Bright merasa bahwa hidupnya sudah tidak ada artinya lagi, adik yang sangat dikasihinya kini telah berpulang perjuangan salama ini terasa sia sia. Kini dirinya hanya tinggal sebatang kara tidak ada orang tua tidak ada sanak saudara, satu satunya keluarga kini sudah tidak lagi bersamanya
Bright berjalan tanpa arah, dengan air mata yang tak henti hentinya mengalir dari pelupuk matanya, wajahnya berantakan tapi saat ini itu adalah masalah? Siapa yang akan perduli? Tidak ada.
Langkah nya terhenti, saat ini dia berada di atas jembatan. Tatapannya kosong pikirannya kalut dia kembali menangis kali ini dengan raungan yang terdengar sangat menyakitkan, tersirat keputus asaan dalam isak tangisnya, bright tak dapat lagi menahan berat tubuhnya kini dia terduduk lemah dengan bersandar pada pagar jembatan
*apa yang harus aku lakukan sekarang? Bagaimana aku bisa hidup? Bahkan satu satunya alasanku untuk tetap hidup pun kau renggut dariku tuhan! Kenapa kau begitu membenciku sehingga memberi ku ujian yang sangat sulit* adunya pada yang di atas
*jika kau pikir aku manusia yang kuat, kau salah besar. Aku tidak sanggup menerima semuanya, ini terlalu berlebihan untukku kenapa kau tidak mengambil aku juga?* semakin keras adu nya
Bright memabangkitkan tubuhnya, dengan tangan gemeter bright memanjat pagar jembatan di hadapannya, dia berpikir untuk mengakhiri hidupnya tidak ada lagi alasannya untuk tetap hidup bukan? Jadi bukankah sebaiknya dia mati saja menyusul adiknya?
.
.
.*apa yang kau lakukan dengan berdiri disitu?* bright terkejut ketika tiba tiba ada seseorang yang bertanya padanya. Benarkan bukan dia sedang bertanya? Tapi apakah dia tidak paham bright berdiri diatas sana tentu untuk mengakhiri hidupnya? Atau dia pikir bright sedang mencari udara segar? Beberapa pertanyaan berputar di kepalanya
*apa kau akan meloncat kebawah sana?* tanya nya lagi *apa kau berniat mengakhiri hidupmu? Seberat itu kah sampai kau tak ingin hidup lagi?* bright masih bergeming, tatapannya terfokus pada orang itu.
Lelaki itu melihat ke arah bright tatapannya sulit di artikan*Pikirkan lah lagi sebelum kau terjun kebawah sana, sesulit apapun hidupmu, hidup masih jauh lebih baik daripada mati, bukan?* Lanjut nya *aku tidak tau seberat apa masalah mu tapi jika kamu berpikir mati akan menyelesaikan semua masalah mu maka kamu salah, dengan kau mati kau hanya menambah masalah mu. Dunia masih akan terus berputar meski tanpa kau di dalam nya. Bukan kah kamu terlalu muda untuk mati?* jelas si lelaki itu panjang lebar dan bright masih enggan untuk menjawab
*bisakah kau turun dari atas sana, leher ku sakit melihat terus ke atas* Pria itu mengulurkan tangan nya pada bright bermaksud untuk membantu nya turun. Tapi bright hanya menatap uluran tangan itu
*oh ayolah, apakah kau sekarang sedang membuat tanganku sakit juga* keluhnya dengan kesal, bright menerima uluran tangan si pria asing itu dan turun dari atas jembatan. Lelaki asing itu tersenyum ketika bright akhirnya menginjakan kakinya di bawah dan kini dia bisa melihat wajah si pria asing itu dengan jelas, manis. Itulah hal pertama yang bright pikirkan.
.
.
.
.
.*Apa kau sudah makan?* si pria asing itu bertanya yang hanya di balas gelengan oleh bright
*bagaimana bisa kau berpikir untuk mati ketika kau tidak mengisi perutmu dengan benar, astaga* omel nya yang entah mengapa membuat dada bright terasa hangat
*mau makan?* ajak si pria asing itu
Tanpa berpikir panjang bright menganggukan kepalanya, Dia tersenyum untuk pertama kalinya hari ini
*tidak bisa kah kau menjawab ku? Aku tau kau tidak bisu* lagi lagi keluhan keluar dari mulutnya dan kali ini bright tak bisa menahan gemas nya dia terkekeh
*apa apaan? Apa kau baru saja tertawa?* lihat lah bahkan dia mengomel hanya karna bright tertawa sedikit, tapi akhirnya si pria asing itu juga ikut tertawa, matanya menghilang pikir bright dan itu terlihat sangat indah
*syukurlah*
ucapnya penuh kelegaan.*ayo pergi dari sini, kita harus mencari sesuatu untuk kita makan* si pria asing itu menarik lengan bright setelah dia mengatakan kalimat ajakannya yang bahkan belum bright setujui. Tapi setelah beberapa langkah pria itu menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya menghadap bright.
Pria itu mengulurkan kembali tangannya ke hadapan bright
*Aku metawin, kau bisa memanggilku dengan Win* katanya dengan senyuman.
Kali ini bright menerima uluran tangan itu tanpa ragu
*Bright*
KAMU SEDANG MEMBACA
Brightwin One Shoot
Short StoryHanya sepenggal kisah manis dari penulis amatir tentang si lelaki gigi kelinci win metawin dan si kakak ganteng bright vachirawit Happy reading 💚💚💚