Tidak ada semangat hidup sama sekali di mata Jerome saat ini. Bahkan nasi goreng buatan Kirana yang tak Ia sangka sangat lezat ini tak cukup menghiburnya dari kebingungan yang ia alami sejak ia baru membuka mata pagi ini.
Jujur saja saat ini Ia benar-benar putus asa untuk mencari tahu tentang apa yang sebenarnya Ia alami.
Apa perlu gue cari Si Haris ya? Pikirnya.
Jerome mengambil ponselnya yang Ia letakkan di samping piring nasi gorengnya.
"Ck... nggak ada nomor dia." Ia kembali menaruh asal ponselnya.
"Haris sohibnya Eric, seharusnya dia punya nomor Si Haris sih..."
Wait... kata Kirana, Eric mau kesini?
"Thanks, God! Gue kesel ngakuin ini, tapi Eric adalah secercah harapan bagi gue..."
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Bel kediaman keluarga Jerome berdering kencang. Jerome berlari kecil menuju pintu setelah Ia meletakkan piring kotornya di wastafel.
"Ric, gue butuh bantuan- Lho?! Janu? Jani?"
Bukan saudara kembarnya yang Ia temukan melainkan adik perempuan dan adik laki-laki bungsunya. Sementara itu digendongan adik laki-lakinya, seorang anak kecil tertidur pulas memeluk leher Sang Paman.
"Kok kalian yang dateng? Eric mana?"
"Adek-adeknya dateng disuruh masuk dulu kek! Ini malah langsung nanyain Bang Eric!" Sinis adik perempuan Jerome, Rinjani.
"Iye iye, selamat datang, Adik-adikku tersayang!" Ucap Jerome dibumbui dengan senyuman dibuat-buatnya.
"Sini, Nu!" Adik laki-laki Jerome, Januarta memindahkan Abian dari gendongannya kepada Sang Kakak. Setelahnya Jerome membawa anaknya menuju kamar, menidurkannya di sana.
~~~
"Jadi? Ngapain kalian yang kesini?" Tanya Jerome, Ia menyesap teh buatannya sendiri yang Ia hidangkan juga kepada adik-adiknya.
"Nganterin Bian pulang, Mas. Apalagi?"
"Kata Kirana yang mau nganter Bian Si Eric. Kenapa jadi kalian?"
"Orac-Eric mulu dari tadi, jangan-jangan Mas Jero diem-diem selingkuh sama Bang Eric?"
"Yang bener aja?!"
"Ya lagian dari tadi nanyain dia mulu!"
"Biasalah, ada perlu penting sama dia."
"Bang Eric ada kerjaan dadakan tadi, Mas. Makanya dia nyuruh kami yang gantiin nganter Bian pulang." Januarta yang sedari tadi diam menyimak perdebatan kakak-kakaknya akhirnya bersuara.
"Nah gini! Contoh nih Si Janu! Kalau ngomong langsung dapet info pentingnya."
"Nyenyenye kaya situ ngomongnya berbobot aja..."
Jerome tidak membalas ejekan Rinjani, yang Ia lakukan hanya melempar bantal yang Ia duduki sebelumnya tepat di muka sang adik.
"Mas Jero!"
~~~
Saat ini Jerome tengah berada di dapur, Ia mencuci piring-piring dan gelas-gelas yang Ia gunakan tadi. Sementara tangannya sibuk menyabuni piring, pikirannya terbang entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost and Found (JenRina)
FanfictionSeorang remaja yang terkejut mendapati fisik dan keadaannya berubah ketika ia membuka mata. Note : Hanya sebuah fanfiksi 🙏