Chapter 4: When It's Over.....

156 9 10
                                    


.


.



Yohan berdiri terpaku di sudut ruangan, netranya menyaksikan bagaimana Wooshin dan Minhyun mempersiapkan cairan penawar racun itu untuk disuntikkan pada tubuh ringkih Wooseok yang masih saja terbaring lemah di atas kasur.

Setelah menunggu selama satu hari penuh untuk memastikan kesadaran dan kondisi fisik Wooseok cukup memadai, hari ini Minhyun mulai melakukan pengobatan pertama untuk 'menangani' racun di tubuh Wooseok. Dengan pertimbangan yang sangat hati-hati, dan melalui diskusi dengan tabib-tabib terbaik yang dipanggil oleh Yang Mulia Raja, Minhyun akhirnya memustuskan untuk memulai pengobatan itu.

"Wooseok-ah... Obat ini kemungkinan akan memberi efek tidak menyenangkan pada tubuhmu. Tapi aku percaya kau cukup kuat untuk menghadapinya, dan kau akan melewati semua ini dengan baik."

Minhyun mengusap surai Wooseok dengan lembut, namun tak bisa dipungkiri masih ada sisa kekhawatiran di wajahnya yang tampak cukup jelas. Namun yang diajak berbicara hanya tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya, memberikan tanda bahwa ia sudah siap dengan pengobatan yang akan dijalani.

"Aku ada di sini, dan akan terus menemanimu. Kalau ada yang terasa sakit dan tidak nyaman, langsung sampaikan itu padaku," Wooshin menimpali sambil menggenggam erat tangan Wooseok. Tentu saja hal itu membuat ketenangan di hati Wooseok semakin bertambah. Ia percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Netra Wooseok kemudian beralih pada Yohan yang hanya bisa menahan cemas di tempatnya, tanpa berani mendekat atau menginterupsi lebih jauh. Matanya memerah dan sedikit sayu, membuat Wooseok sedikit tidaknya mengerti betapa sulit hari yang lelaki itu lalui belakangan ini. Ia pun melemparkan senyum terbaiknya, seolah meminta agar Yohan tak terlalu khawatir dan menekuk wajahnya seperti itu.

Namun yang diberikan senyuman hanya menghela napas panjang, sembari menahan air matanya agar tidak terjatuh. Hatinya sakit melihat kondisi Wooseok seperti ini, terutama ketika jarum suntik yang berukuran cukup besar itu siap melukai lengan mulus kekasihnya. Tapi ia pun tak bisa berbuat banyak dan tak berhak untuk mencegahnya.

Selang beberapa detik, Wooshin dan Minhyun selesai memasukkan cairan obat itu ke dalam tubuh Wooseok. Semuanya berjalan lancar, dan tak ada tanda-tanda aneh yang muncul dari raut wajah sang pangeran sulung itu. Tapi meskipun begitu, Wooseok harus tetap ada dalam pantuan Minhyun dan para tabib lainnya.

"Obatnya sudah masuk ke dalam tubuh Wooseok, dan sejauh ini belum ada efek samping yang terlihat. Tapi tetap saja, aku harus memantaunya selama beberapa jam ke depan. Wooshin, Yohan.. Kalian bisa beristirahat dulu. Aku akan menemani Wooseok di sini."

Wooseok ikut tersenyum lega, tangannya kini berusaha menggapai Wooshin yang sejak tadi tak sedikitpun melepaskan ekspresi khawatirnya. Dengan nada yang masih terdengar pelan dan terbata-bata, ia berusaha menyampaikan pesannya pada sang adik kembar yang terlihat sangat kelelahan itu.

"Istirahatlah. Aku baik-baik saja. Ada Minhyun hyung dan tabib lainnya yang bisa menemaniku."

Sang kembaran hanya mengerucutkan bibirnya, lalu mendudukkan diri di sisi ranjang. Tangannya menyugar surai kecokelatan Wooseok dengan lembut, merapikan bagian depan yang menutupi dahinya.

"Bagaimana aku bisa beristirahat kalau pikiranku setiap saat penuh dengan kekhawatiran pada kondisimu, Seok. Aku ingin menemanimu di sini, sampai kau pulih."

Wooseok terenyuh mendengar kalimat itu, sama halnya dengan Minhyun yang dibuat tersenyum lebar setelah mengamati bagaimana manisnya perlakuan Wooshin pada saudara satu-satunya itu.

The Story Between Two Hearts [Yocat slight Seungzz & Weichan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang