5. Memory Pieces

9 4 0
                                    


=
=
=

Ratu Svangeline menangis sendu di ruangan luas dan berlapis emas miliknya itu. Sejak pagi hingga malam ia hanya menggunakan seluruh waktunya untuk menangisi kepergian sang kekasih-Efrem. Tak mampu dihitung berapa kali sang ratu menangis dan tersenyum, menangis dan tersenyum, hanya kedua hal itulah yang menjadi rutinitasnya selama dua hari penuh.

Bahkan sang ratu sehingga lupa akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang ratu, sebagai ganti, ratu Yelena dan ratu Aquelline bekerja sama untuk menyelesaikan tugas harian Svangeline dan Snezahana. Kedua ratu itu turut bersedih atas duka yang menyelimuti Balthazar. Daerah megah tersebut sudah kehilangan salah-satu pemimpinnya.

Kabar duka menyebar hingga ke Light world dan Dark world, begitu banyak makhluk dari setiap dunia menyalakan lilin dan berdoa di dalam kuil, mengharapkan yang terbaik bagi sang mendiang raja.

Selain itu terdapat banyak pula makhluk mengerikan dari Dark world yang berbahagia atas gugurnya salah satu raja, para kelompok sesat tersebut sangat membenci keempat raja yang menurut mereka tak mempedulikan rakyat kalangan bawah.

Berbeda dengan Light world maupun Dark world, para rakyat yang tinggal di Mortal world bahkan tak mengetahui kabar duka sedikitpun. Semenjak awal terciptanya ketiga dunia tersebut, kebanyakan dari para rakyat Mortal world saja memilih untuk melupakan kehadiran raja dan ratu.

___oOo___

Ratusan tahun yang lalu ketiga dunia berada dalam keadaan tentram dan tanpa ancaman, hanya beberapa masalah dari dalam masing-masing dunia saja. Tidak terdapat ancaman antardunia, namun hingga pada suatu malam sebuah pasukan bersisik namun berwujud layaknya manusia tiba di Mortal World, dunia khusus dimana hanya manusia dan beberapa kelompok hewani yang tinggal disana.

Awalnya para penduduk di Desa Aodhagan memilih untuk tidak penasaran dan tetap berdiam diri di rumah, namun seorang penyamar dari pasukan mengerikan tersebut mengadu-domba para rakyat. Membuat mereka semua merasa tertantang untuk memeriksa keadaan di pegunungan. Tanpa sadar, para manusia bodoh itu jatuh dalam perangkap sang "penyamar" dan berakhir terbangun di sebuah kubangan penuh api, sebuah dunia lain dimana hanya terdapat jiwa yang telah meninggalkan raganya.

Puluhan bahkan hingga ratusan penduduk desa tersebut ikut mengecek keadaan, sementara para anak-anak ditinggal sendirian di rumah agar tetap aman. Namun sepertinya pilihan para rakyat pada malam itu salah besar.

Dimulai dari mereka yang merasa terpancing untuk pergi ke pegunungan dengan jalan yang menyeramkan dan gelap, hanya ditemani oleh beberapa buah obor sebagai penerangan seadanya, hingga para anak yang ditinggal sendirian di rumah tanpa pengawasan. Satu hal yang ada di benak para warga sebelum nyawa mereka hilang direnggut oleh Kravkon dan Krovous itu adalah bahwa mereka menyesal.

Warga yang tertipu oleh sang "penyamar" itupun berakhir terbangun di sebuah kubangan penuh api, kubangan besar yang dikelilingi oleh manusia. Lebih tepatnya sebuah dunia lain dimana terdapat ribuan, jutaan, bahkan miliaran
jiwa mereka yang tersesat dan yang telah meninggalkan raganya. Meninggalkan dunia kehidupan, entah dalam keadaan damai ataupun sebaliknya. Dalam keadaan siap maupun tak siap untuk berpindah.

Itulah hidup, siap atau tidak pasti suatu saat nanti akan menghilang dan itulah sebabnya mengapa para tetua selalu berpesan kepada penerusnya untuk menyiapkan diri sebelum akhirnya pencabut nyawa datang menghampiri. Mereka takkan membiarkan para makhluk yang telah menjadi tugasnya untuk diambil itu mendapatkan kesempatan kedua, kecuali jika sang penjaga perbatasan antara dunia kehidupan dan dunia akhirat atau kematian mengizinkan.

THE TWO WORLDS : Light and Dark Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang