-
Juan mengangguk-angguk paham. "Oke deh yang temenan dari kecil emang lebih tahu," ucapnya, lalu mengeluarkan sebuah brosur. “Minat gak lo? Ada seleksi buat kelas 12 juga. Gue sih ikut secara ini udah jadi separuh hidup gue." Juan menyodorkan brosur seleksi futsal sekolah mereka pada Ricky, Ricky yang tertarik langsung membacanya.Ricky mulai membaca brosur yang Juan berikan, ia membacanya dengan teliti supaya tak ada yang tertinggal. “Ju, ini daftarnya offline? Terus harus ke mana dan ke siapa nanti daftarnya.” Ricky menunjuk bagian yang ia tanyakan. “Itu mah langsung ke Pak Ghani aja. Kan pelopornya, kalo gak salah juga buat tahun ini bakal dilatih sama orang luar juga yang lebih jago tetang futsal. Kan Pak Ghani juga sibuk ngajar mapel penjas ke kelas 10.” Juan menjelaskan. “Btw gue dapetin itu dari bocoran, aslinya gue nemu di depan fotocopy-an sekolah, paling jatuh apa gimana dari guru penjas dan gue yakin tuh baru mau dibagikan besok atau enggak lusa," ujarnya lirih pada Ricky, Ricky yang diberitahu pun mengangguk paham.
Juan menggaruk-garuk kepalanya. "Gue tahu lo suka banget sama futsal dari SMP, kenapa pas kelas 10 sama 11 lo gak ikut seleksi sih padahal pas SMP lo sering banget ikut," tanya Juan penasaran.
"Pas kelas 10 itu berbarengan sama hari seleksi gue lagi ga fit kan, dibanding kenapa-napa nanti, gue insiatif buat ga ikut. Kelas 11 waktu itu gue nemenin Nai buat operasi usus buntu." Ricky menjelaskan sembari membuat gestur berfikir, "Gue ikut sih Ju! Selama ini gue udah latihan, lumayan sih teknik yang gue pelajari meningkat meskipun latihannya cuma sama Nai,” tambah Ricky.
Juan tertawa pelan. "Apa hasilnya coba latihan sama cewek lemah kaya dia? Apaan dia jagonya nyusun stroberi di atas kue." Juan kembali tertawa setelah mengucapkannya.
Ricky menatap sinis Juan, Ricky langsung menyeret kerah bagian belakang seragam Juan. "Jangan ketawain Nai gitu, gue bisa tuh cantolin lo disana buat hiasan dinding,” ancam Ricky dengan nada bicara yang ditinggikan membuat satu kelas tertuju padanya, membuat seisi kelas menilai Ricky emosian hanya karena hal sepele.
Seisi kelas langsung mengalihkan perhatian mereka ketika Ricky menatap mereka satu per satu. Baginya itu isyarat atau peringatan bahwa tak boleh ada yang mengejek sahabatnya, Nai.
Juan menelan ludahnya mendengar ucapan Ricky, seharusnya ia tak mengatakan hal itu tadi padahal saja ia tahu seberapa Ricky ingin menjaganya.
Ricky menepuk pundak Juan. "Pas daftar jangan lupain gue, kalo gue telat nanti telepon atau lo pikirin cara lain oke!" Ricky setelahnya menepuk-nepuk pundak Juan kembali.
Ricky segera membuka handphone-nya. Ia langsung membuka aplikasi bertukar pesan. Melihat Nai yang sedang online ia lantas mengirimkan pesan.
—
Nai si dekil
Belum ada guru, Nai?|
|Ada sih tapi disuruh pembiasaan sama temen-temen yang lain.
| Udah dapet temen lo? Temen cewek maksud gue.Belum dapet pun gue udah dilirik, |
Ricky gitu lohh. Emang kaya
lo bocah gak laku-laku hahahaha.
| Awas lo! Nanti pas istirahat gak bisa lepas!Coba aja wleee. |
| Ihh natangin.Gak usah dibales lagi, |
ini wali kelas gue udah dateng.
Byebye soang berwujud
manusia dekil nan lemah.
| Ricky kurang ajar!
—
Nai meletakan ponselnya, wajah gadis itu terlihat masam sehabis diledeki oleh Ricky. Ia masih kesal meskipun sudah sering dibeginikan oleh Ricky.
Kekesalannya bertambah ketika siswi lain sedang membicarakan tentang Yui di imbuhi kebohongan mengenai aura dingin teman yang ia kenal sejak SMP. Kelas lumayan berisik karena guru mempersilahkan mereka untuk berkenalan. Akan tetapi, kesempatan itu malah dipakai sebagian siswi membicarakan Nai, Serin, dan Yui. Ketiga siswi itu menjadi wajah-wajah yang mudah dikenali oleh teman seangkatannya. Belum lagi tempat duduk mereka yang berada di deretan paling tengah tentu akan mudah bagi murid lain untuk mengomentari apa pun yang mereka lakukan.
Nai langsung menyenggol lengan Yui beberapa kali. "Kuping lo apa enggak gatel?” Gadis di samping Nai itu menghentikan aktivitasnya mencoret-coret bagian belakang bukunya. Yui masih tidak mengerti apa maksud pertanyaan Nai. "Itu loh pada ngomongin lo, anak hantu lah, Noni Belanda lah, sampe bau kemenyan." jelas Nai yang sudah kesal mendengar orang lain yang membicarakan Yui seperti itu.
Mungkin bagi Yui, itu adalah hal biasa. Perempuan itu selalu berbau wangi sewangi melati. Yui juga menyukai segala hal berwarna soft, seolah mendukung gadis itu untuk terlihat kalem. Namun, mengolok-olok preferensi seseorang jelas tidak bisa dianggap candaan oleh Nai.
Yui mengangkat kedua bahunya acuh. "Gak tahu lah udah biasa juga. Lebih baik daripada jejak digitalnya dimasa lalu jadi viral seantero sekolah mana jamet lagi." Yui menyindir Serin.
Nai dan Yui tertawa sementara Serin terlihat ingin pergi dari sana. Gadis itu menekuk wajahnya. "Gak banget jadi temen lo berdua." Berbeda dengan Yui. Serin itu terkenal gara-gara akun lamanya banyak memuat foto-foto masa lalunya yang terlihat alay seperti jamet. Ini juga yang menjadi alasan Ricky selalu meledeknya. Apalagi dia memiliki mata sipit yang membuat Serin jadi sasaran empuk bahan candaan teman-temannya.
"Bercanda lah Rin!" ucap Nai lalu keduanya menepuk-nepuk pundak Serin Yang berada di depan bangku mereka.
"Lo berubah 90 derajat sekarang, apa-apa pakainya yang feminim padahal dulu jamet setengah tomboy tapi diinget inget lagi style kaya gitu dulu ngetrend banget,” ucap Nai yang diangguki oleh Yui. Mereka ini selalu bertiga dikala Nai tidak bersama Ricky jadi tentu mereka mengenal dengan baik satu sama lain.
"Masa lalu mah udah kelewat gimanapun caranya gak akan kita bisa ngubah masa lalu lebih baik ngerubah diri yang sekarang buat persiapan masa yang akan datang,” tambah Yui sambil memperhatikan wali kelas mereka yang masih sibuk menatapi laptopnya. Yui langsung mengisyaratkan Serin untuk menghadap ke depan ketika wali kelas menoleh ke arah anak muridnya.
Semua siswa-siswi kelas 12-3 menghadap ke depan kelas ketika wali kelas mereka kembali menjelaskan beberapa tentang keberlangsungan sistem kelas mereka. Mereka yang awalnya sibuk ngobrol, berkenalan, memainkan handphone, sampai tertidur kini serentak memperhatikan wali kelas baru mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐫𝐞𝐥𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧𝐬𝐰𝐞𝐞𝐭 𐀔 ni-ki. ✓
Fanfic[ TELAH TERBIT ] ( a.n ) : Kata gengsi, menjadi sebuah dinding penghalang bagi Nai untuk mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya pada sahabatnya. Ricky. 𐇯 credits : lleuiver. 𖤣 panjang kata : ±500 𖦥 . i : n.riki edition