Last Christmas

314 23 8
                                    

Aku menarik mangkuk sereal dan memakan isinya, hanya ini yang bisa ku makan untuk sarapan yang sudah sangat amat terlambat, dan entahlah apakah pukul 10.45 masih bisa menyebutnya sebagai sarapan!?

Ring Ring Ring

Handphone yang ku abaikan terbalik di atas meja pun berbunyi, menandakan ada panggilan masuk. Aku meraihnya dengan malas dan seketika menyunggingkan senyum setelah melihat nama si pemanggil di layar pipih itu

'Sudah bangun?' tanya nya ketika panggilan sudah terhubung

'Hmm, good morning' balas ku dan terdengar suara tawa nya disebrang sana membuatku ikut menyunggingkan senyum simpul

'Sekarang sudah siang sayang, kau yakin tidak ingin datang kemari'

'Kurasa aku akan menghabiskan waktu ku dengan merebahkahkan tubuh ku di atas kasur saja'

'Padahal mama ingin bertemu denganmu'

'Benarkah? Sampaikan maapku padanya'

'Mama bilang dia merindukan mu, sudah lama kan sejak terakhir kalian bertemu?'

'Aku akan mengunjunginya lain waktu, katakan aku juga merindukannya. Apakah semua orang datang?'

'Iyah, dan tante ara baru saja sampai. Semua keluarga berkumpul'

'Pasti seru sekali, merry Christmas sayang'

'Terima kasih sayangku'

'Apa doa mu tahun ini?'

'Masih sama seperti tahun sebelumnya, mencintaimu, dan kita untuk selalu bersama sampai kita menua, semoga kita bahagia terus yah sayang' jawabnya yang membuat senyumku memudar.

Kami membicarakan banyak hal, dia menceritakan semua keseruan yang dia dan keluarganya lewatnya, bagainana mereka menyambut Christmas dengan suka cita, sampai tak terasa kami sudah kehabisan semua bahan obrolan, hingga kami sama-sama terdiam setelahnya

.

'Bri aku mau cerita' ucapku ketika tak ada lagi dari kami yang besuara

'Iyah cerita apa, sayang' suara nya lembut membuatku ingin menangis rasanya

'Tadi aku baca cerita pendek'

'Lalu ?'

'Dan aku seperti sedang membaca cerita tentang apa yang terjadi pada kita selanjutnya'

'Maksudmu ?'

'Tokoh dalam cerita itu seperti aku dan kamu, seperti kita. Sama persis seperti kita saat ini, kita yang memeluk agama yang berbeda, kita percaya pada tuhan yang berbeda namun saling mencintai hambanya satu sama lain tapi tidak ada dari kita yang ingin mengkhianati tuhannya demi hambanya, bukannya itu sama seperti keadaan kita sekarang?' tanpa terasa air mataku luruh

'Sayang, Aku ga mau bahas inii'

Aku terkekeh mendengar apa yang baru saja dia kata kan 'kamu tahu, apa yang baru saja kamu katakan itu juga sama seperti si tokoh dari cerita yang aku baca sesaat lalu. Dia juga menghindari percakapan ini dan alasannya adalah TAKUT sama seperti kamu yang selalu beralasan seperti itu. Dan bukan hanya kamu, sejujurnya, iyah, aku pun takut tapi Bri mau bagaimana pun kita tidak bisa terus menerus menghindari percakapan akan hal ini. Ini sudah tahun ke 3 dan di antara kita tidak ada yg ingin mengalah. Aku tau kau mencintai tuhanmu begitupun aku, kau pun tau aku begitu mencintai tuhanku. Menurutmu apa yang harus kita lakukan?' isakanku lolos sesaat setelah aku menyelesaikan kalimat ku

'Sayang, aku ga mau pisah. Aku ga bisa. AKU GA MAU'

'Tapi kita tidak ditakdirkan untuk bersama'

'Kamu tidak tahu rencana tuhan pada kita, win. Jodoh di tangan tuhan'

'Tapi bukan kah kita sudah jelas ...' kalimat ku terputus

'Jangan coba-coba mengatakannya' selanya suara nya terdengar meninggi dan aku tau dia juga sedang menahan tangis

'Tuhan tidak merestui kita, tidak ada jalan untuk kita'

'ADA, Akan selalu ada Jalan'

'Apa? Bagaimana? Seperti apa? Kau ingin melawan tuhanmu? Jangan bercanda' serentetan kalimat kukatakan dalam satu tarikan nafas

'Aku tidak bisa melawan tuhanku, tapi harus bagaimana aku pun tidak bisa melepasmu? Aku mencintaimu'

'Aku pun mencintaimu, tapi aku lebih mencintai tuhanku. Maapkan aku bri'

'Sayang kita udah sejauh ini, aku ga bisa, aku ga mau, aku cinta sama kamu'

'Karna kita sudah sejauh ini, jangan membuatnya lebih jauh lagi, jangan membuatnya semakin dalam karna hal itu akan membuat kita semakin sulit untuk melepaskan. Kita hentikan saja, aku menyerah' aku mendengar isakan di sebrang panggilan sana, yah dia menangis, pertahannya runtuh dan begitupun denganku, aku menangis semakin kencang. Sakit, rasanya sakit sekali tapi aku berpikir bahwasanya inilah yang terbaik untuk kami, untuknya dan untuku.

Aku memang mencintainya tapi aku tahu cinta tuhan nya lebih besar dari cinta yang ku miliki untuknya, aku tidak bisa membuatnya mencintaiku dan mengkhianati tuhan nya, begitupun sebaliknya.

Brightwin One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang