-
Sedari pembelajaran dimulai usai pemilihan kapten untuk tim futsal ditetapkan sampai pembelajaran yang hampir berakhir ini, Ricky terus memikirkan Nai bahkan tak bisa fokus untuk mendengarkan penjelasan dari guru.
"Ricky! Ricky Azhar!" Bu guru matematika itu memanggilnya setelah menyadari bahwa Ricky tak memperhatikannya sama sekali sejak ia mulai menjelaskan.
Sora menepuk pelan lengan Ricky agar sadar pada lamunannya. Setelah Ricky menoleh ke arahnya dengan kebingungan Sora langsung menunjuk ke arah guru matematika. Ada apa sih dengan Ricky belakangan ini sering melamun. Mungkinkah masih memikirkan Nai?
"Kamu ada masalah? Sejak tadi kamu melamun ketika ibu menjelaskan. Jangan diulangi lagi, ya. Jika memang kamu punya masalah lebih baik dipikirkan nanti saja!" tegur ibu guru.
"Iya Bu, maaf," ucap Ricky sambil mengucek matanya agar kembali fokus.
Meskipun susah untuk fokus pada pembelajaran, Ricky tetap mencobanya. Mana mungkin seorang Nai dapat dihapuskan dari hatinya semudah itu. Mana bisa Ricky melupakan sahabat yang sebelumnya selalu ada untuknya sekaligus cinta pertamanya setelah sang bunda. Benar-benar sulit untuk sekedar tidak memikirkan Nai sedetik saja. Bayang-bayang perasaan bersalah itu seakan terus menghantui Ricky, sampai apa yang ia rasakan dan pikirkan membuat Ricky tak percaya jika sudah waktunya jam istirahat.
"Ke kantin, yuk!" ajak Sora sembari menggandeng lengan Ricky.
"Eh? Iya," ucap Ricky yang sebelumnya masih terbayang-bayang akan Nai.
Keduanya kini keluar dari kelas. Tatapan sirik dan iri menyertai Sora. Siapa sih yang gak cemburu kalau Ricky pacaran? Apalagi banyak murid perempuan lain yang merasa tak setuju jika Sora yang jadi kekasihnya. Menurut mereka, Sora itu terlalu memaksakan diri untuk terlihat seperti Nai.
Pemandangan pertama yang Ricky jumpai adalah murid-murid yang sibuk berjalan ke sana ke mari untuk pergi ke kantin atau sekedar mengunjungi tempat yang mereka ingin datangi. Ricky menoleh ke arah Sora yang sedari tadi terus menatapnya. Sekali lagi ia merasa bersalah dengan membuat gadis ini percaya padanya padahal sampai sekarang pun cintanya hanya untuk Nai seorang.
"Liat jalan, kalo liatin aku terus nanti gak tahu pasti di depan ada apa. Kalo nabrak orang gimana?" ujar Ricky. Sengaja berpura-pura berekspresi gemas agar Sora menganggap ia benar-benar menyukai gadis ini.
"Kan ada kamu, kamu siap kan jagain aku?" Sora berbalik melontarkan pertanyaan. Ia tersenyum ketika melihat Ricky yang memelotot mendengar pertanyaannya. "Aku gak mau kamu melakukan hal yang sama soal Nai kemarin. Semua itu buat aku takut, Ki. Takut kalo kamu begitu ke aku juga, cukup Nai aja. Tolong ngertiin aku udah terlanjur percaya sama kamu jadi jangan kecewain aku," ucap Sora dengan nada yang dibuat-buat sedih.
Mendengar ucapan Sora yang terdengar seolah mengasihani Nai, Ricky segera bertanya, "Gimana menurut kamu, kalo aku baikan sama Nai? Dari awal aku yang salah."
"Enggak, jangan!" seru Sora yang terdengar seolah memaksa. Lantas jawabannya tersebut membuat Ricky bingung. "Ma ... maksud aku jangan dulu. Nai mana mungkin maafin kamu dengan mudah," jelasnya dengan mengusap lengannya karena gugup.
"Boleh gak kalo aku cerita?" tanya Ricky sembari memilih beberapa makanan ringan setelah sampai di kantin utama.
"Boleh!" seru Sora dengan nada yang antusias.
"Aku tuh merasa bersalah ke Nai," ucap Ricky sembari menghembuskan napasnya panjang.
Mendengarnya membuat Sora yang meremas bungkus makanan ringan yang ia pegang. Rasanya benci ketika Ricky membicarakan gadis lain terlebih jika itu Nai. Ricky sudah berjanji untuk menjaganya, mana boleh masih memikirkan Nai.
"Kenapa gitu? Padahal semua orang juga tahu kalo kamu yang selalu peduli sama Nai. Kamu punya salah apa ke dia sampai merasa kaya gitu? Nai yang gak tahu diri sampai-sampai unfriend kamu yang sebaik itu." Sora mengutarakan segala hal yang ingin ia ungkapkan. Tak terlalu menggebu-gebu dan dengan intonasi yang pas untuk menyembunyikan kekesalannya. "It's just my opinion. Nai itu baik, tapi terkadang gak tahu diri. Setiap manusia pasti punya hal itu."
"ANJIR! YANG BENER AJA LO!" umpat Nai sewaktu baru akan memasuki kantin. Hal itu membuatnya langsung menjadi pusat perhatian karena suaranya yang begitu keras.
Bagaimana Nai tak mengumpat dan emosi. Badanya tiba-tiba ditarik mundur oleh Dio agar lelaki itu bisa berjalan di samping Haina. Tingkat bucin Dio pada Haina yang melebihi rata-rata itu sungguh membuatnya tercengang. Jangankan dirinya bahkan guru saja berani dilawan jika menyangkut Haina.
"Dio sialan!" umpat Nai dengan kaki yang sudah menendang pantat lelaki itu.
Tendangannya cukup keras sepadan dengan cara Dio menariknya tadi, sampai-sampai kini Dio hampir tersungkur jika Haina tak menahannya.
Nai tertawa puas melihat Dio yang berhasil ia permalukan. Ia berkacak pinggang dengan satu tangan yang mengusap-usap hidungnya. Namun, tawanya tak bertahan lama ketika melihat Ricky, terlebih laki-laki itu memandangnya. Dan hal yang paling membuatnya kesal ketika bertatapan dengan Ricky adalah Sora yang sigap menggandeng lengan mantan sahabatnya itu.
Nai segera mengalihkan pandangannya. Tanpa melirik sedikit pun pada Ricky, Nai langsung duduk di bangku kantin yang ia pilih. Setelah duduk ia mengambil handphone-nya yang sebelumnya ia taruh di saku. Nai sengaja memasang ekspresi datar agar terlihat tak mempedulikan Ricky lagi.
"Udah aku bilangin jangan temenan sama dia," ucap Dio sembari merintih kesakitan dengan tangan yang mengusap-usap pantatnya.
Haina hanya menggeleng mendengar ucapan Dio. "Aku ini terlahir buat berteman sama orang yang punya masalah sama cinta. Lagi pula aku kan suka membantu," ungkap Haina sembari tersenyum manis. Namun, usai melihat Sora ekspresinya langsung berubah drastis. Seperti biasa Haina mulai untuk menilai orang dari gerak-geriknya sesuai ajaran sang ayah.
"Iya, kamu suka, aku enggak. Ini nih yang bikin aku gak suka sama cewek lain, kamu jadi lupain aku. Jujur aja sih, selama kamu suka aku juga bakal suka," gumam Dio sembari mengikuti Haina yang memilih nasi kepal yang akan ia beli.
"Apa sih yang enggak kamu suka dari aku?" goda Haina sembari mengedipkan matanya pada Dio.
"Gak ada," ucap Dio dengan antusias. Orang yang mendengarnya pasti merasa muak. Contohnya saja ibu kantin, wanita ini menggeleng keheranan ketika Dio sedang membucin pada Haina. "Bahas hal yang paling gak aku suka ...ujjur sih, Na, aku paling gak suka sama orang yang caper," ucap Dio yang sebenarnya menyindir Sora.
"Ih, sama ... apalagi kalo ada niatan buat memiliki orang yang disukai sepenuhnya padahal orang yang disukai itu suka sama cewek lain," ucap Haina yang ikut menyindir Sora. "Ih ... selama ini ternyata kita sehati, rasi bintang sampai kepribadian aja cocok. Fix, kita ini jodoh," ucap Haina yang membuat setengah populasi orang yang ada di kantin utama saat ini geger.
Setengahnya geger karena Haina yang dulunya acuh kini malah sama saja seperti Dio alias ikutan bucin. Setengahnya lagi sibuk membicarakan Sora dan Ricky serta respon Nai yang masih cuek pada Ricky. Tak sedikit dari mereka yang berpendapat jika diposisi Nai maka mereka akan melakukan hal yang sama sepertinya.
"Nih, gratis loh soalnya udah dibayarin Tuan Muda." Haina menyodorkan sebungkus Nasi kepal dan satu botol minuman berperisa jeruk ke arah Nai yang duduk di depannya. Tuan Muda yang Haina maksud adalah Dio.
"Aaaaaa … makasih Dio udah ganteng, baik hati lagi. Lo itu baru temen yang ada gunanya. Gak kaya temen gue yang lama cuma bisa nyakitin aja," ucap Nai sembari terkekeh. Apa yang Nai lakukan sekarang ialah agar Ricky tambah merasa bersalah padanya.
Namun, setelahnya Nai merasa kecewa ketika Ricky ditarik untuk ikut keluar dengan Sora. Perempuan itu benar-benar menyebalkan. Setelah Ricky yang sudah keluar Nai langsung menunjukkan ekspresi aslinya.
"Sebenarnya hal ini bukan hal yang bisa gue beberin seenaknya, tapi mungkin lo wajib tahu alasan Ricky lebih memilih Sora daripada lo," lirih Dio setelah menelan makanan ringan yang diberikan Haina. "Singkatnya aja dia anak broken home dan karena Ricky kasihan sama dia yang dikasarin sama ortunya, ngerasa Sora orang paling dramatis di dunia ini dengan begonya Ricky ngasih janji buat jagain dia. Sora terlanjur percaya dan parahnya lagi dia udah seolah terobsesi sama Ricky," jelas Dio dengan nada bicara yang pelan.
Tercengang sehabis mendengarnya, Nai tak percaya Ricky sampai melakukan hal seperti itu. Ia sampai meletakan sisa nasi kepal yang sebelumnya masih ia makan. Air matanya mulai mengalir karena selama apa pun ia menunggunya, Ricky tak akan datang karena tekad lelaki itu yang sekarang ingin membahagiakan Sora.
"Daripada nangis begitu mending buruan sadarin sahabat lo itu daripada Ricky jadi korban, kan," saran Dio sembari menyodorkan tisu ke arah Nai. "Kasusnya bakalan sama kaya gue yang suka banget sama Haina dan Sora salah suka sama Ricky yang suka sama lo. Itu sih hal yang bisa dibilang fatal buat dia, karena dia bisa banget kaya gue pas awal-awal ngejar Haina." jelas Dio sembari melirik ke arah Haina. Intinya ia hannyalah bersyukur bertemu perempuan seperti Haina. Jika tak ada Haina mungkin Dio masih menjadi laki-laki yang sama sekali tak berkualitas.
"Gue harus gimana? Emang buat nyadarin Ricky semudah membalik kertas?" Nai bingung. Ia tak mengerti harus bagaimana, situasi ini terlalu rumit baginya yang jarang terkena konflik dengan Ricky. Nai memang menyukainya, tapi akan sulit bila ia mengutarakan bahwa selama ini ia menunggu Ricky dalam hidupnya.
Setiap mata memandang ke arah Nai yang kini menangis karena masalah yang ia buat sendiri. Gadis aneh. Mengapa harus menangis jika sudah mengakhiri hubungan. Harusnya ia lebih bahagia jika melepas hal yang selama ini menurutnya mengganggu. Dengan itu mereka tahu jika Nai tak lagi menyayangi Ricky sebagai sahabat, akan tetapi menyayanginya sebagai seorang laki-laki.
"Nai," panggil Serin yang terdengar begitu melengking di telinga siapa saja. Ia berdiri di ambang pintu kantin bersama dengan Juan yang menemaninya.
Ia berlari kecil menuju ke arah Nai dengan senyuman paling cerianya. Namun, begitu melihat Nai yang masih bercucuran air mata membuat ekspresi Serin kini ikut berubah. "Jangan sedih gitu, gue bawa berita baik nih," beber Serin sembari menyenggol lengan Nai beberapa kali.
Juan mulai menghidupkan layar handphone milik Serin yang ia bawa. "Nih," ucap Juan sembari memberikan handphone itu pada sang kekasih.
Karena penasaran Dio sampai mendongakkan kepalanya untuk mengintip apa berita baik yang ada di handphone Serin. Namun, segera Dio merasa kesal karena Serin sengaja menutupi apa isi handphone-nya. "Kunyuk macam lo itu gak boleh tahu," ucap Serin dengan nada bicara yang menjengkelkan.
"Kabar baik apa?" tanya Nai, lalu mengambil tisu lagi untuk mengusap air mata dan ingusnya.
"Ikutan gih buat healing terbaik. Udah saatnya lo tunjukin bakat lo yang terpendam," ucap Serin sembari menggeser handphone-nya ke depan Nai untuk melihat sebuah postingan di media sosial tetang event battle desain kue yang pemenangnya akan mendapatkan kesempatan kuliah di bidang pastry dan bakery di Prancis.
"Kemarin itu lo udah hebat banget, meski waktunya mepet tapi desainnya bener-bener bagus dan rapi. Dio aja sampai upload sepuluh kali di story media sosialnya," ungkap Haina. Memuji Nai adalah hal yang sekarang pas untuk dilakukan karena gadis itu terus bersedih semenjak memilih untuk memutuskan persahabatannya dengan Ricky.
Nai menghembuskan napasnya panjang, mengusap-usap handphone milik Serin. Ia teringat akan Ricky yang selalu mendukungnya kini tak lagi bisa melakukan hal yang sama. Lagi pula Nai tak harus memenuhi kepalanya memikirkan Ricky. Ia punya teman baru dan juga keluarganya yang akan mendukungnya lebih baik daripada Ricky.
Gadis itu tersenyum tipis. Dengan mata berbinar ia menatap temannya satu per satu. “Makasih, ya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐫𝐞𝐥𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧𝐬𝐰𝐞𝐞𝐭 𐀔 ni-ki. ✓
Фанфик[ TELAH TERBIT ] ( a.n ) : Kata gengsi, menjadi sebuah dinding penghalang bagi Nai untuk mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya pada sahabatnya. Ricky. 𐇯 credits : lleuiver. 𖤣 panjang kata : ±500 𖦥 . i : n.riki edition