3

122 18 2
                                    

Jerome meneliti setiap sisi wajah Abian yang tertidur pulas di kotak mungil tempat tidurnya. Rambut hitamnya yang halus, bulu mata panjangnya, hidungnya yang mungil namun bangir, bibir kecilnya yang merah muda. Ia dapat melihat dirinya dan Kirana dari bayi gembil nan rupawan ini.

"Nggak nyangka, produk gue bisa secakep ini." Jerome mengelus poni kecil Abian dengan telunjuknya.

"Yah, Papa sama Mamanya cakepnya juga kebangetan sih." Lanjutnya sambil tersenyum bangga.

Jerome tak menyangka manusia kecil di depannya ini dapat menenangkannya dengan mudah setelah otaknya terasa panas akibat hal yang Ia lakukan sebelumnya.

"Bangun dong! Main sama Papa yuk!" Lirih Jerome, jari telunjuknya pindah ke pipi gembil Abian.

Jerome terkikik geli. Tanpa sadar Ia memanggil dirinya sendiri dengan sebutan 'Papa'.

"Kalian disini ternyata." Jerome menoleh. Kirana berdiri di depan pintu dengan masih mengenakan pakaian kerjanya.

"S-sorry, aku nggak sadar kamu udah pulang."

Kirana berjalan mendekati Jerome. Kemudian Ia berdiri di sampingnya, matanya sama tertuju kepada putra mereka yang meringkuk lucu.

"Aku juga suka lihatin Bian tidur. Lihat Bian tidur nyenyak begini, capek-capek di badan sama pikiran aku hilang semua." Jerome menatap Kirana yang tersenyum dengan fokus wanita itu masih kepada Abian. Jerome tersenyum tipis, dalam hati Ia membenarkan ucapan Kirana.

"Aku ganti baju dulu ya... Kamu bangunin Bian nggak apa-apa. Udah waktunya Bian mandi."

Mata Jerome berbinar, Ia memang sangat ingin bermain dengan Abian, sayangnya bayi berpipi gembul itu terus tertidur sejak Ia sampai di rumah.

"Eh gimana ya banguninnya yang nggak bikin nangis?" Bingungnya.

Sepuluh menit Jerome habiskan hanya untuk memikirkan bagaimana cara Ia membangunkan Abian. Bahkan, tanpa sadar Ia memutari baby crib tujuh kali.

"Gendong aja Biannya, Sayang." Kirana kembali dengan pakaiannya yang lebih santai, Ia mengganti setelan formal kerjanya dengan kaos lengan pendek putih polos dan hotpants hitam, sementara rambut panjangnya Ia kuncir asal memperlihatkan leher jenjangnya yang indah. Jerome menelan ludah, bahkan dalam balutan busana sederhana begini Kirana malah semakin terlihat menawan.

Kirana menggendong Abian mengelus punggung kecilnya.

"Bian bangun, yuk!" Ucapnya lembut.

Abian menggeliat di dalam dekapan Kirana. Tangan-tangan kecilnya meninju ke atas, mata coklatnya mengerjap lucu. Ia menguap, dua gigi seri bawahnya mengintip.

"Bian main sama Papa dulu ya?" Kirana mengoper gendongan Abian ke tangan Jerome yang terbuka. Wajah pria itu terlihat tegang, namun tangannya ternyata luwes dalam menggendong bayi. Abian mengusap-usapkan wajah ngantuknya di kaos Jerome.

Jerome mengekor Kirana yang akan mempersiapkan air hangat untuk Abian mandi. Kantuk Abian tampaknya telah menghilang, mata bulatnya memperhatikan kegiatan ibunya dengan serius sementara kedua tangannya berpegangan kencang pada kaos Sang Papa.

"Ada yang bisa aku bantu?" Tanya Jerome dengan gugup.

Kirana berdiri, wanita itu tersenyum melihat dua laki-laki penting dalam hidupnya sekarang.

"Kamu pegangin Bian aja." Kirana melepaskan satu persatu pakaian Abian.

"I-ini nyemplung sekarang?" Tanya Jerome setelahnya. Kirana mengangguk, Ia menggeser kursi plastik pendek berwarna biru lebih dekat dengan Jerome, menpersilahkan suaminya untuk duduk di sana.

Lost and Found (JenRina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang