Lompat ke kurang lebih satu minggu paska syukuran.
Disini , mulai ada penyakit penyakit yang datang secara tiba-tiba menyerang tubuh ayah.
Pulang dari kantor , mungkin karena kecapean ayah langsung tidur terlentang di sofa ruang tamu. Tapi , ayah mengeluh kepanasan dan merasa kalau di dalam perutnya ada benda benda tajam seperti paku.
Ibu mengusulkan kepada ayah untuk istirahat dirumah dahulu , karena dari raut wajah ayah benar benar seperti orang menahan sakit yang luar biasa bahkan untuk berdiri ayah sudah tidak kuat.
Untuk pindah ke kamar pun , ibu sampai memanggil kerabat rumah sebelah untuk membopong ayah. Panggil saja mas Rafi.
Setelah membopong dan menidurkan dikamar mas Rafi menanyai kenapa ayah bisa seperti ini.
Ayah menjawab tadi siang saat dikantor tiba-tiba pandangan kabur selepas itu tubuh panas dan dari dalam perut seperti ada benda tajam yang menusuk nusuk kulit luar dari dalam.
Histeris dan kaget lah mas Rafi , dan cekatan meminta ibu menelfon kenalan dokter dari salah satu rumah sakit sekitar sini.
"Ayu tolong ambil handphone ibu nak di dapur" ucap ibu.
Bergegas aku kedapur mencari handphone dan kuberikan handphone itu pada ibu.
Kurang lebih 1 jam menunggu akhirnya dokter tiba dirumah , panggil saja Bu Tian. Ditemani satu orang suster saat itu.
Dengan basa basi dokter , Bu Tian menanyai apa yang dirasakan ayah sambil memeriksa perutnya menggunakan alat dokter yang aku tidak tau namanya.
Sudah mendapatkan jawaban ayah , Bu Tian mengusulkan untuk segera merawat inapkan karena ia bilang penyakit ini sudah menjalar keseluruh tubuh. Tapi yang buat bu Tian heran ialah apa yang dirasakan ayah di sekitar perut tidak bisa terdeteksi oleh alat dokter. Ujar bu Tian.
Yasudah lah.. apapun yang dijalani kalau itu yang terbaik dan untuk kesembuhan ayah , ibu mengiyakan.
Bergegas bu Tian menugaskan suster yang sedari tadi menemani untuk menelfon pihak rumah sakit agar pihak rumah sakit mendatangkan satu ambulan untuk ayah.
Dengan rasa cemas dan watir ibu dan tentunya aku , mas Rafi mengusulkan agar kita menyusul ke rumah sakit untuk menemani ayah.
Dikarenakan ibu tidak bisa mengendarai mobil apalagi aku , kala itu mas Rafi lah yang menjadi penakluk setir. Dengan membawa isitrinya yang juga ikut dengan kami panggil saja Mba Mira.
Kita berempat mulai berjalan , keluar kampung memasuki jalan raya dan masuk gerbang rumah sakit.
SELANJUTNYA>
KAMU SEDANG MEMBACA
SANTET TELUH SOANG (LENGKAP)
HorrorKisah ini akan di bukukan dengan versi yang lebih detail. Segera terbit, ogheyyy Ingin menyumbangkan cerita pengalaman horor?