kau tau bukan Taehyung itu seorang pembunuh berdarah dingin dan tidak ada untungnya kau bersamanya." Ucap laki-laki itu.

"Kau..."

"So, sampai jumpa lagi Irene." Ucap laki-laki itu lalu berjalan keluar kelas, aku mengepalkan tanganku, percuma saja aku kesini kalua hasilnya nihil, aku kesini untuk tau kebenarannya, bagaimana dia tau kedua orang tuaku dibunuh? Kenapa dia kenal dengan Taehyung? Siapa dia?

RING RING

Handphoneku berdering kembali menampilkan nama Taehyung, aku pun segera mengangkatnnya.

Falling In Love With A Killer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang