Pernah suatu ketika aku bertanya-tanya; akankah aku jatuh cinta lagi?
Lukaku mungkin tak separah itu, tak pernah ada kisah sebelum aku memilih untuk berhenti berharap, tidak ada kata perpisahan pula. Hanya aku yang masih berdiri dititik dimana diapun tidak akan pernah singgah.
Tapi lupakan, aku sudah jauh melangkah ke depan setelah drama patah hati yang cukup ya melukaiku.
Aku kira tidak ada lagi hati yang jatuh, tidak akan ada yang namanya patah, tidak ada lagi pintu hati yang terbuka.
Namun ternyata aku memang bodoh. Sangat bodoh sampai semuanya bagai dejavu kurasa.
Aku jatuh cinta.
Hal itu terulang kembali; padamu yang kini sudah sangat renggang kurasa. Pada sosok yang kukira lebih baik dari masa lalu, pada lelaki yang bertandang hanya untuk menambah luka, pada sosok yang seharusnya ku suguhi kopi bukan hati.
"Maaf.." Katamu kala itu, meninggalkan jejak dengan kepingan hatiku yang tercecer sebab pecah.
Dan hujan turun, bersamaan dengan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Upaya Melupakan
Short StoryPernah patah hati? Apalagi patah sebelum sempat bisa kamu miliki. Rasanya bagaimana? Sakit? Kalau aku sih lebih kearah hampa dan sesak yang berlebihan. Tulisan ini di dedikasikan untuk pejuang move on di luar sana. Tidak akan pernah mudah, aku tahu...