Prologue

271 31 0
                                    

Seberkas cahaya pagi menyilaukan masuk melalui jendela sebuah rumah yang sangat asri. Meskipun begitu, pagi ini terasa dingin karena hujan deras yang semalam turun. Kicauan burung-burung yang terdengar damai namun cukup berisik memaksa seorang pria untuk membuka matanya.

"Eunghhh." Lenguhnya.

Sejak kapan rumahnya yang berada di perkotaan menjadi begitu berisik karena suara kicauan burung? Pikirnya yang kesadarannya belum seratus persen kembali.

Namun nampaknya selimut tebal yang menyelimutinya, kasur empuk yang menghisapnya untuk semakin tenggelam dalam lelapnya, dan juga pelukan hangat dari sebuah tangan mungil yang melingkar di perutnya membuat matanya semakin enggan untuk terbuka.

Tunggu? Pelukan? Tangan mungil?

Dahinya mengernyit heran, meskipun kelopak matanya masih tertutup rapat.

Dengan mata tertutup, tangannya bergerak perlahan meraba-raba eksistensi seseorang yang tengah terlelap di kasur yang sama dengannya.

Orang?!

Bak disiram air panas tiba-tiba, seketika kesadarannya kembali sepenuhnya.

Tubuhnya menegang saat menyadari keberadaan seorang perempuan yang tengah tidur dengan damai di sampingnya. Ia bergerak perlahan, sepelan mungkin agar Ia tidak membangunkan perempuan tersebut.

Jerome lo habis ngapain semaleman?! Lo masih anak sma dan masa iya lo habis gituan sama cewek random?! Rutuknya dalam hati.

Ia menghela nafasnya kasar yang rupanya hal tersebut mengakibatkan perempuan di sampingnya sedikit membuat pergerakan karena terganggu. Beruntung bagi Jerome, perempuan itu tetap melanjutkan tidurnya.

Siapa ya? Cantik juga. Bukan, cantik banget malah!

Tanpa Ia sadari senyumnya muncul dengan sendirinya saat Ia tengah meneliti wajah ayu perempuan itu. Ia tidak munafik, perempuan ini cantik, ralat sangat cantik malah. Namun, masalahnya bagaimana bisa Ia tidur satu ranjang dengannya? Jerome lega saat Ia berhasil memastikan seratus persen bahwa mereka tidak berbuat macam-macam karena mereka masih berpakaian lengkap.

"Sialan, si Haris." Desisnya. Kalau saja Ia tidak menuruti Haris yang mengajaknya untuk mencicipi dunia malam Ia tak akan berakhir seperti ini.

Jerome membelalakkan matanya saat melihat cincin emas putih melingkar di jari manis tangan yang sedang melingkar di perutnya saat ini.

Hah?! Gue tidur sama bini orang?!

Rasanya Ia ingin kembali ke perut ibunya lagi. Mengetahui kenyataan Ia tidur dengan seorang perempuan asing saja sudah membuatnya gila, ditambah kemungkinan tentang perempuan ini ternyata telah menikah semakin membuatnya frustasi.

Masa iya gue jadi peliharaan sugar mommy?!

Jerome mengusak wajahnya kasar. Gerakannya terhenti kala ia merasakan logam dingin di salah satu jemarinya menyentuh pipinya.

"Lho apa ini?"

Tangannya bergemetar saat Ia melihat cincin emas putih yang sama dengan perempuan ini melingkar di jari manisnya.

Drrt... drrt...

Perhatiannya teralihkan, Jerome segera mengambil sumber getaran itu. Rupanya datang dari ponsel pintar yang tergeletak di atas dresser di samping ranjang.

Hape siapa? Pakai sidik jari gue bisa kali? Mantap, cocok! Tapi, Kok?

Pergerakan ibu jarinya terhenti saat layar ponsel itu menampilkan wallpapernya. Foto yang menampilkan senyuman bahagia yang terpatri di wajah cantik perempuan yang sama dengan perempuan yang saat ini tertidur di sampingnya bersama seorang anak laki-laki yang terlihat sama bahagianya di gendongannya. Ia melirik kembali ke arah perempuan asing ini.

"Apa ini... anak kita?" Bisiknya pelan, sangat pelan karena suara itu hanya bisa didengar olehnya sendiri.

Jerome menggeleng keras mencoba menyadarkan dirinya. Ia harus segera memastikan apa yang sebenernya terjadi kepadanya ini.

March 23, 2031

"2031?! Bukannya sekarang 2018?!" Bisiknya.

Begitulah yang tertera di kalender ponselnya, Jerome semakin terdiam.
Ia membuka galeri, mencari-cari petunjuk yang mungkin nantinya bisa Ia temukan.

Nihil, galeri itu hanya berisi foto-foto keluarga kecilnya. Tunggu tadi Ia menyebut kalimat 'keluarga kecilnya'?. Jerome terkekeh, entah mengapa Ia merasa terbiasa dengan apa yang dialaminya pagi ini. Orang lain pasti akan berteriak menggila jika di posisi yang sama dengannya. Namun, Ia justru berusaha menyelidiki semuanya terlebih dahulu.

'Panik nggak akan bikin masalah lo selesai.' Motto hidupnya.

Jerome menyalakan kamera depan. Ia penasaran juga seperti apa wujudnya di usia 28 tahun.

Layar ponselnya menampilkan Jerome yang terlihat lebih dewasa dengan rambut yang terlihat lebih panjang dan rambut tipis nan kasar yang tumbuh di dagu dan di atas bibirnya.

Ck kenapa gue kelihatan kaya pengangguran gini? Pokoknya gue harus cukuran! Batinnya sembari mengusap dagunya.

"Udah bangun?"

Rupanya ketenangan Jerome hanya bertahan sebentar saja.

~~~

NCT's Jeno asJerome Abraham Zeiss

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

NCT's Jeno
as
Jerome Abraham Zeiss

Lost and Found (JenRina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang