Delapan belas tahun ini, Wonu percaya bahwa hidupnya selalu dikelilingi oleh kegelapan. Tidak ada kata mudah baginya untuk bisa bertahan berada di dunia. Seolah-olah Tuhan menciptakannya hanya untuk merasakan apa itu pahit, gagal, serta hampa. Dan ketika dia berusaha keras membuat kebahagiaan sendiri, semesta beserta isinya seakan enggan menyaksikan sehingga dibuatnya pecah seisi kepala. Wonu marah. Wonu hancur. Ditambah dengan kelakuan kakak perempuannya, Weny. Si Tua yang tidak kalah menyedihkan itu menambah semua beban permasalahannya. Membuatnya muak setengah mati dan berharap agar bisa menukar tambah atau mungkin menjual perempuan itu daripada melihatnya di rumah. Tidak akan pernah hadir cahaya untuk dirinya. Tidak sampai dia sadar bahwa pendar itu selalu berada di sana; tidak pernah berpindah; hanya saja terlalu sulit menyala terang sebab ia pun harus berusaha mati-matian untuk tetap ada.
7 parts