Seragam sekolah dilapisi dengan hoodie oversize warna biru muda ngebuat jeongin jadi keliatan makin manis.
Padahal hyunjin cuma merhatiin dari belakang, jeongin jalan dua langkah didepannya. Menuju pintu keluar toko eksrim.
Setelah agenda menemaninya berenang tadi selama perjalanan pulang pacar manisnya itu gak ngomong apa apa.
Waktu ditanya kenapa jawabannya gakpapa, jadilah dengan inisiatif sendiri hyunjin membawa jeongin ke salah satu cafe eskrim.
"Bukain." Pinta jeongin.
Hyunjin menggeleng pelan, menyudahi sesi mengagumi pacarnya kemudian berjalan kearah pintu.
Membukakan pintu cafe untuk pacarnya yang masih sibuk dengan cup eskrim ditangannya.
"Heh! Hyunjin!"
Dua kepala noleh otomatis kesumber suara, menemukan sosok wanita cantik dengan rambut sepunggung dan pakaian casual.
"Oh hai chae." Ini hyunjin yang sapa balik.
"Ini jeongin ya? Aku chaeyeon."
Buru buru jeongin menyudahi kegiatannya mengigiti sendok eskrim, kemudian membalas uluran tangan didepannya.
"Jeongin kak."
Chaeyeon, salah satu mantan hyunjin yang pernah diceritakan ke jeongin. Cantik, pintar, terakhir kali hyunjin cerita katanya kerja sampingan sebagai model.
"Abis pemotretan?"
"Iya, lagi jadwal pemotretan disekitar sini. Yaudah gue duluan deh ya. Bye jeongin."
"Eh, iya byee.."
Mata jeongin mengikuti langkah chaeyeon yang memasuki toko eskrim, kemudian bergantian melihat pantulan dirinya di jendela kaca toko. Sangat kontras jika membandingkan hoodie birunya dengan blouse warna lilac milik chaeyeon.
"Jeongin. Gak mau pulang?"
"Eh,"
Hyunjin ngehela napas ngeliat lagi lagi pacar manisnya itu ngelamun entah untuk yang keberapa kalinya hari ini.
Tangannya terulur, nunggu jeongin jalan kearahnya.
"Langsung pulang?" Tanya hyunjin, tangannya menggandeng tangan kiri si pacar.
Jalan menuju mobil hyunjin yang gak jauh dari sana.
"Iya."
Hyunjin ngangguk singkat mengiyakan, sedang jeongin kembali melanjutkan aktivitas menghabiskan ice cream nya.
🌉
Habis menginjak pedal rem hyunjin noleh ke sisi kirinya. Ngeliatin pacarnya yang masih diem sambil natap cup eskrim yang udah kosong.
"Kamu kalo gak turun aku bawa pulang aja ya, mau?"
Yang ditatap cuma ngehela napas kasar, ngelepas seat belt yang dari tadi melilit badannya.
"Kamu kenapa?"
Jeongin melebarkan matanya, berusaha terlihat normal.
"Gak kenapa napa.."
"Jeongin."
"Beneran gapapa."
"Enggak. Pasti kenapa napa."
Jeongin balik nyandarin badannya lagi. Natap lurus kearah jalanan komplek perumahannya yang sepi.
"Kak chaeyeon cantik ya?"
Hyunjin ngerutin alis.
"Maksudnya?"
"Kak minju cantik juga gak?"
"Kenapasih kamu?"
Nada suara jeongin memelan, nunduk mainin jarinya.
"Cantiklah." Jawab hyunjin mantap.
"Kan perempuan." Lanjutnya.
Jeongin diam diam juga mengiyakan, jawaban pacarnya gak salah. Jadi kenapa dia harus ngerasa sedih, atau bahkan kesel?
Semua kejadian satu hari ini rasanya kayak udah direncanain, dimulai dari dia yang diomongin di lapangan futsal, setelahnya ketemu minju, lalu hyunjin yang menolak minyak kayu putihnya, bahkan setelahnya juga ketemu chaeyeon.
Seolah olah semesta juga ikut andil dalam menyadarkan jeongin kalau dia memang gak seharusnya di sisi hyunjin.