Parents

225 30 3
                                    

Menjadi single parent, setidaknya itulah yang Beomgyu lewati selama lima tahun belakangan ini. Ditinggal istri di saat anaknya baru lahir, tentunya mewajibkan dirinya harus menjadi lelaki serba bisa untuk membesarkan anak perempuannya sendiri.

Panggil saja Nao, gadis kecil berusia lima tahun yang berada di gendongan Beomgyu. Rambut panjangnya terurai di belakang, sementara bibirnya tersenyum dengan mata berkejap lucu memeluk leher Beomgyu dengan tangan mungilnya.

"Princess-nya Ayah tadi bagaimana sekolahnya?" tanya Beomgyu sambil berjalan menggendong anaknya menuju mobil.

"Tadi belajar tambah-tambahan, Ayah," jawab Nao. Baru saja mencapai gerbang sekolah, seorang anak lelaki berlari mengejar mereka.

"Nao!" seru anak lelaki itu. Beomgyu berbalik, melihat anak lelaki itu dengan tatapan bingung.

"Nanti kalau sudah besar aku akan menikah dengan Nao!" kata anak itu lantang.

Bagai mendapat sambaran petir, Beomgyu yang protektif kepada anak semata wayangnya menggertak bocah lelaki itu, "Kau tidak akan menikah dengan Nao!"

"Kalau kau jadi laki-laki yang tampan melebihi ayahku, aku akan menikahimu, Chan."

Beomgyu seperti mendapat tusukan di dadanya. Hatinya sakit dan segera berbalik badan menuju mobil. Membayangkan anaknya menikah tentu membuatnya sedih. Bayangan buruk seperti perselingkuhan, KDRT, serta lelaki yang tak perhatian memenuhi kepalanya.

"Nao masih 5 tahun, apa kau bodoh?" ucap sahabat Beomgyu di sebelahnya. Kini mereka duduk berdua di depan televisi rumah Beomgyu sambil meminum beer.

"Kau tidak paham, Taehyun! Anak-anak tumbuh dewasa dengan cepat. Rasanya aku ingin Nao selalu jadi balita saja."

"Mau bagaimanapun keinginanmu, Nao akan tetap tumbuh dan menjadi gadis cantik. Kau tidak ingin melihat putrimu tumbuh besar dan cantik?" ucap Taehyun lalu meminum meneguk minumannya.

"Suatu hari, dia akan hidup dengan pilihannya sendiri. Yang kau bisa lakukan adalah melindungi dan mendidiknya supaya dia tak salah pilih."

Beomgyu terdiam merenung sambil memegangi kaleng beernya. Tatapan matanya sendu setiap memikirkan tentang putrinya.

"Nao sudah bertemu denganku sejak bayi, rasanya aku juga ikut membesarkannya. Apa kau ingat saat kau dulu masih bekerja di perusahaan itu dan tidak ada waktu untuk Nao? Dia bahkan sampai menangis untuk memanggilku ayah."

Beomgyu menatap Taehyun, ia juga mengingat bagaimana perusahaan tempat kerjanya yang dulu sangat ketat. Cuti dipersulit, lembur jadi sebuah keharusan, padahal Nao butuh banyak waktu bersama Beomgyu.

"Sekarang Nao tidak lagi memanggilku ayahnya," keluh Taehyun. Badannya kini bersandar lemas di sofa.

"Karena kau bukan ayahnya. Kecuali kau menikah denganku, maka Nao akan memanggilmu ayah juga," ucap Beomgyu tanpa beban. Ia menyandarkan kepalanya di sofa, tidak menghiraukan Taehyun yang saat ini mematung sebab ucapan Beomgyu.

"Oh iya, kau tidak ada niatan mencari jodoh?" tanya Beomgyu.

Taehyun mengerjap, kembali ke posisi awalnya yang santai. "Sudah ku temukan, tapi aku tidak yakin untuk mengajaknya menikah."

"Kenapa?"

Hembusan napas terdengar, Taehyun menatap Beomgyu serius. "Aku tidak tahu apa dia menyukaiku. Terlebih, dia jarang memikirkan diri sendiri karena sibuk memikirkan anaknya.

"Dia sudah punya anak?" Beomgyu sedikit terkejut. Pikirnya mengenai selera Taehyun selama ini ternyata salah. Bagaimana tidak, Taehyun itu berjiwa muda, kemana-mana naik motor keren dan berpakaian layaknya remaja di usianya yang hampir tiga puluh.

BAKING POWDER | Kumpulan Cerita TaegyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang