Pernah

2 0 0
                                    

Setelah kuingat-ingat, hari itu aku hanya menyapa, tidak pernah terlintas untuk menetap. Hari itu pula aku hanya melakukan rutinitas biasa, tidak ku sangka meninggalkan luka. Pada teriknya siang hari itu, aku hanya meneduh bukannya berakhir merindu.

Sayangnya, dunia mungkin sedikit ingin mengajariku bahwa tidak ada yang selamanya di hidup ini. Mengenai berkabar siang dan malam, menghabiskan waktu berkelana dengan cerita-cerita lawas menjelang tidur, hingga kebiasaan-kebiasaan kecil yang menciptakan senyum ketika itu.

Hal yang kupikir sementara sebab hanya kata "hai.." yang terucap, malah bersemanyam lama berkat tawa yang mungkin harusnya biasa saja ketika itu. Dia tertawa, bukan untuk menanamkan benih bunga agar tumbuh subur, melainkan bahwa ia terlalu suka begitu di hibur.

Katakan lah aku badut saat itu.

Ringan rasanya ketika deretan giginya yang rapi terlihat, ujung bibirnya tertarik manis, juga begitu kedua matanya menyipit lucu sebab tertawa bukannya sinis.

Benih yang kukira bunga itu tumbuh subur setelahnya. Disirami harapan-harapan bahwa mungkin saja aku dan dia bisa menjadi kita. Melalui hari berdua, tawa dan canda, hingga aku tanpa sadar membesarkan bunga yang batangnya terdapat duri dan melukai hatiku.

Setidaknya ada masa dimana aku merasa di cintai meskipun fana; harapan-harapan konyol seseorang yang sedang di mabuk cinta. Meskipun fakta bahwa aku bahkan tidak terlihat dimatanya menjadi begitu menyesakkan dada.

Kini sudah berlalu lebih dari setahun kurasa. Bahkan angka tiga tidak berdampingan lagi dibelakang dua. Kembang api menyisaratkan bahwa tahun telah berganti dan begitupun dengan hatiku.

Melalui proses panjang untuk berhenti jatuh cinta adalah hal yang patut aku syukuri. Ada titik dimana aku bangga pada diriku sendiri untuk tidak mengubunginnya melalui chat maupun call seperti dulu lagi.

Tidak mudah untuk sampai di titik ini. Koma masih mendampinginya dulu, masih tergelitik untuk melanjutkan paragraf selanjutnya dari cinta yang bertempuk sebelah tangan, hingga pada akhirnya aku menemukan titik itu menunggu di penghujung sana.

Aku kembali wahai diriku.

Terimakasih sudah mau bersabar dan bertahan.

-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebuah Upaya MelupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang