~Aku ingin bertemu dengan dia meskipun hanya dalam mimpi~ Hanya waktu yang dapat menunda pertemuan dan hanya waktu yang dapat mempercepat perpisahan bukan? "Apa ini tuhan? Aku mohon dengan sangat, bangunkan aku sekarang juga. Aku tidak sanggup menghadapi semua ini" Batin Arius. Harapan yang terlontar bukan hanya sekedar harap. Saat takdir mulai memihak, maka nyata akan terjadi. Hingga pertanyaan akan terlontar dalam diri atas harap yang datang tanpa arah yang pasti. Darah perlahan membasahi baju abu miliknya, dengan tangan yang mencengkeram erat pisau hingga darah juga mengucur dari telapak tangannya. Ia berusaha menghentikan agar pisau itu tidak menancap terlalu dalam. Namun sia-sia, pisau itu benar-benar menancap di dadanya. Nanti akan ada harap yang tak kunjung tergenggam, nan ada harap yang kian menjelma menjadi lara. "Aku harap perasaan ini memang menetap atas kehendak takdir-Mu. Dan aku harap mimpi-mimpiku bukanlah hal yang menjadikanku takut untuk bermimpi" Harap dalam benak Arius. Tidak ada rasa sesal dan kesal atas pertemuan itu. Dan perasaan ini seakan tertaman tanpa akhir. Lalu bagaimana dengan perpisahan? Tidak akan ada kata sesal bukan?
7 parts